***
Bagaimana aku bisa melupakan saat angin yang berhembus saja masih membawa bagian dirimu?
Senyuman, tawa dan suara. Semua hal yang sering menghantui pikiran dan perasaanku.
Bagaimana caraku untuk melupakan saat dirimu saja dengan terang-terangan mengatakan ingin mengulang?
Kamu pikir hatiku sekuat baja?
Aku hanya manusia biasa, orang yang berusaha menerima rasa sakit yang telah kamu torehkan.
***
Lonceng pulang sudah berbunyi beberapa menit lalu, menyebabkan murid-murid berhamburan keluar dari dalam kelas, beberapa anak kelas sepuluh berlari hendak mengikuti kegiatan organisasi dan ekstrakulikuler, berebut ruang ganti agar tak terlambat berkumpul serta mendapat hukuman dari para senior.
Alvina Mahesa
|Bentar ya, gue absen doang kok.Jasmine mendengus menatap layar ponsel, sebentarnya Vina itu bisa sampai satu jam. Lagipula aneh sekali kenapa Vina tiba-tiba tertarik untuk mengunjungi ekstrakulikuler teater, padahal sejak menginjak kelas sebelas Vina sudah tak peduli dengan organisasi lamanya itu.
Mereka memang beda organisasi, dulu Jasmine mengikuti ekskul kesenian, Vina dan Mika teater, Caca cheerleader serta Shindy ECC alias English communication center. Setelah naik kelas Jasmine dan Vina sudah tak pernah kembali terlibat dalam organisasi itu, alasannya malas pulang telat.
Lima belas menit berlalu dan Vina masih belum menampakkan batang hidungnya, pesan pun tak di balas. Jasmine kesal menunggu, teman-temannya yang lain juga sudah pasti sama-sama sibuk dengan organisasi masing-masing.
Satu minggu lagi adalah acara ulang tahun sekolah yang ke 22 oleh sebab itu semua ekstrakulikuler berlomba-lomba untuk menampilkan yang terbaik selama acara. Kegiatan organisasi menjadi lebih produktif.
"Ck, lama amat deh." gerutunya.
Beberapa murid berlarian melewatinya menuju lapangan seraya membawa alat-alat teater seperti pohon, bunga', matahari dan lainnya yang tentu saja palsu hanya untuk peragaan.
Matanya tak henti mengikuti tiap gerak-gerik orang lain. Sampai sebuah tepukan di pundak membuat terperanjat dan menoleh, "Ih, ngagetin aja." semburnya.
Bukannya merasa bersalah Vina malah menampakkan cengiran lebar, Jasmine mengernyit melihat pakaian Vina yang aneh.
"Lo ngapain pake baju badut gitu?"
"Ini kostum putri salju, tahu! Lo belum pernah nonton princess Disney ya?" matanya memicing curiga.
Jasmine terbahak-bahak sampai matanya mengeluarkan air, berkali-kali melirik penampilan Vina dari atas sampai bawah, putri salju? Snow white itu kan? Apa tidak salah?
"Putri pungut kali."
Vina melotot tak terima, menyampirkan rambut sebahunya ke belakang, "Bilang aja lo sirik kan gue jadi putri salju?!"
Masih mengurai tawa, "Dih, putri salju apaan yang pake baju gitu? Lepek banget, itu sih lebih mirip baju badut daripada putri salju, Vina."
"Jasmine!" Vina menghentakkan kaki kesal.
Jasmine meraih ponsel, mencari sesuatu di sana setelah menemukannya menunjukan benda itu pada Vina, "Nih, ini baru putri salju. Lo yang gak pernah nonton film princess Disney, ya?" ledeknya.
Mata gadis itu terbelakak, merebut ponsel Jasmine guna memastikan gambar yang tertera, "Ihh, Bu Nonok bilang ini kostum putri salju!"
"Di bohongin tuh."
KAMU SEDANG MEMBACA
PAST
Teen FictionJasmine tidak tahu apa alasan tuhan mengirim masalalunya kembali. Laki-laki yang sudah menyayat hatinya teramat dalam. Lalu seperti dalam film-film datanglah sosok pangeran berkuda putih yang membantunya menghilangkan keterpurukan, namun ternyata t...