BAGIAN 5

1 1 0
                                    

ㅤㅤㅤ"KAMU BENAR-BENAR harus pulang lebih cepat dari rencana awal, Nak?" tanyanya

Rất tiếc! Hình ảnh này không tuân theo hướng dẫn nội dung. Để tiếp tục đăng tải, vui lòng xóa hoặc tải lên một hình ảnh khác.

ㅤㅤㅤ"KAMU BENAR-BENAR harus pulang lebih cepat dari rencana awal, Nak?" tanyanya. Wanita bersama rambut yang telah memutih itu mendadak murung, rona mengekspos kehampaan, awan kelabu serupa mengawang di atas kepala. "Padahal Bibi justru mengharapkan kamu untuk tinggal lebih lama, lho?"

Kaya mengangguk menyesal. Ia mengarahkan atensinya pada ruangan di mana dirinya dan Yoongi sering menghabiskan waktu bersama, sebelum merespons dengan nada tidak kalah gelebah, "Maaf, ya, Bibi. Aku juga inginnya begitu, tetapi semalam Mama baru saja menelepon. Ia jatuh sakit."

Itu benar. Malam tadi, pada hampir pukul sepuluh, sang ibu tiba-tiba menghubunginya dan ia lantas menerima kabar bahwa Mama tengah berada di rumah sakit. Penyakit asam lambung ibunya kembali kambuh. Walau Mama berkata bahwa perempuan tersebut sudah merasa jauh lebih baik sekarang, jadi Kaya tidak perlu pulang lebih cepat, gadis itu jelas takkan hanya diam di sini dan melanjutkan masa-masa liburan seperti tidak ada kabar buruk yang terdengar. Harus ingat, Mama hanya memilikinya sebagai tempat untuk bersandar. Tidak ada individu lain yang sanggup berada di sisi Mama hingga maut menjemput selain dirinya. Dan apabila cinta memiliki manifestasi nyata, mungkin itu adalah Mama.

Kaya benar-benar hanya tidak ingin kehilangan siapa pun lagi.

Kemudian bukan hal yang mengejutkan tatkala raut muka Bibi Min seketika berubah kaget pada sedemikian detik selepasnya. "Astaga. Tidak ada yang berhak menahanmu, kalau begitu," tuturnya penuh duka. Ia langsung mendekap erat tubuh ringkih Kaya tanpa aba-aba. "Semoga kesembuhan segera menghampiri ibumu, Nak. Bibi akan selalu mendoakan."

"Terima kasih banyak." Gadis tersebut dapat merasakan hatinya yang dibuat teramat hangat. Rangkulan lantas terlepas ketika sepenggal pertanyaan mengudara. "Ngomong-ngomong, Bibi, di mana Yoongi? Aku belum melihatnya sejak pagi," tanyanya sembari menilik seluruh penjuru rumah.

Tetapi alih-alih sanggup melontarkan jawaban, Bibi Min malah ikut kebingungan. Ia baru menyadari bahwa Yoongi belum memperlihatkan presensi sedari tadi. "Iya, ya? Bibi juga tidak tahu. Mungkin sedang membeli makanan di luar."

"Sayang sekali. Aku jadi tidak bisa mengucapkan selamat tinggal padanya," ujarnya pilu, merasa agak kecewa terhadap realitas yang satu itu. Namun, tetap, Kaya tidak bisa melakukan apa pun selain berharap bahwa kelak predestinasi akan mempertemukan mereka kembali. "Tetapi tidak apa-apa, deh. Kalau begitu, aku titip salam saja, ya, Bibi? Tolong katakan padanya bahwa hari-hari yang telah kami habiskan selama ini sungguh terasa luar biasa. Aku akan selalu mengingatnya."

Iya. Benar-benar luar biasa.

