Bangun pagi aku sudah berada di kasur ukuran big size dengan selimut tebal, lagi-lagi aku mencium aroma teh hijau dari humidifier. Aku melihat ke sebelah tapi tak ku temukan suamiku. Terdengar suara air di kamar mandi, mungkin itu suamiku.
"Sudah bangun?"
Tanyanya ketika dia keluar kamar mandi dan melihatku sedang duduk di samping ranjang. Aku menghampirinya, memeluk tubuhnya yang hanya menggunakan handuk. Bau aroma karbol dari sabunnya masih tercium jelas.
"Mau mandi, atau wudhu saja? Kita sholat berjamaah ya?"
Katanya sambil mengusap rambutku lembut dan mencium ubun-ubunku."Mau mandi"
"Yaudah aku tunggu buat sholat bareng di mushola sebelah taman ya"
Aku melepas pelukanku dan mengangguk padanya. Mengambil pakaian dress selutut untuk ganti. Berjalan ke arah kamar mandi aku kaget karna bukan kamar mandi yang kutemukan, tapi lorong dengan wastafel dan kaca besar. Aku susuri lorong dan masuk pada pintu satu-satunya dalam ruangan itu yang tersisa, baru kutemukan kamar mandi.
Tak perlu waktu lama untukku mandi pagi, setelah ganti baju dan mengambil air wudhu, kususul suamiku di mushola rumah kami yang berada di samping taman. Menjalankan sholat wajib dua rakaat. Setelah sholat kusalami suamiku dan dibalas dengan mencium ubun-ubunku.
Pagi ini kurasakan lebih bahagia dari pagi-pagi sebelumnya, lima bulan kita menikah baru kali ini kurasakan kita benar-benar seperti pasangan suami istri. Berjalan ke arah dapur dan ingin membuat makanan untuk sarapan namun di cegah oleh suami.
"Mau ngapain?"
"Bikin sarapan"
"Di kulkas cuma ada air mineral, aku belum belanja bulanan"
"Bagaimana kalau kita jalan-jalan sambil belanja bulanan. Sepertinya menarik"
"No, nanti kamu capek"
"Ayolah pak su, aku sudah lama tidak masuk mall"
"Abis visite ya, kamu siap-siap aja jam 07.00 kita berangkat ke Rumas Sakit dulu"
"Sip oke"
Karna terlalu senang, aku jadi memeluknya lagi dan mencium pipinya meski agak jinjit karna tinggi kita jauh berbeda. Dan dia meresponku dengan wajah sedikit kaget. Duh kenapa aku jadi agresif begini, batinku.
"Kamu yang mulai ya Sayang"
Katanya lalu menggendongku ke kamar. Akhirnya kita berakhir di kamar lagi dengan posisi saling memeluk. Entah kenapa ini rutinitas suami istri yang pertama kali aku nikmati.
"Jam berapa sayang?"
Tanyanya sambil masih memeluk perutku."Sudah pukul tujuh sayang, kamu visite jam berapa?"
"Jam tujuh"
Jawabnya enteng tanpa beban. Terkadang dokter spesialis memang seenaknya sendiri merubah jadwal, dan kita yang kacungnya hanya bisa menuruti perintahnya tanpa berani menegurnya."Yaudah mandi yuk, keburu telat nanti"
"Gak apa kali telat"
"Mandi"
Ucapku galak."Bareng ya?"
Katanya menaik turunkan alisnya."Enggak"
"Iya"
"Enggak mas, sekali enggak ya enggak"
"Yaudah males nganterin kamu belanja"
"Kok jahat gitu sih?"
Dia memang selalu punya banyak cara untuk perintahnya dipatuhi."Tinggal pilih aja, mandi bareng atau gak ada acara belanja dan jalan"
"Nanti bakal lama kalau bareng"

YOU ARE READING
SEPASANG TULIP
Teen FictionSeringnya kita terlalu mengkhawatirkan apa yang orang lain pikirkan tentang kita hingga tanpa sadar kita menipu diri kita sendiri.