BAGIAN 1

47 5 0
                                    

ㅤㅤㅤTATKALA PERTAMA kali mendengar Mama mendeskripsikan sekeping dari sekian karangan mengenai kutukan afeksi kekal yang menimpa sepasang insan nan saling memadu berahi, Im Kaya serta-merta meyakini bahwa cinta senyatanya tidak pernah salah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


ㅤㅤㅤTATKALA PERTAMA kali mendengar Mama mendeskripsikan sekeping dari sekian karangan mengenai kutukan afeksi kekal yang menimpa sepasang insan nan saling memadu berahi, Im Kaya serta-merta meyakini bahwa cinta senyatanya tidak pernah salah. Kendati begitu, faktanya sudah menjadi tanggung jawab manusia seutuhnya dalam memutuskan kira-kira siapa seseorang yang layak menerima ketulusan kasih dari nurani mereka, dan melalui cara apa perasaan tersebut kemudian dimanifestasikan ke dalam realitas.

Tidak semua individu sanggup memahami hakikat yang satu itu. Syarat pemahaman yang dimaksud di sini ialah mengerti dan menjalani, bukan hanya masuk lewat telinga kanan lantas keluar melalui sisi kiri. Kadang kala, mereka, sejumlah keturunan Adam nan tengah mengalami kupu-kupu asmara berterbangan di dalam perut, cuma dapat mengetahui bahwa cinta adalah perasaan yang normal terjalin di antara insan yang satu dengan yang lain, tanpa memikirkan apakah afeksi tersebut memang pantas tumbuh dan berkembang di antara mereka.

Kalakian fenomena inilah yang terjadi, sebuah kisah di mana sepasang kekasih memperoleh bencana selepas keduanya tidak menempatkan perasaan suci tersebut di tempat yang semestinya. Dikutuk lebih dari seumur hidup, barangkali. Sebab diceritakan bahwa pemuda tersebut, Haku, tidak mampu menahan diri untuk tidak menaruh afeksi dalam konteks nafsu duniawi kepada adik perempuannya sendiri, Kuina.

Nah, sekarang apa sudah terdeteksi di mana letak kesalahannya?

"Konon, percintaan antara saudara kandung ialah hal yang amat dibenci dan dihindari semua orang pada masa tersebut," jelas sang ibu pada malam itu. Membenarkan posisi kacamata minusnya sebelum lagi-lagi membalik lembaran buku, ia tampak setia mendampingi putri semata wayang yang masih belum memejamkan mata meski seluruh raga telah sepenuhnya ditutupi selimut. Wanita itu menyambungkan, "Pandangan tersebut tidak tercipta tanpa alasan, lho. Sebab perlu kamu ketahui, pernikahan sedarah faktanya bisa menimbulkan sejumlah risiko fatal, termasuk kecacatan yang kemungkinan besar dapat terjadi pada keturunan mereka kelak. Namun, karena sains belum banyak berkembang di kala itu, seluruh orang menganggap bahwa kecelaan tersebut berasal dari kutukan yang semesta beri. Pun tidak jarang bencana alam menghampiri negeri mereka setelah ada pernikahan sedarah yang dilangsungkan. Itulah mengapa, tidak heran Haku dan Kuina kemudian dilaknat oleh semua orang, termasuk oleh orang tuanya sendiri yang secara terang-terangan memberi kutukan cinta abadi kepada mereka."

Mendekap erat boneka kelinci kesayangan, Kaya mengerutkan kening. "Kenapa orang tua mereka kapabel memberi kutukan semacam itu, Ma? Memangnya manusia biasa seperti kita mampu melakukannya?"

"Kisah ini berlatar di Pulau Langit, Sayang. Haku dan Kuina, mereka adalah keturunan langsung Dewa dan Dewi yang memimpin Kerajaan Langit." Mama memandang separuh serius. "Jadi, kutukan tersebut jelas bukan apa-apa dibandingkan dengan seluruh kekuatan besar yang dimiliki Dewa dan Dewi tersebut."

"Hm, begitu, ya." Gadis kecil tersebut mengangguk mengerti, menatap penasaran. "Lalu, lalu, kutukan cinta abadi seperti apa yang mereka terima?"

"Nah, ceritanya bisa diteruskan besok malam, ya. Sekarang sudah pukul berapa, coba?" Tanpa keraguan, Mama menutup buku yang digenggamnya dengan cepat sebelum menurunkan kedua kaki dari ranjang. "Matamu kelihatan tidak mampu terbuka sepenuhnya lagi, tuh."

Predestinasi Duka ㅡ M.yg ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang