23

4.5K 587 36
                                    

Prang

Hua Cheng membanting meja didepannya saat panggilan video itu dimatikan secara sepihak, membuat meja kaca serta vas bunga diatas meja itu pecah, dan ponselnya juga ikut terlempar kelantai.

"Brengsek! Bedebah sialan itu berani bermain-main denganku!" Hua Cheng berteriak marah.

"Apa yang dia inginkan?" Tanya Lan Xichen yang merasa penasaran dengan motif dibalik penculikan Wei Wuxian.

"Bedebah itu ingin kita tunduk dibawah kekuasaannya." Jawab Hua Cheng yang tau betul apa keinginan Wen Chao.

"Wangji, kau mau kemana?" Tanya Lan Xichen yang melihat adiknya berdiri ingin pergi.

"Mencari si brengsek itu." Jawab Lan Wangji yang sudah ingin melangkahkan kakinya, sebelum suara Luo Binghe menghentikan niatnya itu.

"Tunggulah sebentar, Wangji. Kita sedang menunggu A-Cheng untuk melacak keberadaan A-Xian." Ucap Luo Binghe.

"Mana A-Cheng? Kenapa dia lama sekali!" Tanya Hua Cheng pada Luo Binghe.

"Tadi dia bilang sudah dijalan, tenang dulu ge. Aku yakin A-Xian pasti akan baik-baik saja." Luo Binghe mencoba menenangkan kakaknya itu. Ia juga sama khawatirnya, tapi ia mencoba untuk mengontrol dirinya sendiri.

"Baik-baik saja kau bilang?! Kau tidak lihat tadi bibir A-Xian terluka dan berdarah?! Itu artinya bedebah itu menamparnya, bodoh?! Aku tidak terima adikku disakiti! Aku saja yang merawatnya sedari dia kecil tidak pernah main tangan padanya, dan dengan seenaknya bedebah itu menampar adikku?! Aku tidak akan membiarkan dia hidup! Aku akan membuatnya merasakan yang namanya neraka dunia!"

Brak!

Tepat setelah Hua Cheng menyelesaikan perkataannya, pintu ruang kerjanya dibuka dengan kasar, dan disusul dengan masuknya sosok Jiang Cheng yang ngos-ngosan.

"Maaf aku terlambat, ge. Jalanan sangat macet." Ucap Jiang Cheng setelah berhasil menetralkan nafasnya.

"Cepatlah kau lacak keberadaan A-Xian. Tadi gege sudah mencoba melacak GPS ponselnya, tapi tidak bisa terhubung." Ucap Hua Cheng yang sudah tidak sabar untuk mengetahui keberadaan adik bungsunya.

Jiang Cheng langsung duduk di sofa yang bersebrangan dengan Lan Xichen, ia tidak memperdulikan Lan Xichen yang sedari tadi menatapnya.

Jiang Cheng mulai membuka laptopnya, "aku minta nomor ponsel yang tadi menghubungimu, ge." Ucapnya pada Hua Cheng.

Hua Cheng langsung mencari keberadaan ponselnya, "Ck! Dimana ponselku tadi?"

"Itu ge." Luo Binghe menunjuk ke lantai dimana ponsel Hua Cheng tergeletak.

Hua Cheng langsung mengambilnya, dan bersyukur karena ponsel itu masih menyala setelah terpelanting kuat.

"Ini. Cepatlah A-Cheng." Hua Cheng menyerahkan ponsel yang menampilkan nomor Wen Chao pada Jiang Cheng.

"Beri aku waktu lima menit, ge." Jari Jiang Cheng mulai menari-nari diatas keyboard laptopnya.

"Ge, maafkan aku. Seharusnya aku mengantar A-Xian pulang saat dia memintaku mengantarnya tadi. Tapi karena aku harus menjemput jie-jie, aku jadi menyuruhnya untuk naik taksi." Ucap Jiang Cheng disela-sela fokusnya pada layar laptopnya. Ia merasa bersalah, karena sedikit banyak penculikan ini terjadi karena salahnya juga.

"Sudahlah, bukan salahmu. Fokus saja pada laptopmu." Ucap Hua Cheng.

Jiang Cheng mengangguk.

"Dapat!" Tak sampai lima menit, Jiang Cheng sudah menemukan lokasi keberadaan sepupunya itu. Ia memutar laptopnya, mengarahkan laptop itu pada Hua Cheng dan Lan Wangji yang duduk bersebelahan.

THE MAFIA (WANGXIAN) END✓Место, где живут истории. Откройте их для себя