4. Life's Too Short.

7 2 9
                                    

Segala kritik dan saran diterima dan menjadi bahan pertimbangan untuk update bab berikutnya. Terima kasih.

~

Tepat hari ini sudah seminggu Diva mengabaikan segala pesan dan menghindar dari Dimas karena pernyataan Dimas pada saat Sabtu lalu. Diva bukannya menolak, tetapi ada suatu hal yang tidak bisa diungkapkan mulutnya kepada Dimas. Rasanya berat sekali jika Diva menerima Dimas dengan mudahnya.

Flashback

Sabtu pagi menjelang siang itu hanya ada dua insan yang duduk di kursi dan meja dekat pintu masuk sebuah cafetaria. Dimas dan Diva.

"Diva?"

"Kenapa kak?"

"Are you a villain, thief, or etc?"

"No, I'm not. Kenapa Kak Dimas bisa tanya seperti itu ke aku?"

"Karena hati saya telah dicuri oleh kecantikan dirimu."

Oh damn!! Gimana kabar jantung Diva? Apakah luluh dengan gombalan sang Dimas?

"Bisa aja kak." Diva dibuat terkekeh, begitu juga dengan Dimas.

"Diva?"

"Hm?" Balas Diva sambil meminum minumannya lalu memberhentikan kegiatannya seraya sadar bahwa dirinya akan diajak berbicara dengan Dimas.

"Saya ingin memberitahu informasi penting."

"Informasi apa kak?"

"Hidup terlalu pendek, saya ingin diri saya bahagia dan orang di sekitar saya juga bahagia. Karena itu juga, saya tidak akan menyia-nyiakan waktu yang ada pada hidup saya." Dimas berkata demikian, berhenti sejenak menyusun kalimat berikutnya yang akan keluar dari mulutnya.

"To the point, padahal baru 3 hari kita bertemu tetapi saya sudah menyimpan perasaan pada kamu, Diva. Perasaan yang tidak biasanya berada pada saya, tidak menganggap sebagai sahabat, teman, atau adik tingkat." Putus perkataan Dimas lagi.

"Saya jatuh cinta padamu." Shock yang pertama bikin Diva yang awalnya menunduk ke arah meja hingga terkaget melihat Dimas.

"Kak-"

"Apakah kamu mau jadi pacar saya?" Sahutan Diva dipotong dengan pertanyaan Dimas yang semakin membuat Diva shock part 2.

Diva hening, wajah terutama matanya masih menatap wajah Dimas. Dia bahagia, sedih, dan juga tenang ketika Dimas menyatakan perasaannya. Tapi lebih ke sedih. Emosi Diva saat ini sedang tidak stabil, hingga suatu kata terucap dari mulutnya.

"Kak Dimas..." Panggil Diva lirih menahan air matanya karena tidak tahan dengan keadaannya.

"Iya, Diva?" Kini Dimas menjawab panggilan gadisnya dengan senyuman tulus. Sudah siap dengan segala jawaban Diva, mungkin.

"Maaf kak, bisa beri aku waktu untuk menjawab, bisa?"

"Berapa lama yang kamu butuhkan?"

"Seminggu?" Diva menjawabnya dengan lirih dan penuh keraguan tanpa berani menatap Dimas.

"Baik, saya akan berikan kamu waktu seminggu. Sabtu depan saya akan ke rumah kamu lagi." Balas Dimas senyum tulus yang membuat Diva semakin sakit dibuatnya. Diva tidak pernah menjalin status dengan seorang laki sebelumnya. Apalagi yang ia temui merupakan orang yang tulus mencintai dan menyayanginya. Dilihat dari kesabaran dan keikhlasan Dimas untuk menunggu sebuah jawaban dari Diva itu sudah membuktikan beberapa sifat lelaki itu.

(hiatus) I Love You, My Sister || DOYOUNGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang