Part 23

3.6K 241 0
                                    

Berulang kali aku meminta maaf pada suamiku, tapi dia tetap diam. Entah apa yang terjadi padanya beberapa hari semenjak pertengkaran kami waktu itu, dari pertengkaran itu dia menjadi berubah sedikit dingin.

"Bu yuni, udah mau dimulai ya polinya?"

"Iya lan sudah dimulai ini, kenapa? Ada masalah dikaber?"

"Iya, mau konsul bentar sama dokza bisa?

"Bisa lan, 10 menit ya? Masuk aja kedalam abis pasien keluar"

"Lan hati-hati lagi minus 3"
Bisik bu yuni sambil menggapit tanganku.

"Terimakasih bu yuni"

Aku meminta izin perawat poli untuk menemui suamiku, pesan dari eci dan mama aku harus bergerak cepat jika tidak ingin mengecewakan orangtua kami dan kehilangan suamiku. Setelah pasien keluar dari ruang periksa aku segera masuk dengan mengetuk pintu terlebih dahulu.

"Dokter"

"Mas reza"

Aku menunduk dan gugup ingin memulai pembicaraan dari mana. Terlalu banyak yang kupikirkan  dan ingin aku ungkapkan tetapi tak bisa kuutarakan.

"Hmmm"
Panggilanku hanya dijawab dengan deheman.

"Maafin aku"
Air mataku mulai ingin menerobos dari bendungannya.

"Ya"
Jawabnya singkat.

"Mas"
Panggilku lagi. Kali ini dia menatapku dengan mata yang menyelisik membuatku yang akan menatapnya menunduk lagi.

"Kamu kenapa disini? Sekarang shift apa?"

"Pagi"

"Sekarang masih pukul 13.00, masih ada 1 jam lagi. Memangnya kamu sudah tidak ada tugas?"

"Maaf, aku hanya.."

"Pasien poli sudah lama menunggu, kasian kalau kamu jeda gini. Kamu kembali ke kaber, after  masing-masing tugas selesai kita bisa bicarakan lagi."

"Maaf"

"Ya, sekarang kamu bisa keluar"

Dengan berat hati aku keluar dengan muka sedikit terasa panas, apa-apaan ini, aku barusan diusir secara halus kan? "Kamu bisa keluar sekarang" gila. Dasar suami kutub.

"Gimana lan udah?
Tanya bu yuni saat aku menutup pintu ruang periksa.

Aku menggeleng kemudian mengangguk. Membuat bu yuni sedikit tertawa.

"Sudah dibilang minus 3"

Aku memutuskan untuk pergi dari poli kandungan tanpa menanggapi perkataan ibu 3 anak tersebut.

"Lan, lusa RS ultah, kaber kebagian tugas kasih edukasi di desa Y, bagusnya judul materi yang tim kaber buat apa ya? Materinya jangan jauh-jauh dari ilmu kebidanan."

"Terserah mb mei"

"Kasih pendapat dong lan"

"Otakku ndak bisa mikir mb mei, kasih edukasi pencegahan covid-19 pada ibu hamil dan keluarganya aja. Kan itu yang lagi penting sekarang."

"Bener juga ya lan, oke itu aja. Pembicaranya kamu ya? Dokza gak bisa katanya. Kita berangkat bareng poli anak"

"Ha kok bisa? Bukannya sama poli gigi ya?"
Tanya eci penasaran.

"Poli anakkan katanya pembicaranya dokter monic, bisanya lusa ci, jadi minta bereng poli kandungan aja katanya"

"Alah alasan aja, mau modusin dokter reza tu kali"

"Lu syirik banget ci?"
Tanya mb mei sambil tertawa. Pasalnya memang sudah bukan jadi rahasia jika dokter monic selalu mencoba mendekati dokter reza.

"Lan ini udah kuasa tuhan kamu ditakdirkan bersaing dengannya. Kamu harus tampil beda nanti. Lu bisa bersaing dengannya. Semangat!"

"Iya lan go go go"
Tambah Rani menyemangati.

"Aku mah apa atuh, yo gak mampu aku bersanfing dengannya"

"Bahasamu lan, kebiasaan campur2 bahasa sunda dan jawa. Bisa yok bisa"

"Ini ada apa si kok bersaing-bersaing?"

"Lu gak tau mb mei. Ada pertarungan sengit antara 2 orang"

"Maksudnya?"

"Mb mei adek tercinta mb mei lagi ada masalah, dia diancam dokter monic kemarin-kemarin. Dia bilang lani sebagai penghalang dokza dengan dia, dia bakal ngelakuin hal yang gak disangka jika masih berani dekatin dokza katanya. Tapi ngomongnya lebih sadis dari itu mb mei. Duh.."

"Siapa yang bicara seperti itu ran?"
Tanya suara bariton yang tiba-tiba masuk kedalam ruang kaber.

"Eh dokter, itu dok anu.."

"Siapa?"
Tanyanya menantang.

"Maaf dokter bukan siapa-siapa?"

"Siapa ran? Kamu hati-hati kalau bicara. Kalau gak bener bisa buat fitnah"

"Dokter yang harusnya hati-hati. Udah ada istri malah masih suka makan berdua dikantin sama perempuan lain. Perempuannya juga gatel suka main berduan di ruangan dokter. Perempuan mana yang gak sakit liat suaminya sama perempuan lain. Istri dokter bener diancam dok. Dokter mana tau selama ini istri dokter dapat teror. Saya dan rani liat dan dengar sendiri dok, cctv juga ada kalau dokter mau cek. Dokter sibuk dengan urusan dokter sendiri. Maaf-maaf ni dok kalau saya ngomong begini. Dokter nanti bakal nyesel kalau istri dokter kenapa-napa seperti dokter laksmi waktu itu. Dokter monic itu pernah dipenjara gara-gara dengan sengaja nyelakain orang dok. Dokter kalau gak niat sama teman saya gak usah nikahin dia kalau cuma mau nyiksa batin dia"

"Ci.."
Ucapku pelan sambil memegang tangannya. Aku benar-benar tidak menyangka eci selugas itu mengutarakan isi hatinya.

"Dokter kalau udah gak sayang sama teman saya mending pisah aja, jangan terus sakiti dia"

"Ci udah malu diliatin banyak orang"
Cegah mb mei menahan eci.

"Maaf ci, ini urusan rumah tangga saya. Terimakasih sarannya dan saya harap kamu tidak ikut campur masalah kami lagi"

SEPASANG TULIPWhere stories live. Discover now