Godaan

3.4K 17 0
                                    

"Sial!"

Alden mengumpat ketika melihat ban mobilnya tampak kempes, pria itu menyugar rambutnya dengan kasar, menengadah ke atas, lagi-lagi umpatan kasar yang dikeluarkan dari bibir pria itu.

Sebentar lagi hujan akan turun, sementara dirinya masih saja di sini, menunggu jemputan yang katanya akan datang. Kenyataannya sudah hampir satu jam Alden menunggu, orang itu belum muncul di hadapannya.

Alden mengambil ponselnya di saku celana, menghubungi temannya, Zidan.

"Kamu di mana, sialan! Aku udah nunggu lama banget," keluh Alden, ketika sambungan telepon itu terhubung.

"Astaga! Sorry, Den. Aku lagi sibuk ngurusin kafe, nih. Sepertinya nggak bisa jemput kamu, kafe lagi rame banget."

Alden mendengkus keras ketika mendengar alasan temannya itu.

"Terus kamu biarin aku di sini gitu?" tanya pria itu sinis.

"Aku akan menyuruh Rayna menjemputmu."

Alden mengerutkan keningnya. "Rayna? Siapa?" tanya pria itu bingung.

"Calon istriku," jawab Zidan. Dari nada bicaranya, sepertinya pria itu gugup.

Mulut Alden menganga.

'Apa katanya? Calon istri? Ck, yang benar saja,' gerutu Alden dalam hati.

"Kamu nggak salah, Dan? Kamu--"

"Udah nggak ada pilihan lain, Den. Dari pada kamu sampai besok di situ, kan? Jadi, apa salahnya terima tawaranku," sela Zidan.

Alden mengusap wajahnya dengan kasar, lagi, umpatan lirih yang dia lontarkan.

"Kamu tahu siapa aku, kan, Dan?" tanya pria itu memastikan.

"Iya, aku tahu, tahu banget malahan. Kamu sering banget gonta-ganti perempuan. Tapi kali ini aku percaya sama kamu, karena nggak mungkin kamu bakal rebut calon istri dari teman kamu sendiri. Jadi bagaimana, mau apa nggak? Niatku baik, loh. Ditolak nih?"

"Oke, oke. Terserah kamu aja, yang penting aku bisa sampai rumah dengan kondisi selamat!"

"Bagus, aku hubungi dia dulu."

Belum sempat Alden membuka suara, sambungan telepon itu sudah terputus, membuat Alden menggeram kesal.

"Ck! Bisa-bisanya dia."

Alden kembali mendongakkan kepalanya, setetes air mulai berjatuhan, pertanda hujan sudah turun namun tidak lebat, bisa dikatakan gerimis.

Kepala pria itu menoleh ke arah jalanan, entah mengapa dia merasa jika hari ini adalah hari sialnya.

Ketika hujan mulai deras, Alden memutuskan untuk masuk ke dalam mobilnya.

Di dalam mobil itu, pria itu selalu uring-uringan. Dia berpikir, mustahil jika ada yang mendatanginya.

Tanpa sadar pria itu memejamkan mata, hanya sebentar, lalu kembali terbuka ketika ada yang mengetuk kaca mobilnya.

Alden mengerutkan keningnya karena melihat ada seorang wanita dengan pakaian yang sudah basah, pria itu pun memutuskan untuk menurunkan kaca mobilnya.

"Ya, ada yang bisa dibantu?" tanya Alden sopan.

"Temannya Zidan, kan?" tanya wanita itu sambil mengusap wajahnya yang terkena air hujan.

Alden mengangguk paham.

"Iya, kamu yang mau jemput aku?"

Wanita itu tampak tersenyum canggung. "Ya, sepertinya memang seperti itu. Tadi Zidan menyuruhku untuk menjemput temannya, karena ban mobilnya kempes."

Terjerat Gairah Sahabat Kekasihku Where stories live. Discover now