OS 02 : "Saya kayak pedofil."

1.2K 91 9
                                    

•••

Rinrina POV.

Keesokan harinya, aku pergi ke butik untuk memilih baju pengantin bersama kakak ipar Om Ryan.

Iya kalian tidak salah baca. Om Ryan. Ternyata dia 10 tahun lebih tua dariku.

Hmm!!

Umurku 23 tahun sekarang, otomatis berarti umurnya 33 tahun kan?

Pantas kan kalau aku memangilnya om? Atau,, tuan?

Entahlah.

"Selamat datang nyonya Ria dan Nyonya Rina." pelayan butik ini menyambut kami dengan begitu ramah. Jujur saja, dengan panggilan. Nyonya Rina? Itu agak aneh di dengar oleh telingaku.

"Kami sudah menyiapkan gaun-gaun yang bagus dan mevvah pastinya, sesuai request tuan Adryan." mereka membawa kami melihat-lihat gaun yang katanya mevvvvah itu.

"Kami ingin melihat-lihat dulu ya." Kak Ria berucap dengan penuh ramah.

Cekrek!

Tiba-tiba dia memotretku.

"K-kenapa kakak memotret?" tanyaku pada Kak Ria yang tiba-tiba saja memotretku.

"Ah. Ryan nyuruh kakak buat foto in kamu pas pake gaunnya. Katanya dia mau lihat." jika ingin lihat kenapa dia gak langsung aja kesini sih? Malah menyuruh kedua kakak iparnya yang judes dan murah senyum ini untuk menemaniaku.

"Kalo gitu, fotonya ambil dari enggel yang bagus dong kak."

Mau tak mau aku harus berpose

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Mau tak mau aku harus berpose. Supaya apa? Supaya terlihat cantiklah.

Setelah selesai melihat-lihat gaun. Aku pun disuruh untuk mencoba gaun untuk di hari pernikahan nanti.

"Langsung saja, kau coba semuanya ya. Tolong bantu dia untuk mencoba." kak Ria mendorongku masuk ke ruang ganti dengan memberikan banyak gaun pengantin.

Semua?

Semuanya harus ku coba?

Yang benar saja. Butuh berapa lama untuk gonta-ganti gaun ini?

Tirai dibuka, memperlihatkan ku yang sudah memakai gaun pengantin. Aku pun kembali masuk setelah kak Ria beberapa kali memotret dan akupun beberapa kali berganti gaun, ini adalah gaun terakhir.

Tirai kembali di buka.

Deg.

Bukan Kak Ria, justru Om Ryan yang duduk di kursi tunggu itu. Memperhatikanku dengan wajah tegasnya.

"O,, om kok disini?" ia menghampiriku dan menyuruh para pelayan pergi.

"Kenapa panggil saya Om?" ia mendekat.

"Te-rus?"

"Ya panggil apa kek. Mas, atau terserah. Kalau kamu panggil saya Om, saya kayak pedofil." dasar om-om gak sadar diri.

Om, Eh SuamiWhere stories live. Discover now