8. Rumah camer

73 3 0
                                    

Clavie menggeliat ditempat tidur mulai terbangun dari tidurnya. Rasanya kemarin tidurnya sangat pulas dan nyenyak. Sampai dia tidak ingat apapun.

"Sit, siti. Siapin air hangat. Gue mau mandi!" teriak Clavie menyuruh maidnya.

"Cepet siapin!"

"Kenapa lo ga nyaut sih?!"

"Mau gue suruh pecat lo jadi pembantu!" pekik Clavie kesal.

"Udah bangun?" tanya seorang pria dengan nada baritonnya.

Clavie mulai membuka matanya lebar-lebar. Tunggu - tunggu, ini bukan kamarnya. Ini kamarnya Crish.
Sial! Kenapa dia ada disini? Apa yang terjadi kemarin?

Pria itu terlihat berjalan kearahnya, rambut setengah basah, memakai celana boxer, dan baju kaos putih tipis. Sumpah Crish ganteng banget. Dan sialnya lagi, Clavie bisa melihat dada bidang pria itu di balik kaos tipis yang digunakannya. Sungguh, beruntung sekali yang akan menjadi istri dari pria ini.

'Inget Cla, sadar, lo ga boleh suka sama cowok lagi.' batin wanita itu.

"Ekhm." Crish berdehem melihat Clavie menatapnya seperti itu.

"Kenapa gue bisa ada disini?" tanya wanita itu.

"Lo ga inget apa- apa?"

"Jangan bilang kita..."

"Gue ga ngelakuin apa- apa kok, kemarin lo mabuk. Karena hujan, gue ga bisa nganterin lo pulang. Jadi, gue bawa lo ke rumah gue," jelas Crish.

"Ohh gitu."

"Thankyou banget bro, udah bantuin gue. Gue mau balik aja," ucap Clavie beranjak dari tempat tidurnya.

"Lo harus balas budi untuk itu."

"Hah? Balas budi?"

"Iya dong, gue butuh imbalan udah bantuin lo."

"Ikut sarapan bersama keluarga gue."

"Ya udah," sahut Clavie beranjak membuka pintu kamar itu.

"Mandi dulu gih, pake baju gue aja. Gue udah siapin air hangat," ucap Crish memberikan baju kepada Clavie.

"Makasih bro, mulai saat ini lo jadi temen baik gue."

"Cuman temen?"

"Jadi temen gue aja lo udah beruntung. Jangan ngarep lebih deh ke gue."

•••

Clavie sudah selesai mandi. Hari ini dia keramas, agar bau alkohol itu tidak menempel ditubuhnya. Dia menggunakan celana pendek dan baju kaos Crish yang kebesaran ditubuhnya. Memang, Clavie sangat nyaman menggunakan baju oversize.

Clavie turun menuju ruang makan keluarga itu. Dan anehnya lagi semua orang tersenyum melihatnya.

"Pagi- pagi udah keramas aja kamu sayang," ucap mami mertua. Eh, mamaknya Crish maksudnya.

"Biasa tante, rambut pendek selalu gerah," sahut Clavie santai.

"Ekhm," suara deheman seseorang.

"Lo yakin mbak ga ngapa-ngapain sama abang gue?" tanya seorang pria disampingnya Crish.

"Eh, lo...temennya Calvin kan?"

"Masak gitu aja lo ga inget mbak."

"Lo kenal sama adek gue?" tanya Crish melihat kedekatan mereka.

"Jangan cemburu bang."

"Kenal lah, asal kalian tau ya, dia selalu nginep dirumah gue. Dia udah gue anggap kek adik sendiri."

"Pantesan aja lo ga pulang- pulang," sahut Crish terlihat cemburu.

"Sabar bos, gue ngapelin kakak ipar."

"Anjir, gue ga bakalan nikah sama abang lo," sela Clavie.

"Yakin lo mbak? Awas aja tiba - tiba lo punya anak sama abang gue."

"Amit- amit deh."

"Awas aja kemakan omongan sendiri."

"Kalo gitu gue bantuin nyariin abang lo pacar deh. Gue banyak punya temen cewek," ucap Clavie memberikan ponselnya.

"Nih, pilihin yang pas buat abang lo."

"Yang mana ma, pa?" tanya adiknya Crish kepada orangtuanya.

"Ini cantik," ucap wanita paruh baya itu menggeser slidenya.

"Dia cocok dengan Crish."

"Gimana bang?"

Crish hanya tersenyum melihat foto itu.

"Ya udah, besok aku cariin cewek itu."

"Nggak usah mbak. Ceweknya udah ada dihadapan kita."

"Maksud lo?"

"Kami ingin kamu yang jadi istrinya Crish," ucap bapaknya Crish.

"Mau kan nak?" tanya mamaknya Crish.

"Engga dulu tante, makasih."

'Seberapapun usaha kalian. Gue ga bakalan nikah sama Crish.' batin Clavie tersenyum.

Bersambung...

Clavie Where stories live. Discover now