5. Priority.

9 2 13
                                    

Segala kritik dan saran diterima dan menjadi bahan pertimbangan untuk update bab berikutnya. Terima kasih.

~

Sehari telah berlalu, tandanya hari ini adalah hari Minggu. Dimas masih setia menemani Diva sampai-sampai baru menidurkan tubuhnya pada pagi hari di sofa. Sekarang jam 7 pagi, keduanya insan di dalam kamar inap tersebut masih sama-sama memejamkan matanya-tidur.

Salah satunya terbangun karena merasa sangat lemas dan lapar karena tidak sadarkan diri selama seharian penuh.

The real 24 jam non-stop :v

Seorang pasien tersebut langsung membuka matanya dan kagetnya yang menemani dia adalah Dimas.

Terlalu lemas untuk sekedar merubah posisi dari tiduran menjadi posisi duduk sehingga menimbulkan suara tangan Diva terkena sisi ranjang rumah sakit

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Terlalu lemas untuk sekedar merubah posisi dari tiduran menjadi posisi duduk sehingga menimbulkan suara tangan Diva terkena sisi ranjang rumah sakit. Dimas terbangun dari tidurnya yang baru 2 jam itu.

"Eh? M-maaf kalau ganggu tidurnya Kak Dimas." Ucap Diva lirih ke lawan bicaranya.

" Ucap Diva lirih ke lawan bicaranya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Gak apa. Kamu baru bangun? Masih kerasa sakit? Atau kamu lapar?" Tanya Dimas santai, tidak panik, kepada si pasien.

"Aku gak apa, tadi cuma mau duduk." Diva merutuki perkataannya. Kebohongannya baru saja terbongkar karena suara cacing di perutnya tidak bisa diam.

"Tuhkan laper, saya suapin ya?" Oh my God! Entah apa yang dirasakan Diva saat ini, pasti seperti chocolate yang dilelehkan. Diva mengangguk seraya membalas perkataan Dimas.

Selama Diva sarapan disuapi oleh Dimas, pikirannya berkalut sendiri karena suatu hal. Bisa-bisanya lelaki yang sudah diberikan luka oleh dirinya masih mau menemani bahkan merawat Diva dengan tulus sampai saat ini.

Diva merasa bersalah dengan kejujuran yang dikatakan satu hari yang lalu. Seharusnya dia tidak usah menolak Dimas, tetapi berikan kesempatan untuk menerima dirinya apa adanya. Tentu Diva sangat sedih melihat lelaki yang ia cintai memberikan senyum ketulusan tetapi tidak dengan hatinya yang luka.

(hiatus) I Love You, My Sister || DOYOUNGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang