22. tawaran menarik

1.1K 83 26
                                    

*

Efek dari membiarkan perut kosong dan banyak pikiran yang akhirnya membuat Raina tumbang hingga di diagnosa typhus. Demam yang tinggi membuat Raina antara sadar dan tak sadar. Dia sering mengigau dan hal itu membuat Raisha semakin panik.

"Mending kamu pulang, Mama pasti nggak suka tahu kamu bolos. Oke?" sekali lagi Bimo membujuk Raisha.

Lagi-lagi gelengan kepala gadis itu yang didapati Bimo. Raisha dalam mode seperti ini memang tak bisa dibujuk sama sekali kecuali Raina sendiri yang menyuruhnya. Namun begitu Bimo melihat Sally sedang berbincang dengan dokter, Bimo cepat-cepat menghampirinya.

"Mbak, bisa bujuk Raisha untuk pulang?" tanyanya.

Sally mengalihkan atensinya ke arah Raisha yang duduk dekat pembaringan sambil terus mengusap-usap tangan Raina. Lalu Sally melangkahkan kakinya mendekat pada keponakannya itu.

"Sha ..." disentuhnya bahu gadis itu.

"Tante ..." Raisha berhambur ke pelukan Sally.

"Tante, kalau Mama kenapa-napa gimana?" wajahnya mendongak.

Sally menggeleng,"Nggak Sayang, Mama nggak akan kenapa-napa. Mama cuma lelah, biar Mama istirahat dulu ya? Kalau Mama liat Sha di sini pada jam sekolah, Mama pasti merasa sedih dan bersalah karena sakitnya."

"Tapi Mama nggak ada yang nungguin Tan..." sela Raisha mencari alasan.

"Ada Tante, Om Bimo juga papamu... Jadi Sha nggak usah khawatir," sahut Sally sambil mengusap kepalanya.

"Papa nggak boleh jagain Mama. Mending Mama dijagain Sha aja, biarin Mama marah juga." Raisha kembali merajuk.

Sally memandang Bimo, meminta bantuannya. Bimo mendekat.

"Sha, kamu pengen Mama cepet sembuh kan? Mending Sha doain Mama, biar fokus doanya di rumah aja. Mama nggak akan apa-apa, ada Om di sini." Bimo menatap lekat gadis itu.

"Tapi jangan biarin Papa deketin Mama, nanti Mama sakit lagi." Raisha balas menatap Bimo, memohon.

Bimo mengerjap lalu mengangguk mengiyakan pinta Raisha. Setidaknya untuk sementara ini ia mengalah, menuruti pinta Raisha walau ia tak punya hak untuk melarang Satria menemui Raina nanti. Setelah berusaha meyakinkan Raisha, akhirnya Bimo dapat bernapas lega karena gadis itu mau pulang.

Tinggal Bimo di sana, menatap lekat sang sahabat yang tergolek lemas di pembaringan. Wajahnya masih pucat dan tak bercahaya. Seolah semua binar cahaya itu telah hilang dari wajahnya dan membuatnya tak berseri lagi.

Keringatnya masih dingin sedang suhu tubuhnya belum juga turun. Bimo juga khawatir, padahal Raina sudah ditangani dokter. Bahkan Raina sudah menghabiskan tiga labu cairan  infus dalam jangka waktu belum genap 24 jam.

"Cepet pulih Na..." gumamnya sambil mengusap kepala Raina.

Hatinya gerimis melihat keadaan sahabatnya. Andai dengan menjauh adalah hal terbaik, ia akan melakukannya. Namun masalahnya bukanlah itu saja, ia sudah terlanjur berjanji pada Raina untuk selalu ada dan melindungi Raisha. Karena prioritas perempuan itu hanya Raisha dan keluarga Satria. Makanya Bimo merasa bahwa asumsi maupun tudingan dari orang-orang bahwa Raina memang selingkuh, itu tidaklah benar. Bimo adalah saksi hidup betapa bagaimana Raina selalu berusaha melakukan yang terbaik untuk keluarga Mahagani. Selain Raina merasa berhutang budi juga karena ia mencintai keluarga itu.

Ketika Suamiku Bisa Berdiri Lagi (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang