(+) Ten

2.9K 263 40
                                    

Derap langkah pelan mengiringi Yasa yang masuk ke kamarnya setelah menemani tidur Arsean di kamar si bocah sendiri. Pria manis yang tengah hamil delapan bulan itu tersenyum membalas kuluman tampan sang suami yang ternyata masih menunggunya, memainkan gitar asal di atas ranjang.

Melihat Yasa datang menyusul ke kamar, Sena buru-buru menyingkirkan gitarnya kembali ke samping almari. Naik ke atas ranjang lagi menumpuk dua buah bantal di kepala ranjang untuk menumpu beban tubuh istrinya yang sudah mulai sering sakit pinggang karena besarnya usia kandungan.

"Haaaahhh, finally bisa duduk istirahat." Hela panjang nafas Yasa setelah Sena membantunya duduk menyandar.

Kaki si manis dibawa ke pangkuan untuk diberi beberapa pijatan. "Hari ini Arsean rewel lagi ya?"

Sungguh penyesalan terpancar dalam netra jelaga Barsena yang hari ini punya schedule taping menjadi bintang tamu acara sitkom sejak pagi sehingga tak sempat membantu Yasa di rumah.

"Nggak kok. Cuma emang udah lumayan berat aja perutnya, jadi gampang capek." Jelas Yasa menikmati sentuhan telapak besar Sena yang kini merambat menyibak sedikit kaos navy yang dikenakannya. Menyentuh langsung permukaan kulit perut Yasa yang berisi entitas buah hati keduanya.

"Makanya aku usul buat pakai ART aja kan, yang. Biar kamu nggak kecapean."

Tak langsung menjawab, baik Cakrayasa maupun Barsena sejenak terlonjak karena gerakan tiba-tiba bayi mereka yang seolah menendang perut kanan Yasa.

Duggh.

Keduanya saling berpandangan. Mengadu tatap dengan dua maksud berbeda.

"Sakit?"

Yang ditanya menggeleng kecil. "Geli."

Tawa mereka terumbar walau tak keras karena takut membangunkan si anak pertama. Tingkah sang bayi selalu jadi moodbooster orang tuanya kini.

Yasa membiarkan Sena meringsek semakin dekat, memeluk perut bulatnya bak memeluk boneka lalu menciuminya gemas seolah betulan pipi si bayi yang dikecup berkali.

"Anak Papa gemes bangeeet. Udah malem kok belum tidur sih, Dek??"

"Kangen dia sama Papanya." Respon Yasa.

Yang diajak bicara seketika membelalakkan mata. Menangkap makna berbeda atas pernyataan yang lebih muda. "Eh, kangen? Pengen ditengok Papa ya, Dek??"

"Hush!!! Ngaco!! Kangen pengen ketemu tau! Bukan kangen ituuu..."

"Ya kirain." Sena melengos.

"Ck, sangean dasar. Lagian emang kamu tega mau masuk di saat aku jalan biasa aja udah capek banget begini????"

"Ish ya nggak gitu.. iya iyaa nggak masuk kok enggak."

Yasa terkekeh. Mencubit bibir Sena yang dimajukan, merajuk. Menariknya sehingga mulut si tampan makin seperti mulut bebek, panjang.

"Udah ih, jangan ngambek. Malu sama anak, udah mau dua juga. Oh iya, soal ART aku juga setuju sih. Tapi kayanya mau nanti aja kalau si Adek udah lahir."

Sena kini mengambil posisi duduk di samping Yasa. Membiarkan si manis mendekat, masuk dalam dekapannya. Lengan sang vokalis menelusup lewat belakang punggung bassisnya, mengelus sayang perut bulat Yasa.

"Loh kok gitu? Apa nggak kerepotan Yas?"

"Mungkin belum terlalu kalau Adek belum lahir. Gimana, kamu setuju?"

Sejenak Sena berpikir. Sejujurnya ia tak begitu setuju Yasa sendirian di rumah dengan Arsean saat usia kandungannya makin tua begitu. Arsean bukan anak yang selalu anteng dan duduk tenang. Tak jarang bandelnya muncul dan membuat Yasa kewalahan.

UNPREDICTABLE (BoysLove, Mpreg)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang