Are you a perfect mentor?

3.1K 428 88
                                    

Chapter 6

Aksa memandang pantulan wajahnya di cermin ruangan loker pagi ini. Waktu memang begitu awal sekitar jam tujuh lebih lima belas menit. Masih sekitar empat puluh lima menit sebelum shiftnya dimulai. Semalam Aksa tiba di apartemennya tepat jam satu dini hari yang mana masnya masih standby menunggu Aksa. Di saat seperti itu, Aksa tidak meragukan kasih sayang mas Mario padanya meskipun dalam kesehariannya, mas Mario selalu melakukan hal yang membuat darah tinggi Aksa kambuh.

Lingkaran hitam tercetak jelas di bawah mata Aksa menandakan pemuda berstatus carrier berusia awal dua puluhan itu kekurangan waktu tidur. Namun selalu ada solusi di setiap permasalahannya termasuk lingkaran hitam di bawah matanya. Aksa memakaikan banyak concealer untuk menyamarkan garis hitam tersebut, seperti biasa.

"Rajin banget lo, Sa." Sapa Jeje dari arah pintu, berandalan itu masih memakai jaket dan juga tasnya menandakan Jeje baru saja sampai. Setelah itu muncul Bian di belakangnya, penampilannya masih belum siap seperti Jeje.

"Boss gue galak, takut banget telat." Balas Aksa bercanda.

"Eh nanti break bareng aja, makan di luar." Celetuk Bian, Aksa langsung mengalihkan pandangannya ke arah Bian dan menggeleng pelan.

"Sorry guys, culture gue udah gabisa leah-leha kayak dulu."

"Loh kenapa?" Tanya Bian.

"Tanya pak Vegas lah, pasti tau dia."

"Lo gamau makan diluar?"

Aksa menggeleng sembari merapikan rambutnya menggunakan sisir.

"Bukan nggak mau, Bi. Gue gabisa, anjir."

"Kabur aja udah.."  Saran Jeje sesat.

Suara pintu terbuka kembali mengalihkan pandangan ketiga bujang itu, muncul sosok laki-laki berperawakan mungil berwajah sangat cantik dengan mata seperti rusa.

"Pagi kak Uma." Sapa Jeje beralih perhatian. Laki-laki cantik yang dipanggil Uma itu hanya melirik Jeje sekilas.

"Pagi, Je. Jangan gibah terus kamu." Ucap Uma menyindir sambil tetap berjalan lurus ke arah kotak lokernya lalu meletakan barang bawannya, sementara pandangan Jeje langsung mengikuti laki-laki cantik itu, membuat Bian dan Aksa saling lirik dan melemparkan tatapan bertanyanya.

"Lo kenapa, Je?" Tanya Aksa karena Jeje melihat Uma seperti akan menelan laki-laki itu bulat-bulat.

"Cantik banget dia." Ucap Jeje terpesona, lupa daratan. Bian mengerutkan keningnya sementara Aksa sudah ingin memukul kepala Jeje dengan pouch di tangannya.

"Cemceman baru ya? Yang kemarin sudah habis manisnya?"

Jeje langsung menempelkan jarinya di depan mulut Bian agar berhenti mengeluarkan perkataannya yang akan membuat imej Jeje jatuh di hadapan Uma.

"Aku duluan ya, Je." Kata Uma langsung meninggalkan Jeje dan kedua temannya. Jeje yang paling tidak ribet di antara kedua teman carriernya langsung berlari ke arah kotak lokernya dan meletakan jaket serta barang yang tidak penting, hanya membawa ranselnya lalu dengan kecepatan cahaya mengikuti Uma.

"Duluan, ya."

Aksa dan Bian akhirnya melanjutkan aktivitas mereka untuk bersiap ke departemen masing-masing.

"Jeje udah ada yang baru aja ini, lo gimana Sa?" Tanya Bian, sementara Aksa meringis.

"Menyedihkan kalau diungkapkan" Sendu Aksa.

"Waduh, sepertinya nggak sesuai ekspektasi lagi. Susah emang nyari spek om Joe Taslim. Terus sekarang gimana?" Tanya Bian lagi sambil ngakak dengar kisah cinta Aksa, padahal dirinya tidak jauh beda.

INTERLUDE  - MILEAPO [COMPLETED]Dove le storie prendono vita. Scoprilo ora