Akan Bertanggung Jawab

932 7 0
                                    

Rayna meringis pelan ketika dia membuka matanya tiba-tiba saja merasakan pusing yang luar biasa.

"Ya Tuhan, ini kepalaku kenapa mendadak pusing kayak gini sih. Sejak kapan aku punya penyakit seperti ini," keluh wanita itu sambil memejamkan matanya.

Tiba-tiba saja dia merasa jika tubuhnya terasa tertiup angin, hal itu membuat dahi wanita itu mengernyit.

"Masa iya aku mau sakit?" gumamnya pelan, pasalnya dia benar-benar merasakan kedinginan.

Rayna membuka kedua matanya, ia mencoba untuk duduk, tiba-tiba saja dia memekik tertahan karena merasakan sekujur tubuhnya remuk redam, apalagi di daerah kewanitaannya, rasanya sakit sekali.

"Kenapa badanku pada sakit kayak gini? Kayak habis digebukin?"

Rayna membuka selimut yang menutupi bagian tubuhnya itu, matanya membola ketika dia tidak memakai sehelai benang pun.

"Apa yang terjadi?" Wanita itu benar-benar syok dengan apa yang baru saja dilihatnya.

"Kamu sudah bangun?"

Rayna langsung menoleh ke arah sumber suara, lagi-lagi matanya membulat ketika melihat Alden dengan santainya duduk di sofa hanya dengan memakai handuk yang dililit di bagian pinggang saja.

"Alden, kamu ngapain ada di sini? Terus kenapa kamu hanya memakai seperti itu?" tanya Rayna heran sekaligus merasakan cemas yang luar biasa.

Alden yang sejak tadi diam sambil membaca koran pun langsung bangkit menghampiri wanita itu.

"Menurutmu bagaimana bisa aku berpenampilan seperti ini?" tanya pria itu balik.

"Apa maksudmu, aku sama sekali nggak ngerti, tolong jangan buat aku bingung," ujar wanita itu jujur.

"Nggak mungkin kamu nggak tahu apa yang terjadi dengan kita tadi malam. Coba bayangkan, apa ada hal positif ketika laki-laki dan wanita hanya berduaan di dalam ruangan ini, Rayna? Coba jawab dan jelaskan," titah pria itu dengan tangan bersedekap.

Rayna mengerang frustrasi. "Kepalaku udah pusing, jangan bikin tambah pusing, tinggal katakan saja apa yang sebenarnya terjadi," keluh wanita itu.

Alden menghela napas berat. "Kalau aku yang mengatakannya, pasti kamu nggak bakalan percaya. Yang ada malah kamu bilang kalau aku ini yang ... yang ... pokoknya itulah."

"Itu kenapa, Alden. Bisakah kamu jelaskan yang lebih detail? Kenapa kamu malah bertele-tele," cibir wanita itu.

"Kamu ingat kalau kamu sudah nantangin mabuk?"

Rayna terdiam, sepertinya dia tengah berpikir sesuatu, setelah itu dia mengangguk ragu.

"Jadi?"

"Jadi apa? Aku sudah bilang, jangan buat aku tambah pusing. Katakan saja yang jelas."

Alden berdecak pelan. Kalau dia yang berbicara lebih dulu itu tidak mungkin.

"Aku bingung mau jelasinnya gimana sama kamu, takutnya kamu malah histeris, terus malah nyalahin aku," lirih pria itu.

"Kalau kamu salah jelas aja aku marah. Emangnya apa yang kamu lakukan padaku? Jangan-jangan kamu berbuat mesum ya?" tanya Rayna dengan pandangan menyelidik.

Alden mengusap wajahnya dengan kasar. "Lebih dari itu, Rayna. Kamu, aku, kita ... intinya ya gitu dah pokoknya." Alden masih belum sanggup menjelaskannya, apalagi untuk memperlihatkan kamera itu pada Rayna. Bisa terbayang bagaimana reaksi wanita itu jika sudah melihat apa yang telah mereka lakukan malam itu.

"Aku curiga nih, jangan-jangan dugaanku benar ya, kalau kamu udah berbuat mesum ke aku. Jangan-jangan waktu aku mabuk kamu malah udah--"

"Oke, oke, aku akan kasih lihat hasil rekaman video yang tadi malam itu ke kamu. Tapi aku mohon sama kamu, apapun yang terjadi--"

"Halah! Berisik banget, mana sini kirim videonya itu ke ponsel aku, awas aja kalau kamu edit-edit," sela Rayna cepat.

'Aduh, kok kewanitaanku perih gini sih, ini kenapa ya,' batin Rayna, dia benar-benar tidak nyaman.

Alden memberikan ponsel miliknya pada Rayna, dia membiarkan Rayna menonton rekaman itu sendirian. Sejujurnya sebelum Rayna bangun, Alden sudah lebih dulu menontonnya, sialnya gara-gara sudah menonton rekaman itu, Alden malah ingin mengulanginya lagi.

Tak terasa Rayna sudah menonton video itu lebih dari lima menit, isi dari video itu hanya percakapan yang menurutnya sangat tidak penting. Rayna menahan napas ketika tiba-tiba saja dia hampir jatuh, beruntungnya ada Alden yang menolongnya.

Mata wanita itu memicing karena Alden membawa tubuhnya ke atas ranjang. Rayna langsung menekan tombol berhenti, matanya beralih menatap Alden.

"Ini maksudnya apa kamu bawa aku ke ranjang?"

"Lebih baik kamu tonton aja sampai habis, biar lebih jelas. Biar nggak nuduh aku yang nggak-nggak," ujar Alden, pria itu tidak berani menatap wajah Rayna.

Rayna pun kembali menatap ponsel itu, kembali memutar video itu, lagi-lagi dia menahan napas ketika Alden ingin pergi malah ditahan oleh dirinya sendiri.

'Sialan! Apa kalau aku mabuk memang sekacau itu?' gerutunya dalam hati.

Dalam video itu, Alden tampak biasa saja, malah yang ada Rayna yang terkesan ingin menggoda pria itu.

Rayna menutup mulutnya menggunakan kedua tangannya ketika tiba-tiba saja dia melihat dirinya duduk dipangkuan pria itu.

'Ya Tuhan, apa ini. Nggak, nggak mungkin kalau itu aku yang melakukannya,' batin wanita itu sembari terus menggeleng.

Dada Rayna semakin merasakan sesak yang luar biasa ketika di video itu dirinya yang lebih dulu mencium pria itu dan juga mencoba membuka kancing kemeja pria itu.

Rayna memejamkan matanya, tangannya gemetar hebat ketika melihat kejadian yang selanjutnya, yaitu ketika Alden menindihnya dan juga ... mereka melakukan yang harusnya tidak pernah mereka lakukan.

Tanpa sadar wanita itu menjatuhkan ponselnya, dia benar-benar tidak sanggup mendengar suara desahan Alden dan juga suara desahan dirinya sendiri.

"Tidak, ini tidak mungkin. Pasti kamu sudah merekayasa semuanya, kan?" tanya wanita itu lirih disertai isak tangis.

"Coba kamu perhatikan baik-baik, di mana hasil rekayasa itu? Itu semua murni, kita memang telah melakukannya, Rayna. Sudahlah, jangan menyangkal. Semuanya sudah terjadi," kata Alden dengan suara tak kalah lirihnya.

Rayna menutupi kedua telinganya ketika suara desahan itu semakin keras, wanita itu menangis sambil terus menggeleng.

Karena kasihan, Alden langsung mengambil ponselnya dan mematikan rekaman itu.

Tak ada lagi obrolan dari mereka. Alden diam seribu bahasa, sementara Rayna terus saja menangis.

Hal bodoh yang Alden lakukan adalah melupakan pengaman ketika sebelum bermain. Entah mengapa dia bisa melupakan benda itu, malam itu dia benar-benar sudah dimabuk hasrat bersama dengan Rayna. Itulah yang sedari tadi dia pikirkan. Sebenarnya kalau pun suatu saat nanti akan terjadi sesuatu dengan wanita itu, Alden dengan senang hati akan tanggung jawab, tapi bagaimana dengan Rayna?

"Aku sekarang udah jadi wanita kotor."

Alden mendekat, dia memegang kedua pundak Rayna. "Jangan berkata seperti itu, Rayna. Aku tidak suka mendengarnya."

"Kenyataannya memang seperti itu! Bagaimana kalau Zidan sampai tahu jika calon istrinya sudah tidak suci lagi, apakah dia tetap mau bersamaku? Tidak, jangankan Zidan, laki-laki lain pun tidak akan sudi denganku!" teriak Rayna.

Saat ini Rayna benar-benar terlihat begitu kacau, Alden sampai kewalahan untuk menenangkannya. Mau tak mau pria itu memeluk Rayna dengan erat, lalu berbisik pelan. "Apapun yang terjadi, aku akan bertanggung jawab."

Halo, jangan lupa berikan vote nya ya, terima kasih.

Terjerat Gairah Sahabat Kekasihku Where stories live. Discover now