Chapter 01. Kematian Hakurou.

417 42 1
                                    

Malam itu, angin bertiup kencang dengan di temani rintikan hujan yang deras. Petir sesekali muncul dengan gemuruh yang menyusul. Orang yang sedang berbaring di atas ranjang dengan penampilan nya yang sangat rentan. Itu adalah Hakurou, si master pedang. Hakurou saat itu bisa bertahan hidup selama 300 tahun lebih sebelum bertemu dengan ku. Karena Evolusi yang ku berikan, umurnya bertambah. Namun 400 tahun telah terlewati dan sekarang dia di sini sekarang, berbaring tak berdaya di atas ranjang.

"Hakurou, bagaimana keadaan mu saat ini." Suara khawatir dari Shuna terdengar seraya menempatkan nampan makanan di meja kecil sisi ranjang nya.

"Itu sudah cukup baik, Shuna-sama." Suaranya begitu berat dan bergetar.

Bukan hanya Shuna yang ada di sini, tapi Benimaru juga tetap setia mengobrol dengan Hakurou dengan suasana yang santai.

Aku? Saat itu aku tidak tau harus berbuat apa, bahkan suara dari mereka yang berbincang, ataupun rintik hujan deras, bahkan petir yang menyambar. Tidak satupun suara itu masuk melalui telingaku.

Mati? Hakurou akan mati?

Hanya kata itu yang tak sengaja ku ucapkan berulang kali dalam pikiran ku. Bagaimana cara ku agar membuatnya tetap hidup? Bagaimana caraku agar dia dapat kembali menjalani kegiatan nya seperti biasa? Mengajari para generasi muda?

"Sa ...ma .. Rimuru-sama." Shuna berulang kali memanggilku, membuat ku tersadar dan menatap matanya yang menunjukan kekhawatiran.

Hakurou yang terbaring di atas ranjang hanya tersenyum lemah sambil menatapku, begitu pula dengan Benimaru yang menunjukan kekhawatiran sama seperti adiknya.

"Ah, ya. Ada apa?"

"Aku sudah memanggilmu berkali-kali, Rimuru-sama. Tapi kau tidak sekalipun menyahut, itu membuatku khawatir." Shuna memegang tanganku, yang tak ku sadari kalau itu mengepal erat. Perlahan tangan lembut Shuna mengelusnya dengan lembut, membuat ku sedikit rileks dan mengendurkan tangan ku.

"Aku tidak apa-apa. Semuanya baik-baik saja."

"Anda yakin, Rimuru-sama?" Benimaru yang sedari tadi mengamati situasi angkat bicara dengan nada yang khawatir.

Sedikit mengangguk sebagai balasan, meskipun sedikit sulit, namun aku tetap menunjukan senyum tipis ku kepadanya.

Berdiri di samping Hakurou, aku menatapnya dalam diam.

"Apa kau yakin, Hakurou? Aku bisa saja membuatmu hidup lebih lama, bahkan bisa membuat mu hidup selamanya."

Tawa yang rentan lolos dari mulutnya.

"Hoho, anda sudah mendapatkan jawaban saya sebelumnya Rimuru-sama. Saya tidak akan menarik kembali apa yang saya katakan saat itu."

"Jadi, kau tidak akan berubah pikiran ya. Sepertinya kau memang sudah bertekad."

"Benar, saya hidup sudah terlalu lama. Lebih dari 800 tahun sejak saat itu. Saya cukup senang dapat melihat mimpi anda yang terwujud dengan mata kepala ku sendiri."

Begini saja sudah cukup bukan? Aku harus menghormati keinginan Hakurou. Jika memang dia menginginkan nya, aku tidak ada pilihan lain selain menyetujui dengan tulus.

"Bukan hanya itu, aku juga senang dapat melihat tuan muda tumbuh menjadi individu yang hebat, bahkan melebihi ketua saat itu." Dia menatap Benimaru dengan penuh kasih sayang seperti melihat cucu nya sendiri yang telah tumbuh.

Dia memanggil Benimaru menggunakan 'Tuan muda' yang merujuk kepada Ogre saat itu. Biasanya dia memanggilnya dengan 'Benimaru-sama'.

"Tuan putri juga, senang melihat kalian berdua tumbuh bersama dengan sehat."

"Hakurou.." Shuna tersenyum lembut namun ada beberapa jejak kesedihan yang ada di matanya. Benimaru hanya berdiam sambil tersenyum tipis sama seperti Shuna.

"Rimuru-sama, juga. Saya ingin anda tetap menjadi Rimuru-sama yang seperti biasanya."

Tentu saja aku tetap menjadi Rimuru yang seperti biasanya. Namun aku tidak menyadari apa yang di maksud Hakurou saat itu.

"Aku tetap lah diriku." Hanya tersenyum ringan sambil menatapnya sebagai balasan.

Hakurou hanya terdiam sambil tersenyum samar.

"Begitu, aku bisa tenang kalau begitu. Sepertinya aku sudah tidak mempunyai banyak waktu lagi. Hahh, mungkin aku akan menceritakan beberapa hal kepada ketua nanti."

"Jangan menceritakan hal yang memalukan tentang ku kepada ayah oke?" Benimaru membalas nya dengan candaan, membuat Hakurou kembali tertawa.

"Hoho, aku tidak bisa menjanjikan hal tersebut."

Benimaru ingin membalas, namun senyum nya hilang ketika melihat wajah damai yang di buat Hakurou.

"Dia sudah mati." Saat itu, aku tidak tau ekspresi seperti apa yang ku perlihatkan. Yang pasti itu adalah hal yang membuat Shuna dan Benimaru terkejut diiringi kekhawatiran.

Namun sekarang aku mengerti kenapa Benimaru dan Shuna terkejut saat itu. Mereka melihat wajah dan nada suaraku. Itu adalah kosong, tak bernyawa dan dingin. Yang bahkan aku sendiri tidak mengetahuinya. Saat itu aku bertanya tanya, apakah ini rasanya kehilangan seorang keluarga tepat di depan matamu? Perasaan seperti ini. Jujur, tidak ada apapun yang ku rasakan saat itu. Tidak ada sama sekali ... Hanya kekosongan.

"Rimuru-sama, juga. Saya ingin anda tetap menjadi Rimuru-sama yang seperti biasanya."

Tidak tau kenapa, suara Hakurou bergema kembali di dalam pikiran ku. Aku seperti biasanya, aku tetaplah menjadi diriku.

Itulah yang ku pikirkan saat itu, namun aku mulai menyadari maksud dari perkataan Hakurou seiring berjalannya waktu. Aku sudah bukan manusia yang memiliki emosi sederhana seperti senang, marah, takut, ataupun sedih.

Layaknya Individu tingkat tinggi, yang memiliki emosi yang stabil. Tidak merasakan apapun, hanya kekosongan yang ada.

Bersambung.

A Long Lost FeelingWo Geschichten leben. Entdecke jetzt