Make A Move

3.8K 396 49
                                    

Mentari baru saja menyajikan sinar pertanda awal pagi. Bahkan sisa embun masih menetes belum sepenuhnya mengering. Namun Barsena sudah siap di depan kemudi mobil hitam kesayangan mengabaikan berat mata dan rasa kantuk yang dirasakan.

Semalaman penuh Sena tak bisa memejam mata memikirkan nasib ia, Yasa dan Muffin nantinya. Setelah Tante Sekar memberi kabar buruk soal rencana suaminya atas Yasa, serta beberapa kemungkinan dan saran tindakan yang bisa Sena lakukan, sang vokalis langsung berdiskusi dengan ketiga member lainnya menyusun rencana awal untuk membawa pulang Yasa.

Persetan dulu soal fans, netizen,  oss Johan, ataupun rumor buruk yang terlanjur tersebar. Biar Andi yang ambil bagian di sana. Sang manajer bilang ia sedang berusaha mencari pengacara yang nantinya akan menjadi penasehat mereka dan mendampingi serta mengarahkan Yasa dan Sena saat press conference nantinya.

Mobil yang masih belum dijalankan di basement parkir tersebut nampak diketuk jendelanya dari luar. Sosok sang gitaris yang berjanji akan menemani Sena masuk dan duduk di kursi samping kemudi setelah dipersilahkan.

"Langsung jalan aja kan, Ji?" Tanya Sena memastikan.

Aji mengangguk. "Nanti sambil kita intau dulu, kita pastiin keadaannya aman baru kita gerak."

"Ok." Dengan satu kata persetujuan, Sena menyalakan mesin mobil membawa laju di antara pendar fajar yang mulai menghangat.









....








Dokter Maya pernah memberi saran pada Yasa untuk makan dalam porsi sedikit namun sering dalam masa kehamilannya, terutama pada masa peralihan trimester kedua pada trimester ketiga seperti saat ini. Keadaan Yasa yang mudah merasa kenyang walau makan baru sedikit namun tak lama akan merasa lapar lagi juga ia alami di kala pagi.

Terhitung dua belas jam lebih sang bassis dikurung di kamarnya oleh ayahnya sendiri tanpa satu ajakan interaksi. Meski suruhan Dhanu datang berkali mengantar makanan, tapi si manis enggan menyentuh sama sekali. Bukan tak lapar, perut Yasa bahkan berbunyi tak cuma sekali. Hanya saja perasaannya yang terlalu kacau membuat nafsu makannya melayang begitu saja.

Beruntung, di titik genap pukul empat dini hari sang bassis yang matanya perih didera tangis dan kantuk tiba-tiba merasa keinginan tak tertahankan untuk memakan salah satu hidangan di atas meja. Hanya nasi putih biasa dengan tongseng ayam racikan asisten rumah tangganya, tapi keinginan Yasa begitu menggebu ingin merasakan kenikmatannya.

Habis satu piring nasi, cukup membuat energi Yasa kembali. Apalagi saat ingat bukan hanya dirinya yang kelaparan kalau ia tak makan, tapi juga ada Muffin yang keadaannya bisa dibahayakan. Yasa akhirnya jua menghabiskan segelas susu yang sudah hilang hangatnya.

"Muffin ngantuk ya, Nak? Maaf ya jadi ikut begadang juga." Dengan menyandar punggung pada kepala ranjang, ia usap perut bulatnya mengajak si janin bicara.

Senyum dikulum kecut mana kala desir tendangan halus dirasakan di sisi perut sebelah kanan. Putranya seolah merespon dengan gerakan.

Nafas Yasa dihembus kasar. "Ya udah, kita istirahat aja ya? Sambil tunggu Papa. Ok, Boy?"

Sekali lagi ada pergerakan di dalam sana meski lebih lemah dari yang pertama. Cakrayasa tersenyum lelah. Membawa tubuh berisinya untuk berbaring melemaskan otot badan yang terasa kaku dan pegal.

Hanya butuh beberapa menit sampai sang bassis betulan mencapai lelap. Bahkan tak menyadari saat seseorang membuka pintu kamarnya di pagi hari dan memperhatikannya dengan senyum miris.

"Sejak awal memang Papa yang salah, Yas. Maaf."









....










UNPREDICTABLE (BoysLove, Mpreg)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang