5. Pulang

476 81 6
                                    

Jimin menatap lurus ke arah lelaki yang saat ini telah bersandang sebagai kekasihnya.

Jujurly, ia masih tak percaya jika Jungkook berhasil menenangkan pertandingan yang seminggu lalu diadakan.

Maksud Jimin, kok bisa sih cowok culun ini menang melawan dua orang petarung terbaiknya?

Ya meskipun harus ia akui jika proporsi tubuh Jungkook itu lebih dari kata baik. Tapi tetap saja, hal ini sangat sangat aneh.

"Sayang, Aaaaa" Jungkook mengangkat sebuah sendok berisi nasi dan potongan lauk pauk untuk disuapkan kepada Jimin.

Meski jengkel, namun Jimin tetap membuka mulutnya. Ia menyuap nasi yang Jungkook berikan. Dengan terpaksa tentunya.

"Kamu harus makan yang banyak. Saya nggak mau kamu sakit" ujar Jungkook. Tangannya terulur untuk mengelap wajah Jimin yang kotor terkena nasi.

"Harus banget kayak gini apa? Gue geli"

Jungkook meletakkan sendoknya. Ia menautkan kedua jemari tangannya di atas meja. Dan dengan mata yang tetap terfokus menatap Jimin, ia menjawab.

"Kamu kan pacar saya. Salah kalau semisalkan saya kasih perhatian buat kamu?"

Jimin mencebik. Iya, dia tau jika sekarang dirinya merupakan kekasih Jungkook. Tapi kan lelaki itu sendiri pun tau bahwa hal ini terjadi karena dia terpaksa. Lagian, sampai saat ini pun Jimin masih tak mempercayai jika Jungkook benar-benar menyukainya.

"Mungkin gue emang pacar Lo, tapi bukan berarti Lo itu pacar gue. Gue nggak pernah dan nggak akan pernah bisa anggep Lo jadi pacar gue"

"Kamu mau ngelanggar perjanjian yang udah kita sepakatin bareng-bareng? Silahkan aja, tapi abis itu saya bakal pastiin kamu akan di cap sebagai pengecut"

Tangan Jimin mengepal kuat. Laki-laki ini kenapa sih? Dasar pengganggu!

"Lo tuh ya! Mau Lo apa sih?! Bisa nggak sih nggak ganggu hidup gue? Sebutin aja apa mau Lo! Gue tau lo kayak gini karena butuh sesuatu dari gue kan?!"

Jungkook terbawa suasana. Ia menyandarkan punggungnya pada sandaran kursi. Sementara kedua lengannya dilipat di depan dada dan lidah yang menusuk pipi bagian dalam. Jungkook terlihat sangat kesal.

"Berapa kali sih harus saya bilang? Saya cuma mau kamu jadi pacar saya! Udah. Nggak ada lagi yang saya minta. Emangnya sesusah itu ya?!!"

Ini orang bodoh atau tolol sih? Jimin heran. Ya jelas susah lah! Jimin itu tidak memiliki perasaan apapun terhadapnya. Jadi mau dipaksa sebagaimanapun Jimin tetap tak akan bisa untuk menganggap pria ini sebagai pacarnya?! Gak waras!!!

"Lo tolol? Ya susah lah bego! Udah gue bilang, gue nggak suka sama Lo! Harus berapa kali sih gue kasih tau ke Lo kalo gue nggak bakalan bisa anggep Lo sebagai pacar gue?!!!" Ucapnya sambil menggaruk rambutnya frustasi.

Jungkook lantas mendekatkan wajahnya, persis dihadapan Jimin. "Saya nggak perduli sama pendapat kamu. Perjanjian tetaplah perjanjian. Mau kamu suka ataupun nggak, itu bukan urusan saya! Intinya, kamu itu pacar saya! Kamu milik saya! Ngerti?"

Kemudian, Jungkook bangkit dari kursinya. Ia berjalan mendekati kursi Jimin dan berdiri tepat disebelahnya. Membuat Jimin mendongakkan wajah karena keheranan.

"Mau apa?!"

"Kita pulang"

"Dih pulang kemana?"

"Ya ke rumah kamu lah. Saya anterin kamu pulang"

Jungkook menuntun Jimin dalam genggaman nya. Tak perduli sekeras apa Jimin meronta untuk dilepaskan. Ia hanya ingin mengantarkan kekasihnya pulang. Apa itu salah? Tidak kan? Sejak kapan mengantar kekasih sendiri menjadi sebuah kesalahan? Kecuali jika yang di antar olehnya itu merupakan kekasih orang lain. Itu baru salah.

Gangsta || Kookmin [✓]Opowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz