PART 16

2.7K 434 25
                                    

Pulang dari basecamp, Pram mampir ke apotek untuk membeli suatu obat. Dia mengulum bibir sembari menimbang-nimbang obat yang telah dia beli.

Huhhhhhh... mengembuskan napas panjang. Menatap obat itu, lalu menggenggamnya erat, memasukannya ke dalam saku jaket. Dan, memantapkan langkah.

-

Pram memasuki rumah, berpapasan dengan Dante yang mau masuk ke ruang makan.

"Apa lo?!" Dante selalu sewot.

Pram membalas dengan tatapan 'apaan?' Mau jawab pake kata sewot lagi, tapi ada Alya di ruang makan. Dua lawan satu, apalagi kalau Jhona tiba-tiba turun. Gak aman, mending diam. Pram hanya mendecak pelan lalu melanjutkan langkah.

-

"Apa tadi kata Dokter Ari, Pram?"

"Gak kenapa-napa, nanti besok disuruh ke rumah sakit lagi sama Papa."

"Kenapa? Papa ini mau pulang, udah di Bandara."

"Nggak tahu, nanti Dokter Ari yang jelasin."

"Oh, iya. Gimana Mama Alya, Jhona, Dante, baik, kan?"

"Baik."

"Syukur kalo gitu. Kamu jangan begadang. Minum dulu obatnya sebelum tidur."

"Mm, ya. Aku matiin ya, Pa, mau tidur."

Pram mematikan panggilan. Sebelum keluar dari aplikasi chatting, dia melihat status teman-temannya di sekolah dulu, yang kini sudah jarang saling menghubungi. Pram juga bukan tipe orang yang suka menghubungi duluan lagi. Lambat laun, mungkin mereka akan jauh dan menjadi asing. Hanya pertemuan yang akan kembali menyatukan mereka, tapi Pram terlalu malas untuk pergi ke tempatnya yang dulu.

--

Besoknya, Pram ke rumah sakit dengan Erik. Mengikuti beberapa pemeriksaan untuk memindai setiap bagian otaknya. Setelah ke ruangan satu, Pram dibawa ke ruangan lain, lalu ke ruangan lain lagi. Terakhir dia melakukan pemeriksaan yang disebut elektroensefalogram atau EEG, kepalanya ditempeli banyak elektroda yang terhubung dengan komputer.

Setelah pemeriksaan-pemeriksaan yang memakan waktu seharian itu, Pram dan Erik kembali ke ruangan dokter.

"Besok--"

"Gak bisa, Dok, besok saya sekolah," Pram langsung memotong.

Erik meliriknya, memberikan tatapan menegur.

"Lusa?"

"Ya," sahut Pram, "atau Sabtu-Minggu deh, pas hari libur aja, Dok."

Si pasien menawar. Dokternya sampai terlihat mengernyitkan kening.

"Pram..." Erik melirik Pram. "Kapan harusnya aja, Dok," lalu berucap pada dokter di hadapannya.

"Yaudah, lusa ke sini lagi," putus dokter.

Erik mengangguk. Pram menghela napas.

-

Sebelum pulang, Erik membawa Pram makan di restoran. Setelah pemeriksaan yang panjang, Erik yakin Pram lapar. Di rumah dia tidak akan mau makan.

"Nanti lusa, pergi sama Papa lagi."

"Iya," Pram mengiyakan. Tak mungkin menolak. Berharap saja rencananya berjalan lancar.

--

Karena sekarang ada Erik, Pram kembali menunggu Dante untuk berangkat sekolah. Dia lirik ban motor Dante yang depan belakang baru. Sebelum melajukan motor, saudara tirinya itu meliriknya tajam terlebih dulu. Pram mendecih lalu ikut melaju, meninggalkan rumah. Dia mengikuti motor Dante, penasaran dengan jalan pintas yang selalu Dante lalui.

PUNK (Selesai) Where stories live. Discover now