Mystery

5.8K 870 177
                                    

"Minggu depan?"

"Hem.. Bunda udah gak sabar banget. Rindu pol sama putri cantik nya bunda" Kekeh wanita di sebrang telepon.

Gadis itu ikut terkekeh.

"Bhita juga kangen banget sama Bunda, Ayah juga, Bang Kenn apalagi." Balas gadis itu, Bhita sambil tersenyum.

"Rencananya bunda bakalan ngin-"

"Siapa sayang?" Suara merdu itu berasal dari belakang tubuh Bhita menyela.

Bhita menoleh kebelakang dengan gagang telepon yang masih didekat kan pada telinga.

"Bunda Helda, Ma."

Senyum Serena nyaris memudar sebelum akhirnya mendekat dan meraih gagang telepon itu dengan tenang. Dengan bibir penuh tersenyum lembut, manik wanita itu menatap Bhita hangat.

"Helda ya? Hm.. sudah lama sekali Mama gak ngomong sama adik Mama. Kamu kembalilah ke ruang makan, Mama ingin berbicara sebentar dengan nya" Titah Serena lembut.

Bhita menatap Mama nya sebentar sebelum akhirnya mengangguk singkat.

"Aku duluan Ma." Bhita berbalik dan berjalan kearah ruang makan, melanjutkan makan malam nya yang sempat tertunda.

Setelah punggung anak gadisnya menghilang,  tangan ramping Serena kemudian mendekatkan gagang telepon berkabel itu pada telinga kanan nya dengan ekspresi datar menatap kedepan.

Keheningan tiba-tiba melanda kedua saudari tersebut. Sejenak tak ada satupun diantara keduanya yang membuka suara.

Menyerah, lawan bicara Serena akhirnya membuka suara dengan nada pelan.

"Kak Rena?"

Serena terdiam, sebelum akhirnya membalas singkat dengan nada terkesan dingin.

"Ya."

Serena menyender pada dinding dibelakang punggung wanita itu.

"Putriku.." Mata hijau Serena beralih menatap foto pernikahan nya yang terbingkai mewah dan besar tepat di dinding depan nya.

"..ada urusan apa kau dengan nya?"

"Ah.. Aku lupa mengabari kakak. Minggu depan Aku dan Mas Bahran berencana berlibur ke Indonesia."

Sejenak manik Serena beralih pada pelayan mansion yang berlalu lalang, sebelum akhirnya mendongkak dengan hembusan nafas samar yang keluar dari bibir penuh itu.

"Berapa lama?" Tanya Serena setelah tak merespon selama beberapa detik.

"Kurang lebih selama 2 Minggu, Kak."

Serena termenung. Menghela nafas sedikit kasar, Serena meletakkan gagang telepon itu dan berbalik melangkah kearah ruang makan dengan ekspresi sedikit berat tanpa memberi Helda tanggapan lagi.

____

"Ada apa?" Suara berat itu berasal dari arah samping wanita itu. Matanya menatap istrinya kuatir.

Helda menatap telepon ditangan setelah mendengar sambungan terputus.

"Aku berpikir.." Helda meletakkan telepon itu dan menghela nafas berat. ".. Setelah selama ini, kenapa Kak Rena masih membenci ku?"

"Aku sudah melakukan segalanya untuk menenangkan hati nya. Aku bahkan meninggalkan negara ku saat aku merasa kehadiran ku hanya--"

"Sttt" Bahran mendekap istrinya ketika merasa wanitanya mulai kacau. Tangan nya mengelus lembut punggung itu berusaha menenangkan.

Bahran menghela nafas panjang, sebelum akhirnya membuka mulutnya mengeluarkan kalimat penenang.

"Aku yakin Serena tak membenci mu. Serena hanya belum siap menerima keadaannya. Hati nya masih tertutup oleh pemikiran yang mendoktrin nya selama ini, itu sebabnya sampai sekarang dia masih belum bisa menerima mu. Tapi percayalah, suatu saat Serena pasti akan menerima kehadiran mu dengan hati terbuka."

Overdoses BhitaWhere stories live. Discover now