5

8.5K 972 37
                                    

Malam semakin larut, kini waktu menunjukkan pukul 2 dini hari, dimana terlihat Lan Wangji, Lan Xichen, Hua Cheng dan Luo Binghe sedang mengawasi anak buah mereka yang sibuk memindahkan peti dari satu kapal ke kapal lainnya. Peti-peti itu berisi senjata api yang kali ini akan mereka kirimkan ke Jepang melalui jalur laut.

"Sudah beres, bos." Xue Yang melapor setelah anak buahnya memberi tahu kalau peti-peti itu sudah dipindahkan semua.

"Sudah semua? Tidak ada yang tertinggalkan?" Hua Cheng bertanya untuk memastikan.

"Tidak ada, bos. Aku sudah mengecek ulang. Kapalnya sebentar lagi akan berangkat."

"Baiklah."

Setelah memastikan kapal itu pergi dengan aman, barulah keempat mafia itu beranjak pergi dari pelabuhan. Meskipun mereka bekerjasama dengan pemerintah negara, tapi tidak jarang juga mereka melakukan transaksi ilegal seperti ini.

"Wangji, Xichen. Berkunjunglah besok kerumah, kita harus merayakan keberhasilan ini." Hua Cheng berbicara setelah mereka sampai didekat mobil mereka terparkir.

"Bagaimana, Wangji?" Lan Xichen meminta pendapat adiknya.

"Mn, kami akan datang." Jawabnya datar.

"Bagus, kami akan menunggu kalian untuk makan siang bersama." Kali ini Luo Binghe yang bicara.

"Kalau begitu kami pulang dulu, sampai bertemu besok." Lan Xichen menepuk pundak Hua Cheng singkat.

"Ya, hati-hati dijalan." Hua Cheng balas menepuk pundak sahabatnya itu.

"Kalian juga." Ujar Lan Xichen dengan senyum sejuta wattnya.

Setelahnya mobil mereka sama-sama pergi, meninggalkan pelabuhan itu menuju mansion masing-masing.

.
.
.

Pagi hari datang begitu cepat, sinar mentari yang cerah mulai menyinari bumi. Tapi tidak secerah hati seorang Wei Wuxian yang berwajah masam sedang berjalan menuju kantin kampus untuk bertemu dengan sahabat sekaligus sepupunya.

Setelah ia sampai di kantin, ia segera mendudukkan diri dihadapan sang sahabat, yang tidak lain dan tidak bukan adalah Jiang Cheng.

Jiang Cheng terkekeh geli melihat wajah masam Wei Wuxian, "ada apa dengan wajahmu itu? Kau terlihat jelek jika seperti itu."

Jiang Cheng meminum jus miliknya sedikit, lalu melanjutkan ucapannya, "apa Hua gege belum mengembalikan black card mu?"

Wei Wuxian mendengus, mendengar pertanyaan sepupu medusanya itu. Ia semalam menelpon Jiang Cheng dan curhat kalau kartu blink-blink kesayangannya disita.

"Belum. Sudahlah, aku tidak ingin membahasnya." Jawab Wei Wuxian dengan wajah yang bertambah masam.

"Lebih baik kita kekelas sekarang, sebentar lagi kelas kita dimulai. Aku tidak ingin mendengar omelan dosen galak itu karena terlambat." Sambungnya lagi.

Jiang Cheng hanya mengangguk. Mereka berdiri dan meninggalkan kantin untuk menuju kelas mereka.

Jiang Cheng melirik Wei Wuxian sekilas, merasa kasihan dengan sepupunya karena black card nya disita oleh sang kakak, sebagai bentuk hukuman.

Jiang Cheng tau betul sifat Wei Wuxian yang biasa foya-foya dan selalu membeli barang-barang branded, dan sekarang black card nya disita, pasti stress lah sepupunya itu. Ia berdo'a semoga Hua gege mengembalikan black card Wei Wuxian secepatnya sebelum sepupu laknatnya itu menjadi gila.

.
.
.

Berbeda dengan Wei Wuxian yang sedang kesal, kedua kakaknya sedang merayakan keberhasilan mereka atas transaksi yang mereka lakukan tadi malam, dan saat ini mereka sedang berkumpul dimansion Wei seperti yang mereka janjikan tadi malam.

THE MAFIA (WANGXIAN) END✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang