Chapter 10. Perasaan yang terasa kembali.

225 43 0
                                    

Aku tidak bisa melihat dengan jelas ketika semua area di sini sangat putih dengan pencahayaan yang sangat terang, aku tidak tau dimana aku Sekarang dan sebenarnya apa yang ku lakukan di sini. Namun saat membuka mataku tempat ini adalah hal pertama yang ku lihat.

Tidak ada apapun dalam jangkauan mataku, hanya putih dan terang. Aku tidak bisa merasakan apakah aku sedang menapak atau terbang. Semuanya benar-benar tidak terlihat nyata.

Tidak tau harus berbuat apa, sesosok bayangan yang menyerupai manusia terbentuk di depan ku hingga memperlihatkan wujudnya. Aku tau siapa dia, rambut biru keperakan dengan mata merah Crimson. Jelas itu adalah Ciel.

Ciel menatap ku tanpa emosi dari kejauhan, namun tak selang lama bibirnya tertarik dengan busur yang indah. Ini pertama kalinya aku melihat Ciel tersenyum, namun aku bisa melihat jejak kesedihan di matanya yang bersinar. Sebelum dia kembali menghilang bagaikan kehadiran nya tidak pernah terjadi.

"Ughh ..."

Mataku perlahan terbuka, memperlihatkan atap ruangan kayu yang sederhana. Serasa de Javu. Aku tidak tau apa yang sebenarnya terjadi di sini.

"Kau sudah bangun?"

Perasaan ini, aku pernah mendengarnya. Itu adalah Veldora yang menatap ku dengan khawatir.

"Veldora? Apa yang terjadi?"

"Kau mengerang kesakitan lagi dan pingsan seperti waktu itu."

Jadi itu muncul kembali, sepertinya Azatoth lebih agresif dari biasanya. Padahal baru-baru ini aku merasakan, namun itu sudah muncul kembali dalam waktu yang dekat.

Setelah mengingat kembali, kami sedang mengawasi party pahlawan. Namun tiba-tiba rasa sakit yang luar biasa kemudian terasa dalam diriku. Setelah itu aku tidak tau apa yang terjadi, itu lebih menyakitkan dari pada sebelumnya.

Aku bangun untuk duduk dan mengusap wajahku perlahan, rambut yang menghalangi pandangan ku aku sisipkan ke belakang.

"Cobalah untuk istirahat lebih lama, kau sepertinya benar-benar mengalami masalah yang buruk."

"Kau sudah mengetahuinya juga kan, tidak ada yang bisa ku lakukan."

"Itu benar ..." Veldora juga tidak berdaya dengan kehadirannya, dia tidak bisa membantu apapun.

"Jika ada sesuatu yang bisa ku bantu, aku pasti akan membantu mu, Rimuru."

"Aku tau itu. Ngomong-ngomong di mana ini?"

"Kita berada di wilayah perbatasan ras Iblis, sebentar lagi kita akan sampai di perkotaan. Tapi karena keadaan mu, aku memutuskan untuk istirahat. Schyte dan kedua rekan nya juga tidak masalah dengan hal ini."

Veldora berjalan dan duduk di samping ranjang, wajahnya tidak bersemangat seperti dulu. Itu memiliki kekhawatiran yang berlebihan.

"Aku tidak apa-apa Veldora." Memijat pelipisku untuk sesaat, Veldora mengangguk kecil dan menghela nafas.

Terlalu banyak hal yang ku khawatirkan saat ini, aku khawatir dengan mimpi ku yang tiba-tiba bertemu dengan Ciel. Perasaan ku sangat tidak nyaman. Sepertinya tidak ada hal janggal yang terjadi, semua berjalan dalam tempatnya.

"Veldora, bisakah kau membiarkan ku sendirian untuk saat ini?"

"Eh? Kenapa? Apa ada yang kau butuhkan?"

"Tidak, aku ingin sendirian untuk sekarang."

Veldora menatapku dalam dalam, namun dia mengangguk kecil dan berjalan menuju pintu keluar.

"Kalau kau membutuhkan sesuatu panggil aku, Ok?"

"Mmn."

Veldora mengangguk dan keluar dari ruangan ini. Ruangan ini menjadi hening, sangat hening tanpa ada suara apapun. Bagaikan waktu telah terhenti hanya di dalam ruangan ini.

Bungkus rokok yang ada di samping ranjang ku, yang tergeletak di atas meja kecil itu. Ku remas dengan sangat kuat hingga menghancurkannya tangan ku gemetar tak terkendali. Bibir ku mengatup dengan keras.

Perasaan ini, aku tidak tau harus berkata apa. Namun ini adalah perasaan yang sangat ku benci, aku mulai memahami arti dari kehilangan seseorang yang berharga bagiku sekali lagi.

Tangan ku yang lain meremas tempat tidur dengan keras, membuat nya robek menjadi dua.

Ini adalah perasaan yang telah hilang sejak ribuan tahun yang lalu, dan itu muncul sekarang. Meremas dadaku dengan sekuat tenaga, aku tidak tau ekspresi macam apa yang ku keluarkan saat ini.

Semuanya tidak jelas, aku mulai tidak bisa berpikir dengan jernih. Aku tidak tau harus melakukan apa.

"Kuhh ... Hahahaha ..." Entah karena sebab apa, itu adalah tawa pertama ku sejak ribuan tahun yang lalu. Namun ada yang salah dengan tawa yang keluar dari mulutku, apa itu. Aku juga tidak mengetahuinya.

Yang pasti itu menyakitkan, jauh lebih menyakitkan dari pada serangan kepada jiwaku yang di lancarkan oleh Azatoth. Ini salah ku, aku sudah mengetahui ini akan terjadi. Sebenarnya untuk apa aku melakukan semua ini hanya untuk tetap bertahan hidup, lagian hidupku sudah benar-benar tidak lagi berharga bagiku.

Lalu kenapa, hanya untuk tetap hidup ... aku sampai tega melakukannya. Semua yang telah dia lakukan untuk ku, ku balas dengan hal yang paling mengerikan.

"Kehh ...., "

Namun sejauh apapun aku berbuat jahat, tidak ada rasa penyesalan sama sekali yang ku rasakan saat ini. Tidak ada air mata yang mengalir.

Hanya dalam sekejap, aku kembali seperti diriku yang biasanya. Seakan semua hal ini tidak pernah terjadi.

Membuka tangan kanan ku yang terkepal, itu adalah bungkus rokok yang aku remas dengan sangat kuat. Kenapa aku melakukan hal ini. Membuangnya ke samping, aku menarik kembali dari penyimpanan ku bungkus yang baru, mengetuknya perlahan dan mengambil satu batang. Menghimpitnya dengan bibirku, aku menyalakan rokok ini.

"Setidaknya biarkan aku istirahat sebentar saja. Hahh ..."

Sepertinya serangan Azatoth telah mengguncang terlalu banyak mental ku.

Aku hanya ingin hidup damai.

<<Master ...>>

" ... "

Suara itu, Ciel.

<<Master, apa kau mendengar ku?>>

Sekali lagi, batang rokok yang tengah ku pegang patah menjadi dua. Sepertinya aku harus menjaga emosi ku agar tetap stabil.

"Bisakah kau tidak berpura-pura bodoh?!!"

<<Master? Ada apa?>>

"Sudah ku bilang itu tidak akan berhasil bukan?!!"

<< ... >>

<< Kukuku, kau tau ya.>>

Suaranya menjadi sedikit berbeda.

Bersambung.

A Long Lost FeelingWhere stories live. Discover now