26. Changed

27 6 0
                                    

Cek satu dua tiga, ekhem ekhem

AKHERNYAAA AING BISA APDET😩

Bukan tanpa alasan aing gak apdet, tapi emang tugas yang gak bisa diganggu gugat😓💔

Tapi kalian juga bisa baca versi AU di Instagram "vanilaau_wp"

Sebelum baca, sabi kali kalo vote komen

1 vote kalian itu berharga banget lho buat utor yang ngaret apdet ini

Jadi, berhenti jadi siders ya kawand
.
.
.
.
.

Happy reading💆

"Ayah dimana?" tanya Lisa

"Tenang Bun," ujar Devian

Lisa menggeleng gelisah, lalu beralih pada Imel. "Ayah dimana, sayang?"

"Ayah di dalam, bunda tenang dulu, ya?"

Tak mau menghabiskan waktu sia-sia, Lisa bergegas untuk masuk kedalam ruangan serba putih itu.

Devian dan Imel mengikuti Lisa.

Lisa menangis melihat keadaan suaminya. Dilihat dari perban dan luka gores, suaminya terlihat kacau. "Ayah kenapa masih belum sadar?"

"Ayah koma Bun," beritahu Devian dengan suara bergetar menahan tangis.

Tangis Lisa semakin pecah, dan wanita paruh baya itu langsung dibawa kedalam pelukan hangatnya oleh Devian.

"Ayah bakalan baik-baik aja kan?"

"Pasti Bun," ucap Devian, meskipun tidak yakin.

Beban ditubuhnya semakin berat, dan ternyata akibat dari itu semua karena Lisa tidak sadarkan diri.

"Bun? Bunda?" Devian sedikit mengguncang badan Lisa, namun lisa masih tetap tidak sadarkan diri. Segera Devian memanggil dokter untuk memeriksa Lisa.

"Vian, itu bunda—"

"Diem!"

Langkah Imel terhenti. "Bunda kayak gini karena lo," Badan gadis itu mematung.

"Vian maksud lo apa?"

Devian menoleh. Rambutnya acak-acakan, matanya memerah. "Ini semua gara-gara lo, bener kata ayah, lo anak pembawa sial. Gara-gara lo kakek meninggal, gara-gara lo ayah kecelakaan, dan gara-gara lo juga bunda jadi pingsan."

Lidahnya kelu.

"Harusnya gue biarin lo pergi dari dulu."

"Lo ngarep apa? Setelah hari itu aja udah membuktikan lo itu sial."

Devian terkekeh sinis. "Bukan Alex yang salah, tapi lo yang salah! Lo bawa petaka sama diri lo sendiri!"

"Vian, kenapa lo jadi gini?" Matanya mulai berkaca-kaca.

"Harusnya gue kayak gini dari dulu, kan? Cewek kayak lo gak pantes dikasihani."

Bugh!

"Watch your mouth!" Alex menatap tajam kearah Devian.

Devian mengusap sudut bibirnya yang mengeluarkan darah. "Gak usah sok jadi pahlawan lo. Dulu lo pernah celakain dia, dan sekarang lo juga yang jadi pelindungnya? Kocak!"

Alex mengepalkan tangannya.

"Urus aja tuh anak sialan, gak butuh gue, pergi jauh-jauh dari hidup gue kalo bisa. Gue muak sama dia, sok lemah di depan gue, sampek gue sendiri berani ngelawan ayah gue."

About Friends (Hiatus)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang