bab 48. Kemunculan Jordi

2.2K 163 11
                                    

     Pria itu menarik tangan Handoko untuk keluar dari rumah Sarah. Dengan di ikuti oleh Kamil, Bian dan juga si pemilik rumah, Handoko berusaha keras melepaskan tangannya dari pegangan sang pria kekar yang tak lain adalah anaknya. Jordi.

     "Ayah udah bilang, dia bakal jadi istri yang baik buat kamu," ujar Handoko saat Jordi bahkan tak mendengarkan penjelasannya secara lengkap.

     "No! I don't want it! Aku gak mau," tolak Jordi masih menarik sang ayah menuju mobil.

     Menghempaskan tangannya dari cekalan sang anak, Handoko berhasil membuat pria muda di depannya menoleh. "Kenapa? Sarah itu cantik. Dia pinter. Dia bakalan jadi istri yang sempurna buat kamu nantinya."

     "Cantik?" Ulang Jordi seraya menatap Sarah dengan kening mengernyit heran. "Cantik dari mana? She's so ugly. I don't like her (Dia jelek banget. Aku gak suka sama dia)."

     Terperangah, mereka semua termasuk Kamil yang ada di sana menatap pria itu tak percaya. Sarah itu bagai malaikat, tapi bagaimana bisa Jordi mengatakan jika perempuan itu jelek? Apa matanya rabun?

     "Jordi!"

     "Aku udah bilang sebelumnya. Aku gak ada niat buat nikah. Kalo ayah masih memaksa aku melakukannya, don't blame me, if I'm going back to mom's house (jangan salahkan aku, kalo aku akan pulang ke rumah ibu)." Jordi mulai menunjukkan tatapan mengancam.

     "Kenapa harus kerumahnya? Nggak! Ayah gak ngasih ijin."

     "So, don't do that again. Let's go home. (Jadi, jangan lakukan itu lagi. Ayo pulang)," ajak Jordi yang mau tak mau membuat Handoko menuruti perintah sang anak.

     Pria tua itu menatap Sarah cukup lama sebelum akhirnya masuk kedalam mobil yang sebelumnya sudah di bukakan pintunya oleh Jordi. Menghembuskan napas, Handoko merasa berat untuk melepaskan mimpinya yang ingin menjadikan Sarah sebagai menantu. Tapi apa boleh buat? Jika Jordi telah berkata demikian, dengan terpaksa Handoko harus merelakan mimpinya begitu saja.

     Berjalan menghampiri Kamil yang masih berdiri di samping Sarah, Jordi kemudian bertanya pada laki-laki yang sudah dianggapnya sebagai saudara. "Apa itu cukup?" Tanyanya yang di jawab anggukan senang oleh Kamil.

     "Iya." Kamil tersenyum mengingat beberapa saat yang lalu dirinya mengirimkan alamat rumah Sarah kepada Jordi. Meminta anak majikannya tersebut untuk menghentikan obsesi gila Handoko terhadap mantan asistennya. Tanpa di sangka, Jordi langsung datang bak super Hero yang sering muncul di dalam komik.

     Jordi tersenyum lalu mengangguk. "Okay. Let's go." Ajaknya mengajak Kamil untuk masuk ke dalam mobil. Melangkahkan kakinya hendak pergi, Jordi yang seakan teringat sesuatu kemudian menoleh dan mengangkat tangannya seolah menyapa Sarah.

     "Jangan sakit hati. Yang tadi itu bohongan kok. Kamu cantik," ujarnya lalu tersenyum lebar dan kembali melanjutkan langkahnya untuk masuk kedalam mobil.

   Meninggalkan Sarah dan Bian yang menatap kepergiannya dengan pandangan bingung. Yang barusan itu apa?

oOo

     Keesokan harinya

     Chintya berjalan menuju bilik kerja dengan di ikuti oleh Thea saat dirinya melihat sebuah amplop undangan yang tersimpan rapi di atas meja kerjanya.

     Tidak hanya Chintya, Thea dan beberapa orang yang lainnya pun menemukan hal serupa, hingga mereka saling berpandangan merasakan kebingungan itu secara berjamaah.

     "Siapa yang mau nikah?" Thea yang pertama kali bersuara lantas segera membuka amplop cantik itu dan menemukan sebuah kertas yang membuat mereka semua hampir lupa untuk bernapas.

Back to Me, Please?Where stories live. Discover now