Jangan Kaya Mommy

11.3K 862 32
                                    

Baru saja mobil yang mengantarkan sang anak dan istrinya tiba di rumah, Mark harus secepatnya pergi lagi menuju perusahaannya. Meski tidak mendapatkan ijin dari Haechan lantaran cuaca yang dapat ia pastikan akan ada hujan lebat melanda.

"Aku ikut," ujar Haechan saat Mark akan berpamitan. Berdiri di samping pintu mobil disaksikan oleh Chenle.

"Nggak bisa. Istirahat aja di rumah." Mark tahu istrinya ini masih ingin berlama-lama dengannya, melakukan banyak aktivitas yang menyenangkan seperti salah satu yang baru saja mereka lakukan yaitu, berbelanja.

Menangkup kedua pipi tembam Haechan dengan kedua tangan, membawanya agar manik mata itu tertuju pada Mark.

"Sebelum makan malam, saya udah pulang. Saya janji," ucap Mark memberikan sorot matanya tertuju penuh menatap balik manik mata Haechan.

Terdiam tak menduga kala mulut tipis itu mengecup lembut keningnya. Perasaan Haechan semakin tidak karuan.

"Jaga Mommy, Daddy pergi sebentar." Pesan itu Mark sampaikan kepada anaknya, Jung Chenle. Disusul satu kecupan singkat Mark berikan tepat dipucuk kepala sang anak.

"Orang yang sempat anda cari, dia sudah datang ke perusahaan, pak."

Tidak ada waktu untuk menunda, Mark harus segera bertemu orang itu. Seorang yang tak disangka telah berani memanfaatkan istrinya hanya demi mendapatkan banyak harta.

"Nggak ada hak kamu untuk memanfaatkan istri saya," cetus Mark. Rasa benci sekaligus dendamnya kepada seorang yang ternyata menjadi dalang dari semua ini terjadi telah ia ketahui.

"Jangan kambuh sekarang, bangsat!" Umpatan itu keluar dengan sebelah tangan ia paksa gerakkan ketika rasa kaku mulai menyerang.

Akibat dirinya yang kadang tak bisa mengontrol emosi pada saat itu pula penyakitnya datang menyerang. Mark jadi kesusahan. Ia tidak suka. Sangat.

🐻

Niat hati ingin bermanja dan diperlakukan manis, penuh perhatian dan romantis oleh Mark tapi apa daya tak bisa terealisasikan. Haechan mendudukan dirinya ditepi ranjang, "Adek dengar 'kan tadi Daddy bilang, pergi sebentar."

Berbicara dengan si kecil adalah obat untuk Haechan melupakan sejenak keinginannya yang belum bisa dipenuhi oleh Mark.

Tanpa henti tangannya terus bergerak perlahan, mengelus lembut penuh sayang pada perutnya yang tidak terasa usia kandungannya kini sudah menginjak bulan keenam.

"Berapa bulan lagi, adek ketemu sama Mommy, Daddy. Oh, sama Abang juga." Dengan senyum yang terukir, Haechan berucap.

Sempat dilanda kebingungan akan nama panggilan untuk anak sulungnya juga Chenle yang tidak segera menemukan panggilan lain sebagai ganti panggilan sebelumnya. Chenle pun sepakat untuk mau dipanggil dengan sebutan Abang.

"Adek yang sehat, ya. Maaf kalau Mommy sering buat adek sakit." Suasana mendadak aneh rasanya. Istri Mark Jung tersebut mendadak sedih merubah seketika suasana hati sebelumnya yang baik-baik saja.

Dirinya tidak mengetahui secara pasti kondisi seperti ini disebut apa. Kesedihan yang Haechan rasakan kerap datang ketika ia sendirian.

"Jangan jadi kaya Mommy kalau nanti adek udah lahir. Harus nurut, jadi anak yang baik dan—jangan mirip sama Mommy." Sempat terdiam dan menjeda ucapannya tetapi ia kembali melanjutkan.

Bukannya tidak senang jika saat lahir anak keduanya dengan Mark nantinya akan sangat mirip dengannya hanya saja, "Biar adek disayang banget sama Daddy," sambungnya.

(✔) Malaikat Kecil [Markhyuck] Where stories live. Discover now