BAGIAN 6

4 1 0
                                    

ㅤㅤㅤMUSIM PANAS

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

ㅤㅤㅤMUSIM PANAS. Tanggal 4 Juli. Stasiun tampak serupa lautan manusia. Ramai. Semua orang sibuk dengan urusannya masing-masing. Mendongak, menatap sekilas betapa semringahnya mentari tersenyum jauh di atas langit, Kaya menghirup napas panjang-panjang.

Andaikan saja jadwal wajib serta sunah tidak banyak mengganggu waktunya, agaknya gadis tersebut sanggup kembali lebih cepat ke tempat ini. Delapan tahun benar-benar telah terlewati. Sebentar lagi Kaya akan memasuki usia kepala tiga dan tidak ada dambaan lagi yang ingin ia genggam kuat-kuat selain menyempurnakan janjinya di masa lampau. Sudah lama sekali, bukan? Pada satu waktu, gadis itu bahkan pernah hampir menyerah untuk menepati niat. Sempat berpikir bahwa mungkin saja Yoongi takkan mampu menunggunya dalam waktu selama itu. Atau, pemuda bermata sabit bersama senyum kelewat legit tersebut mungkin saja kini telah menikah dan akan memiliki anak. Tidak ada yang tahu, huh?

Namun, itu semua sungguh tidak pernah diharapkannya untuk terjadi.

Sebab bagaimanapun, gadis tersebut diam-diam juga memiliki janji dengan dirinya sendiri. Nanti, pada kala di mana mereka berhasil menatap netra satu sama lain untuk yang kedua kali, akan lahir sepanggal kalimat berisi sekantung perasaan serta harapan yang hidup di dalam benaknya selama ini. Kaya sungguh akan mengatakan semuanya. Lantaran tidak acuh perihal berapa lama waktu telah terlewati, alih-alih perlahan meredup ditelan masa, bunga-bunga afeksi dalam dada malah tidak kunjung berhenti bermekaran. Kali ini berpendar jauh lebih cemerlang. Melukis lengkungan pada kedua sudut bibir yang barangkali takkan pernah pudar.

Jadi di sana, memandang gelang pemberian Yoongi di pergelangan tangan tidak berkedip, Kaya dapat merasakan ada kupu-kupu berhamburan dalam perut tatkala netranya sukses menjumpai bangunan besar bercorak putih berdiri di hadapan. Meski waktu tetap terus berjalan semenjak rumah ini ia tinggalkan, realitasnya tidak ada banyak modifikasi signifikan yang tampak pada eksterior. Bedanya, kali ini rumah tersebut hanya tidak lagi dipayungi salju. Cuaca benar-benar mendukung untuk berlangsungnya reminisensi dalam kepala. Kerinduan mendekap lebih erat. Jantungnya mendadak berdegup begitu cepat. Segalanya barangkali takkan berjalan lancar sebagaimana ia telah menyusun skenario sebaik mungkin sebelum kalimat-kalimat dalam kerongkongan akhirnya mengudara. Namun, tetap, tidak ada alasan untuk melangkah mundur. Apabila ia berani untuk memulai, maka jelas harus ada tanggung jawab untuk mengakhiri.

"Yoongi?"

Seakan-akan seseorang baru saja mencetuskan tembakan persis ke arahnya, Jo Yoongi sukses dibuat tersentak. Parasnya lekas menoleh ke depan, membesarkan penglihatan, menentang dalam-dalam sosok gadis bergaun rajut dengan motif bergaris hitam putih yang tersenyum di hadapan. Tunggu—apa? Gadis ini benar-benar datang? Setelah sekian tahun Yoongi beranggapan bahwa mungkin janji tersebut takkan terpenuhi, Kaya akhirnya kembali?

Kenapa?

Padahal jauh di dalam hati, pemuda tersebut sungguh tidak pernah mengangankan momen ini untuk terjadi.

Itulah mengapa, sadar bahwa ini absolut bukan sekadar mimpi, Yoongi hanya mengerjap kosong. Tangannya tidak lagi memegang alat penyiram tumbuhan, netra meninggalkan sejumlah pot tanaman di belakang tubuh. "Kaya?"

Predestinasi Duka ㅡ M.yg ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang