Ditengah sunyinya Kota Malang yang semakin sepi dengan arus lalu lintasnya, suamiku menyetir mobil dengan ugal-ugalan. Entah sudah berapa kali dia menerobos lampu lalu lintas yang berwarna merah.
"Mas pelan-pelan kenapa sih, kaya orang kesetanen aja"
"Gimana aku bisa tenang sih Lan kalau kamu kaya gitu?"
Katanya tanpa menoleh ke arahku."Udah gak keluar kok darahnya sepertinya, gak nyeri juga kok mas"
Ucapku menenangkannya yang dia balas hanya dengan decakan.Sesampai di Rumah Sakit, dia memarkirkan mobilnya seenaknya di depan UGD dan menyerahkan kunci mobilnya pada petugas keamanan. Tidak seperti di Rumah Sakit sebelumnya, disini aku langsung di periksa TTV dan diinfus. Sungguh beda sekali memang perlakuan lawan kita jika mereka tau kita mempunyai power di Rumah Sakit ini.
Yang jadi pertanyaan adalah apakah seseorang bisa mendapatkan pertolongan cepat jika seseorang yang membutuhkan bantuan itu mempunyai power seperti orang terpandang, orang kaya raya, atau bahkan pemilik saham perusahaan atau sebagainya? Lalu bagaimana dengan nasib orang yang bukan seperti aku sebutkan tadi? Semoga saja itu hanya pikiran burukku terhadap Rumah Sakit seperti tadi. Yang jelas Rumah Sakit memang mempunyai aturan yang berbeda-beda.
Suamiku itu kini hanya mengamati seorang perawat yang sedang memasang infus di punggung tanganku. Kemudian satu orang perawat dan dokter jaga yang tadi disini mengajukan beberapa pertanyaan padaku kini sedang menyiapkan alat usg kecil di samping bedku.
"Monggo dokter alat usg nya sudah siap"
Kata dokter jaga itu dengan sopan.Tidak seperti kehamilanku pertama, pada kehamilanku yang kedua ini sangat lemah, aku beberapa kali harus masuk Rumah Sakit karna muntah terus menerus sampai kekurangan cairan. Disini, lagi-lagi peran suami begitu besar. Dia dengan telaten mencarikan makanan yang aku suka dan tidak menimbulkan mual muntah, mengusuk punggungku dengan lembut, dan selalu bisa menemaniku disaat jadwal prakteknya yang padat.
"Kuat ya sayang, maaf"
Katanya yang selalu dia ucapkan sambil menciumi ubun-ubunku ketika aku mual-muntah di usia kandunganku trimester satu ini.Selama hamil, aku memutuskan untuk tidak bekerja lagi sesuai ekspetasiku dulu dimana aku ingin selalu menjadi wanita produktif karna kandunganku yang selalu rewel dan bermasalah. Sampai seiring waktu berjalan, janin yang kini ada dikandunganku selama sembilan bulan, dua belas hari itu lahir.
Aku mengalami ketuban pecah dini setelah menjalankan sholat isya, suamiku yang panik itu walaupun dia sering kali menemui kasus seperti ini langsung membawaku ke Rumah Sakit dan aku direncanakan SC hari itu juga.
Kelahiran kedua ini, suamiku cukup panik sehingga dia menyerahkan sepenuhnya perawatanku dan operasiku pada salah satu rekan kerjanya yang bernama dokter Maya. Alhamdulillah operasi berjalan dengan lancar dan anak perempuanku lahir dengan BB 2500 gram dan panjang 48cm. Termasuk ukuran bayi baru lahir yang normal walaupun aku selama hamil ogah-ogahan untuk makan dan minum susu hamil.
Hari demi hari aku lalui, menjadi seorang ibu dengan dua orang anak. Mencoba menjadi ibu dengan mendidik anak tanpa kekerasan dan nada bicara yang keras walaupun terkadang suka putus asa dan menangis di pelukan suami saat menjelang jam tidur.
"Sabar"
Hal itulah yang selalu diucapkan suamiku saat aku mencurahkan semua keluh kesahku kepadanya.Cara mendidik anak memang sulit, sebab membutuhkan kesabaran ekstra. Meski masih kecil, anak-anak serring terlibat pertengkaran dengan teman maupun saudaranya. Tak jarang, hal yang menjadi pemicunya adalah masalah-masalah kecil.
Namun, dari hal kecil tersebut malah berujung dengan pertengkaran yang hingga terjadi kekerasan. Sedang emosi, Si Kecil mungkin saja memukul atau melempar lawannya dengan barang tertentu. Hal ini tentunya sangat tidak baik bila menjadi kebiasaan sejak kecil. Apalagi sifat anak perempuanku ini beda dengan sang kakak yang pendiam dan cuek.
Sering kali anak keduaku ini bersikap seperti anak laki-laki dan menantang teman sekelasnya untuk adu kemampuan bela dirinya, dan emosinya yang tinggi membuatku harus memberikan perhatian lebih terhadapnya dibanding dengan kakaknya. Salah satu cara untuk mencegah terjadinya hal yang tidak diinginkan seperti berantem dengan temannya tersebut adalah dengan mendidik anak tanpa menggunakan kekerasan dan beberapa nasehat.
Maka sebisa mungkin aku menghindari mendidik anak dengan cara yang tidak menyenangkan seperti hukuman fisik, membentak, atau mempermalukan anak. Melakukan pola asuh yang positif dan perlu menghindari hukuman fisik serta kekerasan verbal terhadap anak.
Ketika anakku sudah mulai tumbuh besar, keinginan menjadi wanita karier itu kini mulai tumbuh lagi. Aku mencoba untuk melamar sebuah kerja di sebuah kampus yang lumayan terkenal di Kota Malang ini sebagai pendidik, dan Alhamdulillahnya aku diterima.
Selain menjadi dosen, aku mencoba merintis usaha membuka BPM atau Bidan Praktek Mandiri di dekat rumahku dibantu dengan asisten bidan. Kini apa yang aku cita-citakan beberapa tahun lalu kini telah aku capai, Allah Aza Wa Jalla sungguh baik terhadapku, memberikan apa yang aku minta, memberikan apa yang aku suka.
Setiap orang pasti punya mimpi termasuk diriku. Namun, faktanya jalan yang aku lalui, tidak seindah angan-angan. Ada banyak hal terjadi dan mungkin itu semua bukan keinginanku. Jika dipikir kembali semua hal yang terjadi pada dasarnya mempunyai makna tersendiri dan mungkin jarang sekali aku memahaminya.
Sesuai agama yang aku yakini, Allah Aza Wa Jalla akan selalu menguji atau memberikan cobaan dalam kehidupan setiap hambanya. Entah dalam bentuk kebahagiaan maupun kesedihan. Kebahagiaan merupakan dambaan semua orang, namun hal tersebut tidak perlu dikejar terus-menerus, terkadang kita perlu berhenti sejenak dan mensyukuri nikmat yang telah Tuhan kasih kepada setiap hambanya, namun untuk mencapai titik bahagia sesungguhnya sudah ada pada diri kita masing-masing.
Percaya lah, Tuhan tidak akan pernah mengecewakan hamba-Nya karena janji-Nya. Jika kita masih merasa kecewa, bisa jadi ada yang salah dengan keimanan kita.
***End
Dankuwel, terimakasih sudah membaca cerita Sepasang Tulip. Jika ada kesamaan cerita nama dan tepat, mohon maaf sebesar-besarnya. 🙏🏻😊

YOU ARE READING
SEPASANG TULIP
Teen FictionSeringnya kita terlalu mengkhawatirkan apa yang orang lain pikirkan tentang kita hingga tanpa sadar kita menipu diri kita sendiri.