Maaf

1.6K 163 16
                                    

Part 27. Maaf

~

Emosi masih menguasai tubuh Jemian. Dia benar-benar merasa kesal, sedih dan kecewa secara bersamaan. Belum lagi emosi lain yang ada pada dirinya.

Pagi ini, Jemian tidak seceria biasanya. Dia benar-benar masih kepikiran tentang penjelasan Arthur semalam. Perasaan kecewa untuk Andra semakin besar rasanya. Kalau iya Andra melakukan apa yang orang tuanya suruh, mungkin Jemian benar-benar tidak akan pernah memaafkannya.

Karena bagi Jemian, harta satu-satunya yang ia punya adalah anak yang ia kandung. Jemian tidak peduli kalau Ayah biologis anaknya adalah Andra. Tapi sekarang, bayinya ada bersamanya. Yang paling berhak menentukan bayinya dengan siapa adalah dirinya. Dan Jemian tidak akan membiarkan anaknya dimiliki oleh orang lain.

Sendok dan garpu yang Jemian pegang, ia letakkan begitu saja di atas piringnya. Semua mata langsung menatap ke arah Jemian. Walaupun ada Karel dan Genta yang sedikitnya meramaikan suasana, tapi tetap saja rasanya sangat canggung.

"Jemi selesai." Jemian bangkit, kursi yang tadi ia duduki terdorong ke belakang.

"Jemi—"

Jemian tidak mendengarkan. Cowok itu tetap melenggang pergi bahkan sedikit berlari. Pikirannya berkecamuk, membuat Jemian terlihat sangat tertekan.

"Kakak cantik!"

Langkah Jemian terhenti. Dia menoleh dan mendapati Raisya yang tampak cantik berlari ke arahnya.

"Eh? Kakak cantik abis cry ya? Mata kakak cantik merah. Ih! Rai gak like. Rai gak suka kalau ada yang jahatin kakak cantik. Kasih tau Rai siapa yang udah jahatin kakak cantik, biar nanti Rai potong-potong dan kasih ke ayam."

Mendengar ucapan cerewet Raisya, cukup membuat satu senyuman Jemian terlihat. Cowok itu berjongkok, menyamakan tinggi badannya dengan Raisya. "Gak ada yang jahatin kakak kok. Ini tadi kakak abis kelilipan."

"Kakak cantik bohongnya keliatan ih! Kalau Rai gak dateng, pasti kakak cantik bakalan nangis. Jangan nangis ya kakak cantik. Rai gak suka. Nanti Rai ikut nangis gimana?"

Jemian yakin, dia dan Raisya belum kenal selama satu minggu. Dua hari juga belum penuh. Tapi kenapa gadis kecil di depannya ini terlihat begitu akrab dengannya? Apalagi Raisya juga terlihat begitu tidak senang melihatnya menangis dan bersedih.

"Kakak gak nangis kok, beneran ini. Jadi Rai gak perlu nangis."

"Really? Kakak gak akan nangis, 'kan?" tanya Raisya, wajahnya sudah ikut memerah.

"Enggak, Rai, kakak gak nangis kok."

Raisya sekarang menunjukkan jari kelingkingnya yang mungilnya, "Pinky promise dulu, kak."

Jemian tertawa. Dia menautkan jari kelingkingnya di jari Raisya. "Nah. Udah, 'kan?"

Raisya tersenyum lebar sampai menunjukkan giginya. "Kak, kita main pasir yuk? Rai mau buat istana pasir sama kakak cantik."

"Ayo buat." Jemian bangkit berdiri.

Raisya memekik senang. Dia menggenggam jari telunjuk dan tengah tangan kanan Jemian. "Kakak cantik baik banget. Rai jadi makin love sama kakak."

"Emang Rai tau love itu apa?"

"Tau dong~" jawabnya begitu bangga, "Love itu kalau dua orang jadi kayak Mama Papa. Papa yang jagain Mama dan Mama yang masakin buat Papa sama Rai. Duduk sama-sama waktu sarapan atau Papa pulang kerja."

Sederhana. Definisi cinta versi anak kecil memang sangat sederhana. Tidak perlu rumit untuk menghubungkan perasaan satu sama lain. Tidak perlu ada kata kecewa. Semuanya tampak sederhana di pandangan Raisya.

HOME ✔Where stories live. Discover now