6- Pertemuan Tanpa Syarat

39 57 0
                                    

hello, happy reading!

jangan lupa tinggalkan jejak ya. bantu vote dan komen yaww!

__________

Jika ditanya lagi, apa sebenarnya keinginan seorang Hira? Dia hanya ingin permintaan maaf dari sang ayah dan bertemu sang ibu. Permintaan yang sederhana namun sangat sulit untuk dia dapatkan.

Hira merasakan cahaya masuk melewati indera penglihatannya, dia mengerjabkan matanya beberapa kali guna menetralkan pencahayaannya, tempat yang sangat asing untuk Hira.

Dia melihat kearah ruangannya, hanya penuh dengan warna putih dan ruangan ini sangatlah tenang seperti tidak ada tanda tanda kehidupan didalamnya.

Dia mencoba duduk dipinggir kasurnya, netranya masih merasa sangat asing dengan ruangan tersebut.

"B-bukankah aku sebelumnya berada dikamar mandi?"

Hira dapat mengingat bagaimana dia sebelumnya, memikirkan hal tersebut membuat Hira panik sendiri jadinya.

Ruangan putih ini sangat bersih dan wangi, jujur Hira menyukai ketenangan disini tapi dia masih bingung dengan apa yang terjadi. Disaat Hira lagi berantem dengan pikirannya sendiri tiba tiba wanita paruh baya dengan pakaian putih bersih dan rambut panjang berwarna hitam legam berdiri dihadapan Hira, senyumnya sangat nyaman untuk dilihat.

"Aku dimana?"

Wanita tadi hanya tersenyum lalu berjalan menghampiri Hira yang terlihat tegang karna ketakutan.

"Mau ikut, Mama?"

Hira mengerjabkan matanya beberapa kali, masih dengan menatap wajah keriput wanita paruh baya dihadapannya.

"Mama?"

Wanita itu mengangguk dengan senyumannya, lalu menarik lembut tangan sang anak.

"Kau tumbuh dewasa sayang, sangat cantik"

"Aku mirip denganmu kan, Ma?"

"Tentu saja, kau beneran anakku"

"Mama, aku selalu ingin seperti ini"

"Tapi kita tidak bisa terus seperti ini, Hira"

"Mengapa? Aku ingin terus bersama Mama, cukup sakit jika terus bersama ayah"

Nara mengusap surai anaknya, sangat lembut dan nyaman Hira menyukainya.

"Ada saatnya kamu akan terus bersama mama sayang, untuk saat ini bertahanlah sebentar untuk ayah dan saudaramu. Kau mengertikan?"

Hira mengangguk kecil.

Nara berjalan mendahului Hira lalu berhenti didepan pintu berwarna coklat yang sangat besar.

"Masuklah, dan kembalilah pada keluargamu"

"Ma, terima kasih untuk kenangan singkatnya"

Hira memeluk Nara terlebih dahulu sebelum akhirnya dia masuk melewati pintu besar berwarna coklat tersebut.

- Keinginan Terakhir Vanamhira -

Suara monitor jantung membuat beberapa orang yang berjaga dalam tidurnya terbangun, terutama Asaka lelaki introvert itu langsung terbangun dan memanggil dokter kepanikan sedang menyerangnya saat ini.

Sudah hampir dua minggu sebenarnya Hira tidak sadarkan diri, selama itu juga Langga menghilang tanpa kabar. Mahes sendiri tidak tau kemana ayahnya itu pergi, bahkan selama ini hanya tantenya Nazha yang bergantian untuk menjaga Hira dirumah sakit saat dia dan saudaranya berangkat sekolah.

Dokter dan suster berdatangan secara bergantian untuk memeriksa keadaan Hira saat ini, semua orang disuruh menunggu didepan ruangan rawat Hira.

Beberapa orang menangis dan berharap tuhan masih berbaik hati dengan mereka dan membiarkan Hira untuk melanjutkan hidupnya.

Asaka, lelaki berkulit pucat tersebut terlihat duduk dengan tenang sambil bersandar pada dudukan kayu yang berada didepan ruangan rawat, disaat dia sedang melihat sekeliling tidak sengaja netranya menangkap sosok yang tidak asing sedang berdiri didepan koridor ruangan rawat dengan wajah khawatir. Mengapa baru datang kemari?

"Kita tidak perlu Ayah!"

Langga benar benar menyesal saat ini, dia berusaha mencari alasan supaya sang anak percaya.

"Kenapa ayah baru kemari?!" kesal Mahes sambil sedikit mendorong bahu sang Ayah.

Langga terduduk lemah dilantai, membiarkan anak anaknya terus memarahinya karna memang itu kesalahannya. Asaka sudah lelah dengan semuanya, dia sekarang hanya menunggu kabar selanjutnya dari sang dokter.

"Keluarga pasien?" tanya dokter tiba tiba.

Asaka segera berdiri lalu menghampiri sang dokter begitu juga dengan Nazha.

"Pasien masih dalam keadaan tidak sadarkan diri, tapi pasien sudah berhasil melewati masa kritisnya. Tinggal nunggu pasien sadarkan diri saja"

Tuhan masih berbaik hati pada mereka.

__________
tbc.

KEINGINAN TERAKHIR, HIRA [✔️]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang