34. Amukan Arwah Jeonghan

127 21 6
                                    

Malam ini gue sedang melamun di meja makan, padahal gue lagi makan malam tapi makanannya malah gue anggurin begini karena kepikiran kejadian tadi siang.

Mendengar semua penjelasan Seungcheol bikin gue semakin ingin memberitahu Jeonghan kalo dia udah salah paham, dia mati sia-sia dan gak berguna.

Pengen banget gue katain tapi mana mungkin, gue sedih banget begitu tau kebenarannya malah bikin gue makin pusing.

"Jangan terlalu banyak mikir, kasian badan lo makin hari makin kurus."

Gue yang semula hanya menggulung mi dengan garpu sambil menopang dagu, langsung mengangkat wajah ketika Deka hadir tepat, duduk di hadapan gue.

Gue menghela nafas sebelum menjawab.
"Pantesan aja auranya Jeonghan negatif, dia ngerasa kalo pacar dan juga sahabatnya selingkuh di belakangnya, padahal gak gitu. Pengen banget gue katain kalo dia bego' banget udah milih bunuh diri sebelum tau kebenaran yang sesungguhnya." sungut gue, malah gue yang ngerasa sebel sendiri.

"Makanya kita perlu jelasin semuanya sama Jeonghan biar dia tenang, masalahnya karna kejadian ini Seungkwan terus menerus di ganggu Jeonghan. Kalo gak kesurupan ya di teror setiap hari, gue gak bisa menahan Jeonghan, auranya kuat banget. Dia di penuhi dengan dendam dan amarah yang menjadi satu, susah banget buat di tembus."

Lagi-lagi gue menghembuskan nafas merasa semakin lelah, hidup gue semakin kesini semakin gak pernah dikasi kesempatan buat bernafas lega barang sehari pun. Kayak, ada aja masalah yang menghampiri dan itu juga complicated bikin pening.

"Gue takut." ucap gue sambil memandangi Deka.

Kemudian Deka mengulurkan satu tangannya untuk mengusap punggung tangan gue yang nganggur. Lalu setelahnya dia menggenggam telapak tangan gue dengan lembut.

"Gue akan selalu menjaga lo semampu gue, ayo bertahan sedikit lagi. Lo pasti bisa menghadapi semuanya sampai akhir, gue percaya sama lo karena lo Jisoo yang kuat dan hebat. Selama ini lo pantang menyerah, lo cewek yang luar biasa."

Mendengar kalimat lembut dari Deka sebenarnya cukup membuat gue terharu, nyaman sekaligus semakin baper. Tapi tetep aja, gue belum terbiasa ada di situasi serius penuh romansa begini, kan jadi agak canggung ya.

Jadi gue tersenyum sambil berdehem kecil sambil menyahut, "Makasih lo udah ngomong kayak gitu ke gue, tapi jangan sering-sering ya, gue belum terbiasa denger kalimat begitu kuping gue suka gatel."

"Ck, si paling anti-romantic. Kapan sih lo bisa bersikap manis kalo gue ngomong yang manis-manis gini ke lo? Perasaan respon lo selalu biasa aja, atau malah terkesan geli kalau gue ngomong yang modelan begitu."

Gue tertawa kecil pada akhirnya, lalu menjawab, "Ya gimana ya, lo tau sendiri kan gue paling alergi keadaan serius masih aja lo ngomong yang model begitu, ya maaf aja kalo respon gue bakalan gak sesuai harapan lo,"

"... tapi kan abis itu gue gak masalah, maksudnya yang penting gue masih menghargai lo karna udah bilang gitu ke gue. Dan gue beneran tulus terima kasih sama lo, gue serius." tambah gue.

"Yang begini nih kalo seumur-umur gak pernah deket dan di puji sama cowok."

"Ya bagus dong, itu tandanya berarti lo cowok pertama yang deket dan muji gue. Harusnya lo merasa bangga, bahkan lo itu cowok pertama yang ngambil first kiss gue. Dasar!"

Sial keceplosan!

Satu detik kemudian gue tersadar sama kalimat gue barusan, dan langsung menutup bibir gue sambil melebarkan kedua mata.

I Ghost U | SeokSoo [GS] ✔Donde viven las historias. Descúbrelo ahora