6. Fallin'

6 2 8
                                    

Segala kritik dan saran diterima dan menjadi bahan pertimbangan untuk update bab berikutnya. Terima kasih.

~

Kini Diva sudah di rumahnya dan beraktivitas seperti biasa, walaupun penyakitnya masih ada pada tubuhnya.

Sore hari, sepulang kelas kuliahnya, Diva melangkahkan pijakannya ke halte bis. Karena dia tahu bahwa kekasihnya itu sibuk dengan tugas akhirnya dan Diva tidak mau merepotkannya.

Tetapi rencananya salah, Dimas segera menjemput kekasihnya di halte dengan menggunakan motor ninja dan helm full face miliknya. Kalau ke kampus, Dimas menggunakan motor, berbeda kalau selain kampus pasti menggunakan mobil. Dilepasnya helm tersebut menampakkan wajah yang lelah namun tetap tampan. Bahkan Diva pun sudah dibuat jatuh cinta berkali-kali oleh perlakuan lelaki yang menjadi kekasihnya ini.

Author sarankan jangan dibayangkan visualnya, bisa gila, hiks :")

Dimas tersenyum, "Kenapa kamu malah nunggu bis? Kan bisa ngabarin aku, hm.". Dimas tidak marah, tetapi Diva merasa bersalah, kenapa pula tidak mencoba menghubungi kekasihnya itu.

"Maaf ya kak, aku cuma takut ganggu kakak ngerjain tugasnya." Diva tertunduk, sementara Dimas sudah ingin misuh-misuh karena kegemasan kekasihnya.

Bukan kegemasan kalian para reader :D

"Gak apa, lain kali hubungi aku, ya?" Dimas mengusak-usak surai Diva. Rasanya Diva ingin melayang saja karena kekasihnya benar sebaik itu. Dimas segera memasangkan helm berwarna hitam miliknya yang terdapat bebek di atas helm-nya. Itu punya Dimas, sengaja dibeli untuk kekasihnya. Sa ae masnya :)

"Yuk jalan!" Ajak Dimas kepada Diva.

Dua insan tersebut sudah berada di jalan yang rimbun akan pepohonan.

"Tau gak, persamaannya pohon besar dengan kamu?" Ucap Dimas terdengar, karena dia hanya menggunakan masker putih yang menutupi setengah wajahnya saja. Sedangkan helm-nya di kaitkan di lengan kirinya. Kaca spionnya disengaja menghadap ke Diva agar Dimas leluasa melihat wajah cantik kekasihnya.

"Gak tau kak, apa tuh?" Jawab Diva

"Sama sama bisa dirawat, dipandang, dan bahkan bisa dipeluk." Dimas terkekeh akan gombalannya sendiri. Sementara Diva? Ya, gadi tersebut tersenyum malu tetapi setengah wajahnya tertutup masker jadi Dimas hanya bisa melihat wajah Diva merah merona akibat gombalannya tadi.

"Kita ke cafe sebentar, ya?"

"Iya, kak."

Sesampainya di cafe, Dimas dan Diva langsung memesan minuman masing-masing dan mengambil tempat outdoor.

"Tumben kak ngajakin kesini. Kenapa kak?"

Mereka duduk saling berhadapan dan disuguhkan pemandangan minuman yang mereka pesan dan jangan lupa pemandangan wajah tampan dan cantik dari paras keduanya.

"Gak apa, aku hanya mau menghabiskan waktuku hari ini denganmu saja." Dimas tersenyum, yang membuat wajah Diva merah merona.

Tiba-tiba Dimas menggenggam tangan kekasihnya itu dan menatap wajah kekasihnya dengan lamat-lamat.

"Diva..."

"Iya, kak?"

"Maaf ya kalau aku orang yang tidak bisa romantis, maaf kalau kadang aku masih susah mengatur emosiku, dan juga maaf kalau aku masih kurang waktu untuk kamu karena tugas akhir kuliahku juga penting. Tetapi akan aku usahakan kamu tidak menungguku terlalu lama untuk perubahan itu." Dimas berkata demikian karena dia merasa kurang percaya diri menjadi kekasih Diva. Lalu Dimas menunduk.

(hiatus) I Love You, My Sister || DOYOUNGWhere stories live. Discover now