Bab 38

3.5K 196 1
                                    

Bekerja dengan perut besar dan terasa menegang membuatku tidak selincah dan senyaman biasanya yang bisa lari-lari ketika membutuhkan tindakan cepat. Entah kenapa, tidak seperti biasanya ketika menolong ibu bersalin atau partus aku sedikit pusing ketika melihat banyak darah.

Pendarahan ini kemungkinan terjadi ketika ibu saat inpartu meminum air rumput fatimah. Rumput Fatimah yang selama ini dipercaya memperlancar persalinan justru bisa mengakibatkan pendarahan.

Dikenal secara turun temurun di berbagai daerah di Indonesia, rumput fatimah kerap digunakan sebagai 'resep sakti' dalam persalinan. Sayangnya, tidak demikian bagi para tenaga medis yang membantu persalinan. Rumput fatimah dapat menjadi titik awal terjadinya berbagai komplikasi serta musuh utama dalam setiap proses persalinan.

Penelitian menyatakan rumput fatimah memiliki efek peningkatan kontraksi otot rahim. Efek ini mirip seperti oksitosin, obat yang umum digunakan dokter atau bidan untuk membantu meningkatkan kontraksi saat merangsang proses persalinan. Sayangnya, berbeda dengan oksitosin, kadar zat aktif dalam rumput fatimah ini sulit untuk diukur.

Efek kontraksi yang tidak terukur ini tidak hanya berbahaya bagi sang ibu, namun juga mengancam keselamatan bayi. Karena tidak diketahui dosis amannya, penggunaan rumput fatimah dapat mengakibatkan rahim berkontraksi dengan berlebih.

Efek dapat menyebabkan dinding rahim mengalami robekan atau dalam dunia medis dikenal sebagai uterine rupture. Apabila sudah robek, dapat mengakibatkan perdarahan hebat.

Kontraksi rahim yang berlebih dapat menyebabkan aliran darah serta oksigen ke janin terganggu. Akibatnya, janin jadi kekurangan oksigen dan dalam keadaan berat dapat terjadi gawat janin yang mengancam keselamatan sang janin.

Secara umum, dunia medis melarang penggunaan rumput fatimah untuk wanita hamil. Alih-alih melancarkan persalinan, ramuan tradisional ini justru dapat mengancam keselamatan ibu dan janin.

Setelah bayi lahir dan aku serahkan bayi pada ibu untuk inisiasi menyusui dini dibantu dengan mahasiswa kebidanan, aku deep luka pada perinium untuk mengetahui pendarahannya aktif atau tidak, sedangkan pusing dan keringat sudah bercucuran. Dalam situasi seperti ini yang membuat kebanyakan bidan sport jantung dan mandi keringat.

Aku netralkan kepanikanku dengan tetap berfikir tenang, bertindak cepat dan tepat. Aku pakai sarung tangan obgyn dan memasukan tanganku pada jalan lahir untuk melakukan KBI. Setelahnya tanganku menyusuri dalam rahim untuk mencari sisa-sisa plasenta.

Setelahnya kuamati darah sudah tidak sederas air keran wudhu seperti sebelumnya. Kumasukan lagi tanganku pada rahim untuk memastikan sudah tidak ada sisa plasenta. Setelahnya aku ganti sarung tanganku dengan yang baru untuk bersiap melakukan penjahitan perinium sebelum coass obgyn memintaku untuk dia saja yang menjahitnya.

"Tinggal enaknya mau diminta"

Kata seorang pria dengan dingin yang dari tadi memperhatikanku melakukan tindakan. Kata-kata dinginnya mengingatkanku pada suamiku, dia adalah dokter Leon. Sepupu dari suamiku itu memang sedikit banyak mempunyai sifat yang sama dengan suamiku, bedanya suamiku pastinya lebih tua, ganteng dan putih. Iyalah suami sendiri pasti dibela. (Ketawa nyebelin ala marsya and the bear)

"Mba Lani istirahat aja, dari tadi berdiri nolong partus, biar dibersihkan coass sama anak pkl. Keenakan kalau mereka dikasih enaknya doang"
Imbuhnya saat aku sudah mundur mempersilahkan dokter muda itu untuk menjahit perinium.

Menurut dengan nasehatnya karna kebetulan punggung bagian bawahku sudah seperti mau copot. Melepas sarung tangan dan alat pelindung diru, kemudian mencuci tanganku dan keluar dari kamar bersalin.

"Lan, nolong partus kamu?"
Tanya Eci padaku saat dia baru datang untuk jaga siang.

"Iya, partus barengan tuh 3 ibu"

SEPASANG TULIPTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang