|7| W o w

44 7 0
                                    

Pekikan nyaring terdengar di dalam ruangan XI IPA 1 saat seorang siswa asing berjalan masuk, berbagai tatapan yang di tunjukan murid tak menghentikan langkahnya. Bersikap acuh seakan tak menyadari banyak pasang mata mengarah padanya.

"OMAYGAT GANTENG BANGET!" Caca ikut memekik kagum seperti yang lain, bahkan matanya tak berkedip.

Jasmine yang sedang sibuk menulis materi dari papan tulis ke buku, menoleh.

"Aduh, dia ke sini pasti mau nemuin gue tuh." ucap Caca lagi, bergegas merapihkan rambut dan pakaiannya, duduk dengan posisi anggun.

"Dih, geer banget lo, dia pasti mau nemuin gue." sahut Mika seraya memperhatikan wajahnya di cermin kecil, memoles pelembab bibir agar terlihat lebih segar.

Tak mau kalah, Shindy pun hendak menyahut namun lebih dulu terurungkan saat mendengar suara berat dan maskulin menyapa.

"Hai."

Mereka bertiga tiba-tiba jadi salah tingkah, tersenyum malu-malu bahkan sampai menggigit bibir gugup, memang setampan apa sih lelaki itu?

"Eh, hai." Mereka membalas dengan bersamaan, tentu hal itu menjadi pusat perhatian. Banyak yang iri melihat interaksi mereka, padahal yang lainpun berharap bisa ikut berinteraksi dengan lelaki tampan bermata biru itu.

Caca sebagai pelopor CECEDUL alias cewek-cewek duluan, menyelipkan anak rambut ke belakang daun telinga setelah itu berdiri untuk menyambut si lelaki tampan.

"Ha-hai, kenalin gue Caca." katanya mengulurkan tangan malu-malu, dan untungnya di sambut dengan hangat oleh lelaki itu.

"Devan."

Iya, dia Devan sepupu Jasmine sekaligus pacar pura-pura perempuan itu. Memang, tidak ada yang tahu tentang Devan selain Vina.

Jasmine dan Vina saling beradu pandang sesaat, sungguh mengapa temannya jadi sangat genit seperti itu?

Mika tak mau kalah, meraih lengan Caca dan melepas jabatan tangan mereka dengan paksa, "Hai, gue Mika."

Devan mengangguk namun matanya menatap orang lain, siap untuk berujar namun lagi-lagi terurungkan, tangannya kembali di tarik.

"Hai, gue Shindy tapi lo boleh kok panggil sayang juga." kata perempuan itu di akhiri cengiran, Devan hanya mengangguk, tatapannya mengarah pada Jasmine yang juga sedang memperhatikan.

"Najis, pada genit." celetuk Vina keras, tentunya langsung di balas tatapan tajam bak laser dari ketiganya.

Mengalihkan tatapan dari Vina yang membuatnya jengkel, Mika kembali menatap lelaki bernama Devan itu, "Oh iya, kamu ada keperluan apa datang ke sini?"

Devan tersenyum, membius seluruh pasang mata yang melihatnya.

"Gue mau ketemu Bela."

Kening Mika berkerut dalam, melirik seisi kelas sekilas sebelum kembali memusatkan perhatian pada Devan. "Di sini enggak ada murid nama Bela. Iya kan?" katanya pada Caca dan Shindy yang mengangguk setuju.

Devan berjalan menuju tempat Jasmine, "Bel,"

Tentu saja Jasmine meringis malu, kini semua tatapan tertuju padanya. Lagian kenapa Devan datang ke kelasnya sih?! Kan dia sudah bilang nanti bertemu saja di kantin.

PASTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang