Chapter41

44 4 0
                                    

"Maaf."

-RaffaAffar-




°°°








"Suster tolong suster cepat!"

"Bapak tunggu di sini ya"

"Sus--"

TRAP!

Pintu ruangan darurat tertutup rapat, Raffa menempelkan keningnya pada pintu ruangan. Sebenarnya Raffa berusaha untuk ikut masuk ke dalam, namun tubuhnya di dorong oleh beberapa perawat.

Raffa menjambak rambutnya frustasi, kakinya lelah hingga akhirnya dirinya terjatuh melutut. laki-laki itu menangis, benar-benar menangis bahkan sebelum ia membawa istrinya ke rumah sakit.

Hati Raffa sudah terbuka, bahkan mungkin jauh sebelum semua ini terjadi. Soal kapan itu, hanya Raffa yang mengetahuinya.

Raffa sudah mencintai Adinda, istrinya. Awalnya Raffa sendiri bingung dengan apa yang terjadi pada hatinya, selalu ada perasaan yang mengganjal setiap kali ia melihat Adinda menangis. Dulu Raffa berpikir bahwa itu hanya bawaan dirinya yang memang bukan orang jahat atau orang yang kejam, tapi semakin di rasakan ternyata rasa itu lebih dari yang Raffa duga.

Sudah sejak lama semenjak ia mengalami sakit karena waktu lalu mengalami musibah, sebenarnya saat itu jantungnya berdebar tanpa alasan. Melihat bagaimana Adinda merawat dirinya, mengurus dirinya, mempertanggung jawabkan segala hal sebagai seorang istri, membuat Raffa berpikir mengapa ada seseorang seperti Adinda di dunia ini.

Raffa merasa dirinya adalah laki-laki yang tidak berguna, laki-laki biadab yang tidak tahu diri. Bahkan ia tidak pantas di sebut seorang suami, jika mengingat dirinya selalu memperlakukan Adinda layaknya orang asing pengganggu. Sudah berapa kali dirinya membuat Adinda menangis?. Bahkan mungkin menderita karenanya.

Ya, Raffa akui dirinya adalah pria yang bodoh.

Tetapi_apakah sekarang ia pantas meminta kesempatan kedua? Apa dirinya masih pantas menerima maaf?

"Din.. Maafin gue.." Raffa menjambak rambutnya frustasi.

"Apa yang harus gue lakuin sekarang?"

"Apa gue pantes dapet maaf dari lo Din?"

"Apa gue masih pantes buat nerima kesempatan lagi dari lo?"

"Gue bego Din.. Gue bego.."

Raffa terus meracau, pikirannya kalut berantakan. Namun sedetik kemudian ia mendongak, sekarang bukan saatnya dirinya memikirkan tentang itu, melainkan kondisi Adinda yang saat ini sedang di tangani.

Iya benar kondisi Adinda adalah prioritasnya sekarang, keadaannya sangat parah. Bagaimana Adinda bisa seperti itu, memiliki banyak luka di tubuhnya hingga kehabisan banyak darah, padahal terakhir ia meninggalkan Adinda di rumah keadaan wanita itu masih baik-baik saja-secara fisik.

Raffa bersumpah, setelah ia mengetahui kondisi Adinda, ia akan mencari tahu semuanya sampai tuntas, dan memberi pelajaran yang berat untuk si pelaku.

RAFFA AFFAR Donde viven las historias. Descúbrelo ahora