Chapter 06. Pedang bermata dua.

268 36 1
                                    

Hari itu setelah evolusi ku selesai, seluruh skil yang ku miliki juga ikut berevolusi termasuk dengan Ciel. Aku memang bertambah kuat pada saat itu, namun permasalahannya adalah Void God Azatoth yang berevolusi juga, dia menjadi memiliki emosi layaknya Ciel.

Dan di situlah hal hal aneh mulai terjadi, perasaan rasa sakit mulai muncul jauh dalam diriku. Ketika Ciel memberitahu apa yang sebenarnya terjadi, ternyata itu adalah ulah Azatoth itu sendiri yang menginginkan inti dari jiwa kehidupan ku. Aku tidak tau apa yang dia lihat dari inti jiwaku, tapi yang pasti dia benar-benar menginginkannya.

Karena Azatoth sendiri adalah 70% dari kekuatan murni ku, Ciel cukup kesulitan menghadapi nya. Jadi dia sebisa mungkin menahannya dan jika ada kesempatan dia akan menyelesaikan sepenuhnya. Mungkin karena Evolusi ku juga Ciel jadi bertambah lebih kuat, karena itu dia dapat bertarung penuh mempertahankan Inti jiwaku.

Rasa sakit yang di sebabkan Azatoth karena melukai jiwa ku, malah menyebar ke seluruh jiwa yang terhubung melalui koridor jiwa. Ciel juga memberitahuku akan percuma memutus koridor jiwa jika aku masih berada di dekat mereka, jiwa kami sudah saling mengenal satu sama lain. Meskipun aku sudah memutus koridor jiwa namun masih tetap berada di dekat mereka. Mereka masih akan merasakan dampak dari serangan Azatoth, karena itulah aku pergi selama 1000 tahun lebih, memutus koridor jiwa dengan semua orang dan menunggu kabar baik dari Ciel.

"Itu perang internal bukan? Bukankah itu berarti kau tidak bisa membantu?"

"Ya, aku mengandalkan Ciel sepenuhnya. Dia telah berjuang dengan sangat baik dalam seribu tahun terakhir. Ciel adalah individu yang seharusnya mengendalikan kekuatan besar dari Azatoth yang ku miliki."

"Tapi hebat juga ya Ciel, meskipun dia terlahir sebagai skil pendukung. Tapi dia bisa bertarung melawan skil yang murni kekuatan yang ada di dalam dirimu. Jadi itu alasan mu pergi."

Aku hanya membalas dengan sedikit anggukan.

"Karena kau sudah mengetahuinya, aku meminta mu untuk pergi."

"Aku menolak." Dia dengan santai menyimpan kedua tangannya di belakang kepala.

Naga ini benar-benar keras kepala.

"Apa kau tidak mendengar penjelasan ku sebelumnya, jika kau berada di dekatku. Jiwa mu juga akan ikut terserang dan hancur, kau akan mati. Tidak akan pernah bereinkarnasi lagi!" Menarik kerahnya dengan keras, aku berteriak tepat di depan wajahnya.

"Jadi kenapa!?"

"Kenapa? Kenapa katamu!!!??"

Bamm!

Aku kembali memukul kepalanya namun dia masih tidak bergeming.

"Seperti yang sebelumnya, itu menggelitik." Dia berbicara dengan santai sambil mengelus pipinya.

Pukulan ku sebelumnya dapat membunuh orang sekelas demon lord yang terbangun dengan mudah, namun naga yang di depan ku tentu saja tidak akan bergeming jika mendapatkan pukulan seperti itu. Dalam keadaan ku yang sekarang, akan sulit melawan Veldora. Tidak, jika aku memang serius ingin menawannya, bahkan dalam keadaan sekarang pun aku bisa menang meskipun banyak faktor yang tidak menguntungkan di pihak ku.

Setelah Evolusi ku selesai, Evolusi Veldora juga dimulai dan dia bertambah kuat. Wajar saja jika pukulan sebelumnya benar-benar seperti menangkap nyamuk baginya. Untuk sekarang aku tidak bisa mengendalikan Veldora.

Aku hanya bisa diam-diam pergi darinya.

!!!

"Berpikir untuk kabur kembali!?"

Dia menggenggam tangan ku dengan erat dan menariknya ke atas.

"Aku tidak tau apa yang kau pikirkan saat ini, namun aku tidak akan membiarkan mu pergi untuk yang kedua kalinya."

"Kuhh!! Kau sudah tau apa yang akan terjadi jika berada di dekat ku."

"Persetan dengan itu semua, aku tidak peduli." Dia meludah dengan kesal.

"Tch, lakukan sesuka mu pak tua merepotkan."

Aku kembali menepis tangannya dengan kasar dan duduk dengan menghela nafas berat sambil bersandar di sisi pohon. Menatap sesaat kepada Veldora yang masih menatapku.

Kenapa semua ini terjadi.

"Sepertinya kau sangat stres ya." Dia duduk di sampingku.

"Kau bisa melihatnya sendiri."

Aku telah berpindah pindah dunia hanya ingin membuang waktu sementara Ciel melakukan tugasnya tanpa istirahat, aku merasa benar-benar tidak berguna.

Veldora mengeluarkan sesuatu dari penyimpanannya, ternyata itu adalah Rokok yang biasa dia nikmati. Aku juga sedikit heran ketika dia kecanduan dengan rokok. Awalnya dia menemukan karakter Favorit di salah satu manga yang dia baca, dan karakter itu selalu merokok di setiap scene yang penting. Veldora awalnya hanya coba-coba saja ingin terlihat keren sama seperti karakter favorit nya, namun entah kenapa dia malah menjadi kecanduan.

"Kau masih merokok?"

"Ya, kenapa? Kau mau?"

"Tidak, itu hanya membuang-buang anggaran dan membuat polusi udara."

"Kau harus mencobanya, terkadang ini juga bisa menekan stres tau." Dia menyodorkan rokok yang telah dia bakar di depan mulutku.

"Benda seperti itu?" Aku menatap rokok yang menyala itu dengan asap yang keluar.

"Tenang saja, itu tidak akan berbahaya untuk paru-paru maupun jantung. Soalnya kau tidak mempunyai nya Hahaha."

"Bukan itu masalahnya, kenapa aku harus menghisap bekas mu?"

"Tck, dasar perhitungan, kalau mau ya bilang saja." Dia menarik kembali tangannya dan menyodorkan bungkus di tangan yang lain dengan satu batang yang menonjol keluar.

Aku ragu untuk sesaat namun tangan ku masih mengambil suguhan yang di berikan oleh Veldora. Menatap matanya sesaat, dia hanya tersenyum dan sedikit mengangguk sambil menyodorkan ujung jarinya nya yang terdapat api kecil.

Dengan ragu, aku menghimpit rokok itu di celah antara bibir ku dan mendekatkan nya ke arah api kecil yang menyala.

"Hisap juga bodoh, jangan diam saja."

Oh, apakah aku harus menghisapnya ketika ujung rokok nya di bakar? Jujur saja aku tidak pernah melakukan hal semacam ini.

"Ya seperti itu." Veldora menarik kembali jarinya sambil menyeringai kecil.

"Bagaimana pendapatmu?"

"Tidak enak." Dengan rokok yang masih menempel di antara bibirku, aku menjawabnya.

Ternyata tidak seburuk yang aku pikirkan.

Bersambung.

A Long Lost FeelingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang