BAGIAN 4

5 1 0
                                    

ㅤㅤㅤSENYAP

¡Ay! Esta imagen no sigue nuestras pautas de contenido. Para continuar la publicación, intente quitarla o subir otra.

ㅤㅤㅤSENYAP. SEJUK. Meski langit tampak cerah, saljunya masih berjatuhan. Sebuah buku. Kaya menahan napas untuk sesaat. Serta-merta menyadari sesuatu sejak ia memutuskan untuk menetap di tempat ini tujuh hari lalu. Tidak ada yang istimewa, tentu saja, mengingat gadis tersebut memang tidak merencanakan apa pun guna mengisi hari libur. Hanya ingin bersantai tanpa melakukan banyak aktivitas berat, pikirnya. Tidak heran saat Nami sebelumnya sempat mengajak si gadis pergi ke luar negeri untuk menonton konser sembari berlibur, penolakan adalah hal pertama yang lahir dari mulutnya. Terbang ke negara lain pasti akan menjadi perjalanan yang panjang. Belum lagi nanti harus mengorbankan banyak waktu untuk berdiri di tengah ribuan orang. Astaga. Kaya sungguh tidak sanggup membayangkan betapa melelahkannya kegiatan tersebut.

Jadi Kaya pikir, menghabiskan masa-masa liburan di penginapan bukanlah keputusan yang akan ia sesalkan. Anggap saja seperti rumah, kata Bibi Jo kala itu. Bagaimanapun, gadis tersebut butuh suasana baru untuk beristirahat. Ia tidak mungkin tetap di rumah bersama Mama di saat bangunan tersebut sayangnya telah menjadi bagian dari mimpi buruk. Orang tuanya barangkali tidak menyadari, bahwa sehari sebelum perceraian itu diumumkan, Kaya pernah sekali melihat Papa dan Mama bertengkar hebat di ruang tamu saat gadis tersebut belum menginjakkan kaki di rumah. Kaya memang semestinya tidak pulang sekolah secepat itu, tetapi ia juga tidak mungkin tetap menerima materi pelajaran di saat kening terus berdenyut nyeri. Jadi alih-alih menyambut kepulangannya dengan kecupan di kepala selepas menanyakan kondisi, gadis tersebut malah menjumpai Mama yang menjatuhkan air mata ketika mendengar pengakuan Papa.

Lelaki tersebut berkata bahwa ia tidak lagi mencintai Mama sebesar dulu. Perkataan itu nyaris saja membuat Kaya mendobrak pintu dan menampar wajah ayahnya sendiri dengan sepatu.

Tetapi sialnya, niat tersebut belum juga dapat terealisasikan hingga sekarang.

Kemudian mereguk teh yang masih mengeluarkan uap panas, selesai mengenang kejadian lama, Kaya lantas mendadak menyesali pemikirannya beberapa waktu lalu. Menenangkan apanya? Berada di penginapan hanya berdua dengan pemuda bermata sabit tersebut sama sekali bukan sesuatu yang dapat menenangkan jiwa serta raga. Terlebih lagi, ia dan Yoongi belum lama mengenal. Salam perkenalan di meja makan adalah satu-satunya interaksi yang berlangsung di antara mereka hingga saat ini. Kecanggungan benar-benar memenuhi seisi rumah sejak Bibi Min pergi. Ingin berkunjung ke rumah teman, ujarnya. Tolong jaga Yoongi sebentar, lanjut wanita paruh baya tersebut tanpa ragu pada sepersekon kemudian.

Ha. Dikira pemuda tersebut baru menginjak umur 7 tahun, apa? Sampai butuh pengawasan segala?

Jadi ketika menjumpai bahwa tidak ada eksistensi lain selain dirinya sendiri di rumah ini, mengingat pemuda itu belum menampakkan presensinya sedari tadi, Kaya segera melangkah ke dapur dengan riang dan tenteram. Ia berniat membuat sedikit cemilan yang nantinya bisa menemani di saat gadis tersebut mulai tenggelam dalam kisah fiksi yang ditulis seseorang. Setidaknya, itu yang Kaya ingin lakukan sebelum tungkainya seketika terhenti di depan ruangan si pemuda bermata sabit yang tidak kunjung terbuka sejak kemarin.

Predestinasi Duka ㅡ M.yg ✓Donde viven las historias. Descúbrelo ahora