Chapter 10

164 11 0
                                    

Happy Reading All.
*

*

*

Seperti biasa Agas sudah sampai di kantor dengan Ilyas. Keduanya pun langsung menuju ruangan masing-masing, sebelum itu Ilyas lebih dulu menjelaskan semua jadwal Agas pagi ini. Karena beberapa masalah masih harus diselesaikan, jika masalah sistem masih belum sepenuhnya pulih.

Sedangkan Aiza yang baru saja bangun langsung mencengkram perutnya. "auu." ringisnya saat perutnya serasa di remas kencang dari dalam. Rasanya benar-benar sangat menyakitkan.

"Ngga mungkin mag gue kambuh, kan?" gumam Aiza yang mencoba bangkit. Wanita itu melirik jam tangannya yang sudah menunjukkan pukul 07 lebih itu. Kemudian menghela nafas berat, itu artinya karyawan yang lain sudah berdatangan kekantor. Ia pun memutuskan untuk keluar dari ruangan IT yang ada di Sono Crop.

Ilyas juga saat ini sedang turun ke lantai dua untuk mengambil beberapa berkas dibagian devisi lain, sekalian mengecek sistem yang dijanjikan akan pulih seutuhnya hari ini. Namun, baru saja akan masuk tubuhnya sudah ditabrak Aiza yang keluar dengan penampilan acak-acakan.

Ilyas mengerutkan keningnya, apa wanita itu kembali tidur dikantor? Ilyas menggeleng, bisa-bisanya wanita itu kembali stay di kantor. Apa dia tidak memiliki rumah? Pikir Ilyas.

"Maaf-maaf." ujar Aiza yang kembali melangkah menuju lift namun baru beberapa langkah, perutnya kembali merasa sakit. Kali ini rasa sakitnya lebih dari kemarin, wanita itu berdecak saat sakitnya itu justru datang disaat yang tidak tepat.

"Auh." rintih Aiza yang juga langsung menjadi pusat perhatian beberapa karyawan yang sudah datang. Ilyas yang mendengar itu juga langsung berbalik untuk mendekat, kemudian pria itu bergegas menahan tubuh Aiza yang limbung.

"Kau kenapa?" tanya Ilyas khawatir.

"Sakit, Pak." ujar Aiza yang refleks mencengkram lengan Ilyas dengan erat. Ilyas menatap karyawan yang masih mengerumuni mereka berdua.

"Kembali bekerja! Ini bukan tontonan!" tegas Ilyas lengkap dengan tatapan tajamnya, membuat semua langsung bubar.

"Tahan sebentar." Ilyas menahan tubuh Aiza dengan sebelah tangannya, sedangkan sebelahnya lagi mengambil ponselnya yang ada di saku celana. Pria itu langsung menghubungi Agas dengan cepat.

"Pak, nona Aiza sakit." ujar Ilyas saat panggilannya diangkat oleh Agas. Agas yang mendengar melotot.

"Kalian dimana?" tanya Agas yang sudah bangkit. Pria itu semakin khawatir saat mendengar rintihan Aiza di sebrang sana.

"Lantai dua..." Agas langsung mematikan sambungan telpon dan langsung masuk kedalam lift begitu keluar dari ruangannya.

"Tunggu sebentar, pak Agas akan kemari." ujar Ilyas masih menahan tubuh Aiza.

Aiza menggeleng, perutnya semakin terasa diremas dan dia tidak tahan lagi. Ada apa dengan perutnya? Kenapa rasanya begitu sakit tak seperti bisanya. Mag kah? Atau datang bulan? Pikir Aiza.

"Aku ngga ku..." Aiza langsung jatuh di pelukan Ilyas. Melihat Aiza pingsan Ilyas tak pikir panjang lagi, dia langsung mengangkat tubuh Aiza dan hendak membawanya kerumah sakit. Bertepatan dengan Ilyas yang melangkah ke lift, Agas juga keluar dengan berlari kearah Ilyas yang sudah menggendong tubuh Aiza itu.

"Ada apa dengan dia?" batin Agas saat mendekat pada keduanya.

Agas dengan cepat membuka jas hitamnya dan membalutkannya ditubuh Aiza saat melihat noda darah merembes keluar dari baju yang wanita itu pakai. Pria itu langsung mengambil alih tubuh Aiza dan melangkah dengan cepat kembali masuk kedalam lift, diikuti Ilyas.

Ready For LoveDonde viven las historias. Descúbrelo ahora