Part 32

31.4K 2.5K 23
                                    

Selamat membaca...
Sorry kalo ada typo...

----------------------------------
Konsekuensi

Akmal yang mendengar dari sekretarisnya jika Hana dan juga Shila sudah berada di bawah pun segera turun untuk menjemput keduanya.

Namun, alangkah terkejutnya dia ketika pintu lift terbuka menampakan sang anak yang terbaring di pangkuan Hana dengan darah yang berada sudut kepalanya.

"SHILA!"

Akmal dengan cepat menghampiri sang anak dengan tatapan khawatirnya. "Shila, bisa dengar suara Daddy?"

Semua orang yang berada di sana seketika terkejut ketika mendengar bos mereka memanggil dirinya dengan sebutan Daddy. Orang-orang yang tadi mencomooh kepada Hana pun seketika di landa perasaan yang takut. Apalagi perempuan yang berani mengganggu Hana tadi sekujur tubuhnya terdiam kaku dengan wajah yang berubah pucat.

"Sakit Daddy hiks ..." adu Shila

Akmal langsung mengalihkan tatapannya kepada Hana. "Ini semua ada apa Hana?"

"Kamu tanyakan saja kepada perempuan itu. Aku heran di perusahaan sebesar ini apakah begini cara karyawan kamu untuk menyambut tamu yang datang kesini mas? Dan apakah perusahaan ini memberikan peraturan kepada para karyawannya untuk berpakaian ketat dan juga sexy seperti itu?" ucap Hana dengan nada yang sinis.

"Oh iya, satu lagi. Tolong ajarkan mulut para karyawanmu itu agar bertata bahasa yang sopan dan juga santun ya suami ku" tekan Hana sambil melirik ke arah perempuan yang mengganggunya tadi.

"Aku mau bawa anak kita kerumah sakit. Kamu selesaikan urusanmu di sini. Jangan pernah menemui aku ataupun Shila sebelum masalah disini selesai."

Setelah mengatakan itu Hana langsung menggendong Shila dan membawanya ke rumah sakit.

"Jelaskan apa yang sebenarnya terjadi disini?" suara dingin Akmal membuat semua orang yang berada di sana menjadi terdiam dan bergetar ketakutan.

Sekretaris Akmal pun membisikan sesuatu kepada tuannya dan wajah Akmal langsung berubah menjadi merah padam.

Tatapan Akmal seketika jatuh kepada seorang perempuan yang berdiri tak jauh dari tempatnya berada. Tatapan tajam dan mengintimidasi Akmal berikan kepada perempuan tersebut.

Perempuan yang di tatap oleh Akmal pun semakin bergetar ketakutan.

"Kamu telah melakukan kesalahan yang sangat besar. Jadi, tunggu pembalasan dari saya" ucap Akmal dengan suara yang pelan kepada perempuan tersebut dan tidak lupa dengan senyum miring di wajahnya.

Akmal lalu menatap semua orang yang berada di sana dengan tatapan dingin dan datarnya. "Untuk kalian semua dengar ini baik-baik. Perempuan dan juga anak kecil tadi adalah istri dan juga anak kami. Saya telah lama menikah dan saya sengaja menyembunyikan pernikahan ini untuk keselamatan keluarga saya. Jadi, kalian yang terlibat bahkan mencemooh istri dan juga anak saya, persiapkan diri kalian."

Beberapa orang yang ikut mencomooh tadi pun merasa menyesal karena telah berani dengan istri tuan mereka. Mereka hanya bisa pasrah dan menerima konsekuensi dari perbuatan mereka tadi.

"Bereskan!" perintah Akmal kepada sekretarisnya dan kemudian pergi menyusul Hana dan juga Shila yang pergi ke rumah sakit.

******

Sesampainya di rumah sakit, Shila terus saja menangis dan selalu memanggil-manggil Daddy nya. Bahkan, anak itu terus menolak dan terus berontak ketika Dokter hendak membersihkan luka miliknya.

"Sakit Mommy hiks hiks ..."

"Tahan sebentar ya sayang, Dokternya mau bersihin luka Shila biar gak infeksi."

"Gak mau ...."

"Shila mau sama Daddy hiks ..."

"Mau Daddy hiks hiks ..."

"Sebentar lagi Dad----"

"Shila ..."

"DADDY hiks hiks ..."

"Dia gak mau di bersihin lukanya kalau gak ada kamu mas" beritahu Hana dengan wajah lelahnya.

"Daddy kan udah disini. Jadi, luka Shila di bersihin dulu ya sama dokternya" bujuk Akmal.

Shila pun menganggukan kepala pelan sambil memeluk erat tangan milik Akmal.

"Silahkan, Dok" ucap Hana.

Dokter yang sejak tadi berada di ruangan itu pun akhirnya mulai membersihkan luka Shila dan mengobatinya.

Setelah beberapa saat, luka milik Shila pun sudah teratasi dengan baik.

"Dok, luka di kepalanya itu gak akan menimbulkan apa-apa kan?" tanya Hana khawatir.

"Nyonya tenang saja. Luka yang ada di kepala nona Shila tidak akan berpengaruh apa-apa. Dan dalam beberapa hari luka tersebut akan segera sembuh" jawab Dokter tersebut.

Hana dan juga Akmal yang mendengarnya langsung bernafas dengan lega.

"Terima kasih, Dok" ucap Hana tulus.

"Sama-sama, nyonya. Dan untuk nona Shila bisa langsung segera pulang" sahut Dokter tersebut dengan tersenyum.

"Kalau begitu, kami permisi. Sekali lagi terima kasih, Dokter" pamit Hana dan kemudian keluar dari ruangan tersebut di ikuti oleh Akmal yang tengah menggendong Shila.

"Kita langsung pulang aja mas. Biar Shila bisa istirahat" ucap Hana yang langsung di angguki oleh Akmal.

*****

Setelah membawa Shila ke dalam kamarnya, Akmal langsung mendatangi Hana di kamar mereka.

Akmal yang melihat Hana baru saja keluar dari kamar mandi, dengan cepat melangkahkan kakinya mendekat ke arah Hana dan memeluk perempuan tersebut dengan erat.

Hana seketika terkejut sekaligus bingung karena Akmal tiba-tiba saja memeluk dirinya. "Mas, kenapa?"

"Mas minta maaf karena mas tidak bisa menjaga kalian dengan baik" Akmal memulai pembicaraan.

Hana yang mengerti arah pembicaraan ini pun mengelus punggung belakang lelaki tersebut. "Ini bukan salah kamu, mas. Jadi, kamu gak perlu meminta maaf. Menurut aku wajar jika mereka tidak mengetahui kalau aku adalah istri mas. Tapi, sikap mencemooh mereka terhadap aku itu yang gak wajar. Dari sikap mereka, aku yakin jika bukan sekali dua kali mereka berlaku seperti itu. Bisa saja ada korban lain selain aku yang mendapatkan perlakuan buruk mereka. Aku cuman minta mas bisa mengevaluasi lagi para karyawan di sana agar kejadian seperti ini tidak terulang lagi baik itu kepada aku sendiri ataupun orang lain."

"Kamu tenang saja. Mas akan mengurus semuanya, Hana. Dan tentunya akan membalas orang-orang yang terlibat dalam masalah tadi. Itulah konsekuensi mereka jika mengganggu bahkan menghina kalian berdua." ucap Akmal dan selebihnya dia ucapkan di dalam hati.

-bersambung-

My Lovely Duda (END) || Pindah di KUBACAWhere stories live. Discover now