Day 3: Tempat Untuk Pulang

103 7 1
                                    

"Jangan datang ke tempat ini lagi, atau kau akan mati di tanganku."

Sebuah kalimat ancaman yang pada dasarnya mengerikan. Akan lebih mengerikan lagi jika seorang vampir yang mengatakan hal itu. Manusia manapun jelas tidak akan berani melanggar perkataan sang vampir karena takut mati.

Namun sepertinya hal itu menjadi pengecualian bagi seorang gadis putus asa bernama Dazai Osamu.

Sudah empat belas tahun berlalu sejak ia diselamatkan oleh penguasa kegelapan di hutan terlarang.

Namun bukannya menuruti perkataan sang vampir, seorang gadis berusia dua puluh dua tahun kembali berada di perbatasan hutan terlarang.

Gadis memakai dress putih itu memasuki hutan terlarang. Hanya bermodalkan cutter, ia terus berjalan menembus kegelapan malam hingga sampai di tempat dimana ia hampir kehilangan nyawa empat belas tahun yang lalu. Jika Dazai mati disini karena dimangsa hewan buas pun tidak ada yang berani menolongnya karena takut.

"Hisashiburi da nee... seharusnya aku sudah mati di tempat ini empat belas tahun yang lalu." Gumam Dazai pada werewolf yang mulai mengerubunginya.

Hutan terlarang merupakan sebuah area terisolasi yang berada di tengah hutan di selatan. Sebuah area kecil yang terasa sangat luas jika dimasuki. Konon katanya tidak ada manusia yang bisa keluar jika sudah menginjakkan kaki di area itu. Di dalam hutan terlarang hidup banyak spesies hewan, tumbuhan dan bahkan makhluk lain yang tidak pernah ditemui manusia. Seperti elf, troll, werewolf, vampir, dan lainnya. Dan seperti manusia yang tidak bisa keluar dari area itu karena tersesat atau mati dimakan, makhluk di dalamnya juga tidak bisa keluar dari hutan terlarang kecuali ia adalah ras yang abadi seperti vampir.

"Kalian sudah siap memakanku? Tidak seperti dulu, kali ini aku memiliki lebih banyak daging." Dazai tersenyum pahit sebelum kembali maju satu langkah mendekati para monster besar di depannya.

Gadis itu menutupi rasa takut dengan senyuman. Cutter di tangan pun ia goreskan pada telapak tangan kirinya, membuat aroma darah menyeruak ke seluruh penjuru hutan terlarang.

"Sekarang, ayo makan aku." Ujarnya seraya membuka kedua tangan dan menutup mata.

Tapi gigitan menyakitkan itu tidak ia rasakan. Tubuhnya pun terasa ringan dan saat membuka mata, hanya ada satu orang yang berada di hadapan gadis itu sekarang. Keduanya melayang di udara, diterangi sinar bulan purnama. Seperti kejadian empat belas tahun yang lalu.

"Kenapa kau datang kesini lagi?" Suara rendah dari si lawan bicara membuat jantungnya berdegup kencang.

"U-untuk menemui anda dan mati di tangan anda."

"Kenapa aku harus menuruti apa yang kau inginkan?" Tanya sang vampir.

"Karena dulu Tuan mengatakan kalau saya memiliki darah spesial dan lebih manis dari manusia manapun."

Sebenarnya, ada beberapa alasan yang membuat Dazai berada di tempat seperti ini sekarang. Gadis itu kini sudah kehilangan segalanya. Mulai dari orang tua, pekerjaan, harta kekayaan, hingga kekasih yang dicintai. Semuanya menghilang satu persatu.

Setelah jatuh dalam depresi berkepanjangan, pengobatan tiada akhir, dan tidak memiliki harapan untuk sembuh. Ia pun memilih kembali, menemui vampir yang merupakan pahlawan juga cinta pertamanya.

Karena akan merepotkan jika ia mati di kediamannya. Polisi akan datang ke rumah itu dan melakukan penyelidikan. Pemakaman pun akan dilaksanakan saat jasadnya sudah membusuk. Menurut Dazai, mati di makan binatang buas atau dihisap darahnya sampai kering oleh vampir terdengar lebih baik.

Di sisi lain, vampir berdarah murni di depannya merasa terusik dengan bau darah yang menyeruak ke seluruh penjuru hutan. Darah segar berbau manis dan menggoda itu pernah hampir mengacaukan pikirannya empat belas tahun lalu. Dan sekarang... Mungkin akan seperti itu lagi.

ODAZAI WEEK 2022 (Oktober) ✔Where stories live. Discover now