Adek!

8.8K 763 11
                                    

Biasanya, jika Chenle sudah berada di rumah sepupunya ia akan senang karena dapat bermain apapun dan sepuasnya bersama Jung Jisung tetapi sekarang kedua anak kecil itu malah sibuk dengan mainannya masing-masing.

Sedari berapa menit lalu Chenle pun nampak murung. Perasaan senang dan bahagia yang sempat menyelimuti hati si kecil kini sirna entah kemana. Dalam benaknya, ia ingin segera pulang.

"Abang, jangan main sendiri dong, sayang. Chenle -nya diajak." Kembali Jaemin memerintahkan. Melihat anak dan keponakannya sibuk masing-masing, Jaemin juga tidak tega membiarkan Chenle begitu saja melihat sedari tadi anak kecil yang usianya satu tahun lebih tua dari sang anak itu terus terdiam.

"Abang—"

Telinganya seolah dipaksa untuk mendengar panggilan itu. Sebuah panggilan yang Chenle sendiri tidak menyukainya. Dalam hati si kecil iri sekali.

Berdua dengan Jisung di ruang tengah karena Jaemin pergi guna membukakan pintu entah siapa yang akan masuk karena Chenle dengar sedari tadi banyak sekali orang asing berdatangan yang tentu bukanlah sosok yang ia harapkan.

"Chenle dari tadi diam aja, Kak. Udah ditawarin makan, diajak Jisung main. Anaknya nggak mau. Nana takut Chenle sakit soalnya murung terus anaknya."

Berjalan beriringan, Mark mendengarkan dengan baik penuturan Jaemin mengenai kondisi anak semata wayangnya. Otaknya pun kembali mengingat bahwa beberapa hari kebelakang Chenle memang sering sekali jatuh sakit. Mark sedikit khawatir akan hal itu.

"Chenle."

Panggilan yang sepertinya sudah lama sekali tidak Chenle dengar meski baru beberapa jam suara itu seolah menghilang kini kembali menyapa gendang telinga. Ditolehkan kepalanya ke belakang, pertama yang Chenle lihat adalah wajah orang tersayang yang setiap detiknya selalu ada disampingnya. Itu Mark alias sang ayah.

Berjalan pelan meski rasanya kedua kaki mungil itu ingin sekali berlari, Chenle menatap lama wajah tampan Mark.

"Kenapa?" tanya sang ayah padanya. Pertanyaan yang tidak asing bagi Chenle untuk ia dengar setiap kali Mark mendapati ekspresi wajahnya terlihat aneh, mungkin (?)

"Want a hug, sayang?" Kedua tangan Mark sudah direntangkannya. Siap menyambut dan memberikan kehangatan juga kenyamanan untuk si kecil tersayang.

*[Mau peluk, sayang?]

Selangkah lebih dekat, Chenle sudah berada dalam dekapan Mark sekarang. Kepala si kecil mendusal pada dada bidangnya, mendengarkan setiap detak jantung Mark yang sedikitnya mampu memberikan ketenangan.

Hal yang selayaknya didapatkan dari sosok ibu tetapi bertahun-tahun Chenle mendapatkan itu dari sosok sang ayah.

🐻

"Abang gimana tadi? Senang mainnya?"

"Nggak boleh jadi anak nakal. Nanti dapat marah dari Ayah, Abang mau?"

"Jadi anak dan Abang yang baik. Pas adek bayi nanti datang ke perut Buna pasti adek bayinya senang karena punya kakak kaya Abang Ji."

Perbincangan itu terus terjadi melibatkan Jaemin dan anak sulungnya yang saat ini tengah berada di dalam mobil yang mana nantinya mobil itu akan membawa penumpangnya ke apartemen, siapa lagi jika bukan apartemen Mark dan Chenle.

Semua ini terjadi lantaran perintah dari Jeno yang meminta tolong kepada istrinya untuk ikut ke apartemen sang kakak mengambilkan flashdisk yang sempat Jeno titipkan pada Mark tetapi tadi Mark lupa mengembalikannya.

(✔) Malaikat Kecil [Markhyuck] Where stories live. Discover now