Chapter40

46 4 2
                                    

"Aku tidak begitu mengerti, tapi ada orang yang mengatakan, jujur itu lebih baik sekalipun itu membuatmu sakit."

-RaffaAffar-






°°°



Raffa sudah pulang ke rumahnya, jam tangan mewah yang melingkar di pergelangan lengannya menunjukkan pukul setengah tiga menjelang sore. Raffa tidak memiliki jadwal meeting apa pun di kantornya, hingga ia bisa pulang lebih awal.

Menutup pintu mobilnya, Raffa langsung menuju ke dalam rumah. Setelah sudah berada di ruangan tamu, ekor matanya melihat sekeliling, keadaan dalam terlihat sepi dan rapih seperti biasanya, namun ia yakin Adinda tidak ada di rumah karena pergi ke tokonya.

"Masih sakit maksain bae, tar ge kerasa lagi tu badannya" gumam Raffa seraya berjalan menaiki tangga menuju kamarnya.

Dua puluh menit berlalu, Raffa sudah membersihkan diri dan juga terlihat segar, kini ia berjalan turun untuk mengisi perutnya yang sedari tadi meminta di isi. Seperti biasa, Adinda istrinya selalu menyiapkan masakan di meja makan, meskipun Raffa pulang kerjanya tidak menentu, meja makan akan selalu sudah terisi masakan Adinda.

Itu jika Adinda tidak jatuh sakit.

Raffa memakan makanannya dengan lahap, kedua pipinya mengembung karena mengunyah. Raffa begitu menikmati meski makanannya terasa dingin, tapi sekalipun masakan sudah dingin jika itu enak, bukan masalah besar baginya. Sudah selesai dengan acara makannya, ia membuat segelas es susu coklat untuk teman bersantainya.

Mendaratkan bokongnya di sofa, Raffa meraih remote tv yang berada di meja. Baru ingin menekannya, Raffa terpikirkan sesuatu. Beranjak dari duduknya, ia berjalan menuju tangga berniat mengambil sesuatu yang berada di dalam kamar.

Belum sampai pada lantai atas, tiba-tiba_

BRAKK!

Raffa yang masih berada di pertengahan anak tangga pun mengangkat kecil bahunya sebab terkejut, Adinda membuka pintu utama dengan sangat keras, benar-benar keras hingga pintunya terbuka lebar.

"Kak Raffa!" panggil Adinda dengan nada suara yang lumayan terdengar tinggi.

Laki-laki yang berstatus suaminya dan baru saja di panggil olehnya itu menatap Adinda dengan heran, Raffa menatap perempuan bergamis hijau tosca lengkap dengan cadarnya itu dengan tampang yang bertanya-tanya, alisnya terangkat satu seakan berkata dalam hati. Dia kenapa?.

Kedua mata Adinda terlihat memerah karena menahan tangis, kedua tangannya mengepal kuat. Dan Raffa yakin apa bila Adinda tidak memakai cadar saat ini, raut wajahnya pasti akan terlihat sedang di penuhi emosi.

"Kenapa lagi dia?" heran Raffa dalam hati.

"Din lo-"

"Apa kak Raffa sekarang puas?" Adinda dengan nada emosinya memotong ucapan Raffa.

"P-puas?" Raffa linglung.

"Apa kak Raffa udah ngerasa puas sekarang setelah apa yang udah kakak lakuin?" Adinda menatap Raffa dengan mata merah berair.

"Maksud lo apa sih Din? Gue ga ngerti sama apa yang lo bilang sekarang" ujar Raffa yang memang kebingungan.

Bagaimana tidak bingung, tiba-tiba Adinda pulang dengan cara yang tidak biasa. Membuka pintu dengan keras, menatapnya dengan emosi, lalu berkata hal yang sama sekali tidak ia mengerti.

"Apa lagi kak? Apa lagi yang mau kakak lakuin sekarang?"

"Adinda sumpah gue ga ngerti sama apa yang lo ucapin"

RAFFA AFFAR Where stories live. Discover now