Tawaran yang Menggiurkan

1K 14 0
                                    

Alden tersentak ketika mendengar ucapan Rayna. Buru-buru pria itu bangun dari tubuh Rayna.

Alden mengusap wajahnya dengan kasar, sesekali menjambak rambutnya.

"Berengsek! Sialan! Apa yang kamu lakukan, Alden," geram pria itu.

Pria itu melirik Rayna sebentar, wanita itu kini memejamkan matanya, sesekali meringis pelan.

Alden terus menggeleng, dia benar-benar merutuki kebodohannya karena sudah berani mencium wanita itu, wanitanya Zidan, temannya sendiri. Bisa-bisanya Alden bertindak di luar batas? Sialnya sampai saat ini dia masih menginginkan wanita itu.

"Zidan," kata wanita itu lirih, tak lama kemudian Rayna terisak pelan.

Alden terenyuh karena mendengar suara tangisan wanita itu, dia mendekati wanita itu lalu berbisik pelan. "Kamu kenapa?"

"Zidan."

"Aku bukan Zidan, aku temannya," koreksi Alden.

"Ke mana dia?" tanyanya dengan mata terbuka.

Alden terdiam cukup lama, lalu menghela napas berat. "Dia sedang mengadakan launching kafe barunya. Dia yang menyuruhku untuk temani kamu ketika dia lagi sibuk," katanya jujur, sebenarnya dia berat untuk mengatakannya, tapi kalau dia diam saja, dia kasihan pada Rayna. Apalagi saat ini wanita itu tengah bersedih, membuat Alden tak tega.

Rayna tertawa miris, ternyata pria itu bohong padanya. Tadi Zidan mengatakan jika kafenya sangat ramai, karena karyawannya banyak yang tidak datang, terpaksa dia turun tangan sendiri.

Sampai saat ini Rayna paham apa maksud Zidan, Zidan dengan perlahan menjauhinya, dengan alasan tentang pekerjaannya.

"Begitu ya? Lantas kenapa kamu mau disuruh-suruh olehnya?" tanya Rayna lirih.

"Sebagai teman, aku wajib membantunya, dulu ketika aku sedang terpuruk hanya dia yang selalu menemaniku. Masa iya aku harus melupakan jasa-jasanya. Dan sekarang dia juga membutuhkan bantuanku."

"Tapi aku sama sekali tidak membutuhkanmu, yang aku butuhkan saat ini hanya Zidan, bukan kamu," kata wanita itu tajam.

Alden mengangguk paham. "Aku mengerti, hanya saja Zidan nggak mau lihat kamu kenapa-kenapa, dia sangat khawatir sama kamu karena kamu sudah sekali untuk dihubungi."

Kepala Rayna kembali berputar, rasa pening itu kembali hadir, Rayna merutuki dirinya sendiri karena sudah berani meminum alkohol itu, perlu diketahui, itu adalah kali pertama Rayna meminumnya.

"Apa kamu baik-baik saja?"

"Jangan menyentuhku," sergah Rayna.

"Oke, sorry. Aku tidak bermaksud apa-apa, aku hanya memastikan kalau kamu baik-baik saja," jelas Alden.

"Serius hanya ingin memastikan? Lalu bagaimana dengan tadi ketika kamu menciumku?" tanya wanita itu remeh.

Wajah Alden seketika memerah. "Maaf, aku khilaf. Tadi terbawa suasana. Seandainya saja tadi kamu tidak memancingku pasti aku tidak akan berakhir menciummu."

"Apa kamu sering melakukannya dengan wanita lain?"

Alden tak menjawab, dengan diamnya Alden, Rayna sudah memastikan jika pertanyaannya memang benar.

"Aku membayar mereka, jadi rugi dong kalau aku nggak ngapa-ngapain mereka," jawab Alden pada akhirnya.

"Mereka? Jadi tidak hanya dengan satu wanita?" tanya Rayna dengan wajah terkejut.

Alden mengangguk. "Aku butuh hiburan, dan hiburanku adalah para wanita."

Rayna tercengang, kepalanya semakin menjadi pusing dengan jawaban Alden.

Terjerat Gairah Sahabat Kekasihku Where stories live. Discover now