Chapter27

34 4 14
                                    

"Apa lebih baik aku menyerah saja?"

-Adinda-


°°°

Pukul, 16:01

Sore ini, Raffa dan para inti Golden Eagle sedang berjajar di trotoar jalanan. Mereka sedang menunggu geng motor yang katanya ingin bertemu. Drak, musuh Golden Eagle.

Mereka tidak berjumblah banyak, hanya kurang dari dua puluh orang saja. Pesan yang sampai hanya memberitahu bahwa ini hanya pertemuan damai, tapi mereka tidak bodoh, bisa saja sekarang ini mereka akan berkelahi. Mengingat Drak
pernah menjadikan Raffa sebagai tawanan tempo lalu. Menghajar Raffa habis-habisan, dan sekarang mereka ingin berdamai? Sulit untuk di percaya.

"Gue gamau tauran disini" Ilham membuka suara.

"Emang siapa yang mau tauran?" sahut Edwin menoleh.

Ilham membalas tatapan Edwin, "Kalo bukan ribut, terus mau ngapain? Ga percaya mereka mau ngajak cheerr"

"Gue juga berpikir gitu" Dino menyahut.

"Udah liat aja entar, sebenernya gue juga berpikir kek elo pada" Edwin memasukkan tangannya kesaku hoodie.

Ilham tidak menyahuti kata terakhir dari Edwin, ia ikut mengantongi tangan di saku jaket bombernya. Sementara Raffa hanya menatap jalanan, pikirannya tentu tertuju pada apa yang akan terjadi sekarang. Pasalnya, jika terjadi sesuatu setelah ini, Drak musuhnya itu selalu membawa sajam, belum lagi jumblahnya pasti akan lebih banyak.

"Heran gue, cuma gara-gara jatoh dimotor aja ampe dendam begini mereka"

Semenit dari Ilham yang berbicara seperti itu, rombongan geng motor yang mereka tunggu akhirnya datang dari arah kiri. Semuanya menoleh kompak saat mendengar suara gerungan dari motor yang mereka kendarai. Raffa sudah menegakkan tubuhnya, begitupun teman-temannya. Sampai rombongan itu sudah berada tepat di depan mereka.

Satu orang yang berpakaian serba hitam akhirnya turun dari motor besarnya, ia berjalan seorang diri menghampiri Rafffa. Raffa dengan ekspresi dinginnya langsung melangkah maju untuk bertatap muka secara dekat dengan orang yang berjalan menghampirinya. Inti dari Golden Eagle tidak ikut maju, sebab rombongan itu pun hanya menunggu di motornya masing-masing, membiarkan dua ketua berbeda geng itu berbicara.

Jarak Raffa dan orang itu sudah dekat, dua laki-laki yang berhadapan dengan jarak setengah meter. Raffa menatap dingin lelaki di depannya, berbeda dengan Raffa yang menatap dengan tatapan menusuk, lelaki yang berada di depannya malah tersenyum-senyum, memandang Raffa remeh.

"Gue pikir lo udah tewas kemarin" Katanya tersenyum culas.

Raffa tidak menanggapi, masih menatap dingin orang di depannya.

"Santai aja, gue ngajak ketemu bukan buat nyari gara-gara" imbuhnya bersedap dada.

"Gue mau minta maaf" Ujarnya lagi yang membuat Raffa menyatukan kedua alisnya.

"Lo heran?"

"Jangan banyak bacot, lo kira gue bocah sd yang gatau maksud lo" Raffa akhirnya buka suara.

RAFFA AFFAR Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang