Bab 22. Tingkah aneh Yasmin

135 8 0
                                    

"Kalau memang ngerasa nggak nyaman, ya, jangan dipaksa."

Antariksa yang baru saja kembali setelah mengantar Yasmin pulang mengerutkan kening bingung. Pura-pura tidak paham dengan kalimat yang tiba-tiba saja adiknya katakan.

"Kamu itu masih ngigo apa gimana?" ujar Antariksa sembari duduk di bangku teras untuk melepas sepatunya.

"Dia seumuran aku, kan? Keliatan kekanak-kanakan, aku nggak suka liatnya." Reisa memberengutkan bibir saat mengatakan itu. Dan meski dia tidak menyebut nama, Reisa yakin abangnya paham siapa orang yang sedang dibahasnya saat ini.

"Memangnya Abang mau ngapain sama dia?" Antariksa berusaha bersikap santai untuk menutupi keruwetan pikirannya saat ini. Sejak bertemu dengan Viona tadi hatinya tidak baik-baik saja. Bahkan pikirannya terus meributkan hal yang tadi wanita itu bahas. Dan kini, bayangan Marisha terus saja menyambangi otaknya. Mendominasi isi pikirannya hingga membuat Antariksa seperti ingin lari untuk menemui wanita itu sekarang juga.

Reisa mengembus napas berat mendengar tanggapan abangnya yang terlihat santai. "Abang nggak sadar kalau dia itu terobsesi sama Abang?"

Antariksa malah tertawa kecil mendengar kalimat itu. "Sok tahu kamu."

"Dari cara dia ngeliat Abang aja keliatan kok. Jadi kalau Abang nggak mau dapet masalah serius mendingan segera menghindar dari dia." Reisa tidak sedang berbicara omong kosong. Yasmin di matanya adalah gadis yang tidak baik, firasatnya mengatakan jika gadis itu akan melakukan apa saja demi bisa dekat dengan abangnya. Dari cara Yasmin menatap abangnya, seperti sudah menargetkan jika abangnya ini adalah target yang tidak boleh dilepas.

Antariksa tersenyum, menepuk puncak kepala adiknya, lalu berkata, "Makasih karena udah khawatir sama Abang, tapi Abang udah gede. Abang tahu mana yang bener dan enggak."

Reisa sudah membuka mulut, tetapi urung saat Antariksa mengayunkan kaki untuk masuk ke rumah. Dari sorot mata yang abangnya beri, entah kenapa sepertinya laki-laki itu sedang dalam kondisi hati yang tidak baik. Jadi dari pada memperkeruh suasana hati abangnya, Reisa memutuskan untuk tidak membahas apa pun lagi sementara waktu. Dan soal Yasmin, dia tidak main-main, dia tidak suka pada gadis itu dan tidak akan membiarkan abangnya berhubungan lebih dari teman dengan gadis itu.

*

Antariksa melakukan lagi hal ini. Duduk di mobil, dan menatap rumah makan Marisha yang masih tutup. Sebentar lagi, wanita itu akan datang dengan penampilan berbeda setiap harinya. Sudah beberapa hari ini wanita itu selalu datang sendiri, tidak ada laki-laki bernama Restu yang mengantarnya. Hal yang membuat hati Antariksa sedikit menghangat.

'Kamu itu pengecut!'

Jika kemarin-kemarin perkataan Viona itu membuatnya kesal, maka akhir-akhir ini kalimat yang Viona katakan itu malah terasa lucu di telinga Antariksa. Benar, dia memang seorang pengecut yang berusaha menutupi ketakutannya dengan melimpahkan kesalahannya pada orang lain. Menyakiti hatinya sendiri juga hati orang yang sangat dicintainya dengan alasan yang ternyata tidak masuk akal saat dipikirkan lagi. Apakah sekarang belum terlambat untuk mengejar kembali Marisha?

Sudut bibir Antariksa terangkat saat melihat sebuah mobil kecil berhenti di depan rumah makan itu. Terparkir di tempat biasa, dan sudah jelas siapa pemiliknya. Baru juga Antariksa berniat untuk mengarahkan mobil ke dealernya, kaca mobilnya diketuk oleh seseorang. Senyuman Yasmin muncul di sana, gadis itu mengisyaratkan untuknya membuka kaca mobil. Maka dengan berat hati Antariksa membukanya, sesekali menoleh ke arah Marisha yang kini tengah turun dari mobil, wanita itu tampak masuk ke rumah makan.

"Ada apa?" tanya Antariksa sengaja tidak melembutkan nada bicaranya. Benar yang Reisa katakan kemarin, dia tidak boleh memberikan kesempatan pada gadis ini jika tidak ingin membuat masalah. Keputusannya untuk menjadikan Yasmin pelarian itu salah besar.

Yasmin yang mendapat sambutan dingin dari Antariksa tentu saja terkejut juga kecewa. "Aku yang mau nanya, Kak Anta ngapain di sini?" tanya gadis itu sembari tersenyum, mengabaikan sikap Antariksa yang seperti tidak nyaman berhadapan dengannya.

Antariksa tahu dirinya kini memang aneh karena memarkirkan mobil di seberang tempatnya membuka usaha. Namun, bukankah ini urusannya, bukan urusan Yasmin atau siapa pun. Dia pun kini memarkirkan mobil di depan ruko kosong.

"Ada urusan," jawab Antariksa singkat.

Yasmin yang merasa Antariksa aneh memutuskan untuk pergi. Antariksa pun segera mengangguk sebagai isyarat untuk mempersilakan gadis itu pergi. Namun, tidak lama dari itu jeritan Yasmin membuat niat Antariksa yang ingin melajukan mobil urung.

*

"Aku nggak papa, cuman lecet doang," ujar Yasmin saat melihat Antariksa yang kini menunjukkan sorot kesal padanya. "Lain kali bakalan hati-hati," ujar gadis itu lagi saat Antariksa hanya diam, seperti enggan menanggapi.

Antariksa yang merasa yakin jika Yasmin sengaja menabrakan diri pada sepeda motor yang hendak parkir hanya diam. Gadis ini, apa yang salah dalam otaknya. Apa sebenarnya niatnya membahayakan dirinya dengan cara seperti itu?

"Kak Anta pulang aja, aku bisa pulang sendiri," ujar Yasmin lagi saat Antariksa seperti tidak berniat untuk berbicara.

Antariksa yang masih enggan mengeluarkan suara memutuskan untuk menggendong Yasmin karena luka di kaki gadis itu bertambah banyak. Yakin jika Yasmin akan sulit untuk berjalan. Dan apa yang sedang dilakukannya sekarang ini sebenarnya hanya untuk menghemat waktu. Antariksa enggan berlama-lama berada di samping Yasmin.

"Padahal aku bisa pulang sendiri," gumam Yasmin lagi sembari menyembunyikan senyum saat Antariksa mendudukkannnya di bangku mobil.

"Dan biarin kamu mencelakai diri kamu sendiri lagi?" Antariksa mengatakan itu tanpa menutupi rasa kesal di wajahnya. Dan tanpa menunggu Yasmin merespon kata-katanya, laki-laki itu menutup pintu mobil, berputar ke arah bangku kemudi. Duduk di belakang setir tanpa mengatakan apa pun lagi.

Hening yang tidak menyenangkan menyelimuti. Antariksa terus fokus pada kemudinya, mengabaikan Yasmin yang dia tahu terus saja mengamati wajahnya dari samping.

"Aku nggak mau ditinggalin lagi," bisik gadis itu nyaris tidak terdengar. Antariksa yang mendengarnya memilih diam, tidak merespon karena yakin kalimat pedas yang akan muncul.

"Jadi aku bakalan ngelakuin apa pun agar Kakak mau perhatian sama aku." Kalimat itu masih dikatakan dengan nada berbisik, tetapi Antariksa masih bisa mendengarnya dengan jelas.

"Sepertinya di antara kita terjadi kesalah pahaman, dan aku harus ngelurusin semuanya," ujar Antariksa berusaha tenang, entah mengapa aura yang kini Yasmin berikan terasa ganjil dan itu sedikit membuat Antariksa takut.

"Nggak ada salah paham, aku tahu Kak Anta nggak suka sama aku," ujar Yasmin dengan senyum mengembang, tetapi senyum itu tidak merambat sampai ke mata. Hal yang malah membuat Antariksa semakin tidak nyaman saat melihatnya.

"Kalau begitu nggak ada yang perlu aku jelasin, dan sebaiknya setelah ini kita nggak usah saling berhubungan lagi," ujar Antariksa tegas, berharap Yasmin paham dengan kata-katanya.

"Nggak semudah itu, Kak. Karena aku akan selalu perjuangin apa yang menurut aku pantas untuk diperjuangin. Cara apa pun akan aku tempuh agar Kakak nggak berpaling ke mana pun dan hanya ngeliat aku." Yasmin terlihat begitu serius saat mengatakan itu.

Antariksa memilih diam, dalam kepala mulai sadar jika masalah yang Reisa katakan kemarin sudah datang menimpanya. Tidak, dia tidak boleh menyerah begitu saja, dengan lebih tegas dia harus mengatakan pada Yasmin jika hatinya sudah dimiliki orang lain. 

PILIHAN TERBAIK (Tamat - Revisi)Where stories live. Discover now