Salah satu interlokusi keduanya yang paling merekat dalam ruang memori ialah ketika Yoongi mengizinkannya untuk menciptakan sebuah janji. Janji di mana mereka berkeinginan kuat untuk bertemu kembali. Janji di mana Kaya akan berupaya semaksimal mungkin untuk menggapai cita-cita demi menyatakan perasaannya suatu hari nanti. Dan janji yang mampu membuat Yoongi terkekeh geli pada suatu malam tatkala keduanya sama-sama tengah menonton layar televisi. "Jadi? Gelang tersebut akan kembali padaku nanti ketika kamu berhasil menjadi dokter hewan yang keren?"

Kaya mengangguk yakin. "Iya. Siapa tahu itu bisa menjadi motivasi tersendiri bagiku, agar dapat bersungguh-sungguh dalam meraih cita-cita." Kembali menyeruput sesuap ramyeon, mengabaikan Yoongi yang diam-diam menatapnya lekat dari sisi kiri, gadis tersebut kalakian memberi atensi pada gelang berantai perak yang melingkar manis di pergelangan tangan. "Habisnya, sih, kamu tidak mau menerima gelangnya."

"Sudah kubilang berkali-kali, kan, kalau gelang itu sekarang milikmu?"

Dengan sumpit yang melayangkan suapan terakhir mi instan tersebut, Kaya akhirnya menoleh, menatap galak. "Tetapi aku hanya tidak sengaja menemukannya terjatuh di kamar mandi, lho? Bagaimanapun, gelang ini, kan, pemberian dari seseorang yang kamu sayang. Pasti memiliki makna teramat dalam."

"Aku menerima janji yang kamu buat, kalau begitu." Yoongi menaikkan satu alis, tersenyum tipis. "Kembalilah lagi ke sini andaikan mimpimu yang satu itu berhasil kamu genggam. Jaga gelangnya baik-baik. Kita akan bertemu lagi."

Mendengar kalimat penuh asa tersebut, Kaya sukses dibuat membeku di tempat. Lidahnya kelu. Kerongkongan nyaris tercekat. Apa katanya?

Ia mengerjap. Kita akan bertemu lagi.

Menahan napas. Katanya, kita akan bertemu lagi.

Kemudian ada senyum terlampau legit yang terlukis di sana, bersama netra yang seketika memancarkan binar asa paling terang di dunia. Sungguh, kita benar-benar akan bertemu lagi?

Kelak, suatu hari nanti, entah kapan, gadis itu akan memenuhi janjinya. Pasti.

"Bibi mengerti, Nak." Tanggapan tersebut serta-merta memenuhi pendengaran, mengoyak sekeping renungan akan memori penuh harapan. Menarik senyum, Bibi Min lalu memandang hangat, serat akan rasa pengertian. "Ia pasti juga sangat menghargai pertemuan singkat kalian berdua."

Kaya menggenggam jari-jemarinya erat. Ia jelas sedang berupaya kuat agar air matanya tidak mendadak terjatuh begitu saja. "Kelak, aku ingin kembali ke sini apabila masih memiliki kesempatan."

Bibi Min mengangguk. "Pintu rumah ini akan selalu terbuka lebar untukmu. Datanglah lagi kapan-kapan. Kami berdua akan menunggu."

Rasanya seperti memiliki rumah kedua.

Termenung, Kaya mengembuskan napas panjang. Seluruh atensi gadis tersebut tahu-tahu kembali membidik seisi ruang tamu. Segenap momen legit, candaan, dan penuh haru yang telah tercipta di sana seakan-akan berupaya menahan kakinya untuk tetap tinggal. Andaikata saja ekspresi hangat Mama tidak serta-merta bersandar pada dinding memori, Kaya barangkali takkan lekas bersiap untuk melangkah pergi selepas mendekap lekap Bibi Min yang kesekian kali. Kembali mengucapkan salam perpisahan tanpa presensi Yoongi yang sangat diharapkannya untuk hadir di sini. "Terima kasih untuk semuanya, Bibi."

Iya, tidak apa-apa. Ini hanya sementara. Aku tentu akan kembali. Suatu hari nanti. []

Predestinasi Duka ㅡ M.yg ✓Nơi câu chuyện tồn tại. Hãy khám phá bây giờ