Kenapa Begitu Penasaran Denganku?

368 8 0
                                    

Hari ini adalah hari yang sangat melelahkan, menurut Rayna. Usai bertemu dengan Alden tadi, pikirannya mulai berkecamuk.

Alden menunjukkan sisi lain dari kehidupannya, yang Rayna pikir jika Alden itu tipe pria penggoda, suka merayu sana-sini, penolong tapi pamrih. Namun tadi dia melihat sendiri bagaimana Alden sedang marah, hal itu sukses membuatnya merinding.

Bagaimana kalau sampai ancamannya itu bukan hanya sekadar omongan belaka? Apa yang harus dia lakukan? Apakah Rayna akan tetap mengandung benih dari pria itu? Apa yang akan orang lain pikirkan tentangnya?

Rayna bergidik ngeri. "Ngapain mikir yang jauh-jauh sih, belum tentu juga aku hamil, kan? Ngapain juga ancamannya terlalu dipikirin, mungkin itu hanya gertakan saja," gumam wanita itu.

"Ini udah waktunya pulang, kamu nggak pulang?"

Rayna terlonjak kaget, dia melihat ke samping, dilihatnya Riska tengah menatapnya sambil nyengir.

"Ngagetin aja kamu itu!" seru Rayna.

"Hehehe, lagian dari tadi aku lihat kamu itu melamun terus. Mikir apa sih? Atau jangan-jangan tadi Pak Alden habis hukum kamu ya?" tanya wanita itu penuh selidik.

Rayna menggeleng pelan. "Nggak ada, kamu cuma bicarain masalah ...."

'Aduh, ayolah Rayna, berpikir lebih keras, jawaban apa yang harus kamu ucapkan, jangan sampai malah keceplosan,' batin Rayna.

"Itu masalah yang kemarin, yang bikin heboh. Dia tanya kalau aku masih mempermasalahkan atau tidak. Ya ... aku jawab udah lupa sama masalah itu, gitu sih," jawab Rayna asal.

Riska tampak manggut-manggut. "Oalah, aku kira apaan. Aku kira kamu terlibat masalah serius sama dia."

"Nggaklah ya, aku ini, kan, wanita baik-baik," kata Rayna percaya diri.

"Heleh! Kalau wanita baik-baik nggak mungkin kamu kena masalah waktu itu," cibir Riska.

Rayna menggaruk kepalanya yang tidak gatal sambil nyengir lebar. "Habisnya aku sebel banget sama dia, dia itu ngeliatin aku terus waktu itu, ya aku bentaklah."

"Biasa aja kali, Pak Alden emang suka ngelihat yang bening-bening gitu, namanya juga mata keranjang."

"Kamu udah pernah?" tanya Rayna ambigu.

"Hah? Pernah apaan?"

"Pernah dirayu sama dia?" tanya wanita itu dengan gugup.

"Pak Alden mana mau ngerayu sama karyawan sendiri. Dia lebih milih cari wanita di luar."

Mata Rayna membulat. "Kamu udah tahu?"

"Tahu lah, maksud kamu sifat playboynya Pak Alden, kan?"

Rayna mengangguk. "Mungkin seperti itu."

"Semua yang kerja di sini juga udah tahu kali kalau Pak Alden itu sering gonta-ganti pasangan. Bukan sih, lebih tepatnya sering gonta-ganti teman tidur. Pak Alden mana mau pacaran."

"Sepertinya kamu tahu banyak hal tentang dia ya," gumam Rayna.

"Tahu banget, tiap hari banyak yang gosip tentang dia malah, jelas aja aku tahu."

Ini adalah kesempatan besar untuk Rayna untuk menanyakan sesuatu tentang Alden.

"Hemm, Riska. Boleh aku tanya, tapi tolong jangan kasih tahu siapa pun ya, ini rahasia kita berdua, bisa?"

Riska menyipitkan mata. "Kenapa? Apa kamu juga mempunyai skandal dengan Pak Alden?" tanya wanita itu penuh curiga.

'Iya, aku pernah tidur dengannya malam itu.'

Ingin sekali Rayna menjawab seperti itu, tapi dia malu untuk mengakuinya.

"Enak aja. Aku cuma tanya aja, tapi tolong jangan kamu bocorin ke orang-orang, takutnya nanti disampaikan langsung ke orangnya, nanti aku kena masalah lagi sama dia, kan, bahaya."

"Ya udah deh, emangnya kamu mau tanya apa?" tanya Riska penasaran.

Rayna berdeham sejenak, dia menoleh ke kanan-kiri untuk memastikan keadaannya benar-benar aman.

"Jadi ... apa ada seorang wanita datang ke sini meminta pertanggung jawaban atas yang Alden lakukan?" tanya Rayna pelan.

"Maksud kamu?" Kening Riska berkerut, tak lama kemudian dia manggut-manggut. "Oh aku tahu, maksud kamu wanita hamil yang minta tanggung jawab sama Pak Alden?"

Rayna mengangguk. "Iya, seperti itu. Apa ada?"

Riska berpikir cukup lama, kemudian menggeleng. "Setahuku sih nggak ada, emangnya kenapa?"

"Ya nggak apa-apa sih, aku, kan, cuma tanya aja. Masalah ya?"

"Nggak sih, cuma aneh aja."

"Nah, ini aku mau tanya lagi, tapi lebih ke lebih intim sih. Kalau main hanya sekali apa bisa langsung hamil?" tanya Rayna setengah berbisik.

Riska semakin mengerutkan keningnya karena mendapat pertanyaan yang begitu aneh dari Rayna.

"Jujur aja ya, kalau masalah itu aku nggak tahu, tapi ada temanku waktu pengantin baru, katanya baru sekali main langsung jadi. Ya ... karena mereka mainnya pas temanku itu lagi masa subur. Nggak tentu juga sih sebenarnya, ada juga yang beberapa kali main langsung jadi. Nah, kenapa kamu tanya seperti itu, apa kamu udah pernah main? Oh, atau jangan-jangan kamu sama Pak Alden--"

"Ish! Jangan sembarangan nuduh ya, aku cuma tanya. Aku tuh penasaran. Bukannya kamu bilang kalau Alden sering gonta-ganti pasangan tidur? Apa dia nggak takut kalau banyak yang hamil karena ulahnya?"

Riska tertawa terbahak-bahak. "Kamu ini lucu sekali. Dia itu pemain, sudah pasti dia tahu apa saja yang dia lakukan. Bisa saja dia memakai pengaman. Rayna, Rayna ... ada-ada aja ya kamu ini, kenapa polos sekali jadi wanita. Hati-hati loh nanti kamu malah dimanfaatkan sama laki-laki karena kepolosanmu itu," peringat Riska.

'Sebenarnya aku tahu hal itu, cuma sengaja aja bilang seperti itu biar kamunya nggak curiga.'

"Dan hati-hati juga karena suka kepo dengan privasi orang lain. Kalau kamu penasaran kenapa tidak bertanya langsung pada orangnya, atau kamu penasaran dengan permainanku? Oh, aku lupa. Bukannya kita pernah ...."

Rayna dan Riska langsung menoleh ke arah sumber suara, mata Rayna melotot ketika Rayna mendengar ucapan Alden, beruntungnya pria itu tidak melanjutkan kata-katanya.

"Maaf, Rayna, Pak Alden. Saya permisi, tiba-tiba saya sakit perut. Rayna, aku pulang duluan ya, sampai jumpa besok."

Rayna ingin mencegah pergi, sayangnya wanita itu sudah berlari dengan kencang untuk menjauh dari Alden.

"Jadi untuk apa kamu penasaran dengan kehidupanku, terus kamu ngapain tanya sama dia yang jelas-jelas tidak tahu kehidupanku seperti apa?" tanya pria itu, kali ini Alden sudah berada di hadapan Rayna.

"Dia tahu semuanya tentang kamu," bela Rayna.

"Nyatanya yang dia omongin nggak ada yang benar."

Rayna mendongak, menatap Alden tajam. "Jadi kamu menguping pembicaraan kami?"

"Sama seperti kalian yang sudah lancang membicarakanku dari belakang."

Rayna kembali menunduk. "Maaf," kata wanita itu lirih.

"Kamu bebas menanyakan apa saja padaku sekarang. Aku sudah berada di depanmu. Kamu bertanya apa ada wanita yang meminta tanggung jawab atas apa yang aku lakukan, kan? Perlu kamu tahu, Rayna. Aku membayar mereka, dan aku selalu berhati-hati dalam bermain, kecuali dengan kamu. Perlu digaris bawahi, kecuali dengan kamu, Rayna. Dengar?"

"Kecilkan suaramu, Alden. Takut nanti ada yang dengar," peringat Rayna.

"Aku tidak perduli, sekarang aku yang tanya sama kamu, kenapa kamu begitu penasaran denganku, apa kamu mulai tertarik denganku?"

***

Jangan lupa vote nya, teman-teman.

Terjerat Gairah Sahabat Kekasihku Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang