8. Restu

458 72 2
                                    

Jungkook terduduk di ruang tamu sendirian. Telah tersaji di hadapannya minuman jus serta berbagai macam hidangan kue manis. Macarons, cake, nastar, bahkan lidah kucing pun ada.

Jemarinya ia ketuk di atas meja kaca didepannya. Bosan sekali. Sudah 1 jam lamanya ia menunggu seseorang yang sudah dua hari ini tidak masuk kampus. Mungkin untuk menghindari dirinya.

"Jungkook, Tante minta maaf ya, Jiminnya masih belum pengen ketemu katanya. Tante juga bingung kenapa dia begitu" Ucap Baekhyun setelah sampai di ruang tamu. Barusan Ia habis membujuk Jimin agar mau bertemu dengan Jungkook. Namun pria itu bersikeras tak ingin bertemu.

Jungkook pun hanya bisa tersenyum tipis. "Nggak pa-pa Tan. Mungkin Jimin lagi nggak mood"

"Emang kalian lagi berantem ya?"

Jungkook menggeleng. "Nggak kok Tan, saya juga bingung kenapa tiba-tiba Jimin ngambek sama saya"

Baekhyun memandang ke arah kamar anaknya yang berada di lantai 2. Meski ia yang melahirkan anaknya itu, namun untuk masalah hati seperti ini dirinya tak bisa berbuat banyak. "Kamu yang sabar ya Jungkook. Jimin emang suka gitu, suasana hatinya gampang berubah-ubah"

"Iya Tan. Nggak pa-pa kok, tapi Jungkook izin nunggu disini nggak pa-pa ya Tan?"

"Iya boleh"

Dak...Dak...Dak...

Suara sepatu yang beradu dengan lantai mengalihkan perhatian nyonya park dan juga Jungkook.

Mereka menolehkan kepala secara beriringan ke sumber suara hingga didapatinya lah pimpinan Park yang tengah berjalan ke arah mereka dari arah tangga.

Jalannya sangat gagah, apalagi disertai dengan suite hitam dengan dasi merah dan sepatu formal. Membuat penampilannya nampak sangat berwibawa.

Ditambah lagi tinggi badannya yang menjulang dan wajah yang tegas semakin memancarkan aura intimidasi yang kuat.

"Jungkook ya?" Tanya Chanyeol sesaat setelah ia sampai di ruang tamu.

Jungkook mengangguk, ia bangkit dari duduknya untuk menyalami tangan Chanyeol. "Iya om, saya Jungkook" ucapnya kikuk.

Chanyeol pun duduk di salah satu sofa. Ia meluangkan sedikit waktunya untuk berbincang sejenak dengan Jungkook, meskipun jadwalnya terbilang cukup padat. Siang ini ia harus mengadakan rapat dengan client VVIP dari salah satu cabang club nya. Setelah itu melakukan pemeriksaan berkala ke beberapa cabang club nya. Belum lagi dirinya sekeluarga harus hadir pada pertemuan klan berpengaruh yang akan diadakan di Jeju malam nanti.

"Benar kamu pacarnya anak saya?" Tanya Chanyeol tanpa berbasi-basi terlebih dahulu.

"Iya om" jawab Jungkook tak ragu-ragu meskipun didalam hatinya ia sedikit gentar saat mendengar suara berat dari Chanyeol.

Chanyeol menautkan jemari tangannya di depan wajah. Pandangannya lurus ke mata Jungkook. "Apa yang kamu punya?"

Jungkook menelan ludah dengan susah payah. "M-maksudnya om?"

"Apa yang bisa kamu kasih untuk anak saya?"

Obrolan keduanya mulai terdengar serius dan berbobot. Bahkan Baekhyun pun tak dapat memposisikan dirinya untuk masuk ke dalam perbincangan mereka.

"Saya--- saya bisa kasih ekhem sa--"

"Kalau kamu mau bilang kamu bisa kasih anak saya kebahagiaan dan cinta, saya nggak akan sudi menerima pemberian dari kamu" tegas Chanyeol.

Dirinya memang sangat strict apabila itu menyangkut Jimin. Ia tak akan membiarkan anak tunggalnya di ajak hidup susah oleh orang lain, padahal dirinya bekerja keras banting tulang juga banting orang untuk dapat menghidupkan keluarganya dengan kekayaan yang berlimpah. Orangtua mana yang akan setuju jika anaknya hidup tak berkecukupan?

Gangsta || Kookmin [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang