[29] . BUNUH DIRI [Revisi]

22.3K 2.4K 75
                                    

Sudah seminggu setelah nyawa Aurel hampir melayang karena Kei saat itu dan kini dia sedang menatap dua orang yang bersamanya yaitu Bayu dan Doni, ketiga nya masih dengan kondisi mengenaskan bahkan lebih dari sebelumnya karena terus di siksa.

"Gue pengen keluar dari sini, hiks " lirih Aurel menatap takut sekitar.

Doni dan Bayu menoleh ke arahnya namun dengan tatapan kosong seperti tidak memiliki semangat hidup membuat Aurel semakin takut.

Tiba tiba Bayu bangkit dari duduknya membuat Aurel menoleh bingung, wanita itu beringkuk mundur saat melihat Bayu mengambil pisau milik Azril yang tertinggal dengan pisau itulah mereka bertiga di siksa dengan mulutnya.

Aurel semakin takut saat Bayu berusaha melukai dirinya sendiri dengan brutal masih dengan tatapan kosong, darah mengucur ke lantai dan beberapa saat kemudian laki laki itu terjatuh.

Aurel menjerit ketakutan, tubuhnya terasa kaku tidak bisa di gerak kan.

Doni mengambil pisau Bayu lalu menusukkannya tepat di jantung berkali kali membuat Aurel semakin berteriak histeris dengan tangan yang menjambak rambusnya sendiri.

Doni tergeletak masih dengan pisau yang tertancap di dada dan darah yang membanjiri tubuh.

Kini Aurel sendirian dengan dua mayat di ruangan yang minim pencahayaan dan bau amis darah yang sangat menyengat.

Ceklek

Azril menatap bingung dua laki laki yang tergeletak di lantai lalu menoleh ke arah Aurel yang masih di posisi yang sama, Azril menoleh ke arah Agnia yang sedang bersamanya.

"Waw... Lo bunuh mereka? " tanya Agnia pada Aurel dengan tatapan kagum, bahkan dia tidak sempat menyiksa dua laki laki yang sudah tidak bernyawa itu.

Aurel menggeleng ribut lalu berjalanke arah Agnia ketakutan bahkan ingin memeluk gadis itu namun Agnia menghindar membuat Aurel terjengkang ke depan dengan kondisi mengenaskan.

"Kenapa lo?! " tanya Agnia heran melihat wanita yang memasang wajah ketakutan itu.

"Mereka bunuh diri, gue takut " ucap Aurel dengan nada paniknya menunjuk dua mayat orang yang mencintai nya itu.

Aurel bangun lalu berjalan gelisah ke sana ke mari lalu tatapannya jatuh pada pisau yang masih tertancap di tubuh Doni, di cabutnya pisau itu lalu ingin menusukkan ke tubuh nya sendiri namun di tahan oleh Agnia.

Tatapan Aurel mengosong dengan air mata yang semakin mengalir deras, wanita itu tiba tiba meringis karena perutnya tiba tiba sakit.

"SAKIT!! " raung Aurel sambil meremas perutnya.

Agnia memijit pelipisnya saat tiba tiba saja merasa pusing dengan tingkah Aurel, dia yakin karena terlalu tertekan dan stres akhirnya wanita itu membuat kondisi janinnya memburuk.

"Bang, bawa dia ke rumah sakit aja serius bikin susah dah ni orang! " suruh Agnia pada Azril, kalau tau seperti ini lebih baik dia langsung saja menghabisi wanita ini. Namun karena bisikkan pada malam itu dia tidak bisa.

Bisikan Agnia yang mengatakan untuk dirinya jangan menyakiti orang yang tidak bersalah apalagi sampai membunuhnya, Agnia sudah menyakiti Aurel dan janinnya tapi setidaknya dia tidak membunuh dua orang itu.

"Ogah! " ketus Azril lalu pergi dan bersamaan saat itu juga Aurel pingsan tepat di depan kaki Agnia.

Agnia menghela nafas lalu memanggil orang suruhannya setelah itu pergi meninggalkan Aurel yang tergeletak.

***

Aurel mengerjap pelan menyesuaikan cahaya yang menelusuk masuk ke sela sela kelopak matanya, setelah nyawanya terkumpul sekelebat ingatan masuk ke otaknya dan membuat ketakutannya kembali datang.

Aurel menatap takut sekitar, kini dia berada di ruangan dengan cat putih dan bau obat obatan yang menyengat. Bisa Aurel pastikan jika saat ini dia ada di rumah sakit.

Suara decitan pintu terbuka membuat Aurel tersentak dan reflek menoleh terlihat Agnia dan Azril memasuki ruangan dengan wajah malas mereka masing masing.

"Gimana, dah waras lo? " tanya Agnia dengan nada sinis.

Aurel meringkuk mundur walau sia sia karena sudah mencapai pembatas kasur namun seperti tak habis akal wanita itu turun ke bawah lalu memutupi tubuh nya dengan selimut.

"Bunuh aku, bunuh aku, aku takut" gumam Aurel di balik selimut sambil menutup telinganya.

Agnia menghela nafas panjang, sepertinya wanita di depannya sedang tidak waras atau mungkin kedepannya akan tetap seperti ini.

Namun yang patut di apresiasi adalah mental Aurel yang cukup kuat hingga bisa bertahan hingga sekarang apalagi dengan bayi di kandungannya mungkin karena sudah terbiasa menyimpan semuanya contohnya bisa tetap tenang walau sudah pernah melakukan pembunuhan dari kecil.

Dia dan Aurel memang tidak jauh beda, sama sama kejam namun bedanya Aurel lebih licik.

"Lo gak akan mati sebelum anak di kandungan itu lahir" ucap Agnia dengan raut dingin.

"Jaga kesehatan lo karena kandungan lo melemah" tambah Agnia sambil berjalan mendekat.

Aurel hanya mendengarkan dan diam tak bergerak, pikirannya kini menjadi kosong.

"Jangan bawa anak lo ke neraka, kasian" ucap Agnia dengan senyum tipis.

Kondisi kandungan Aurel memang sangat lemah apalagi mengingat kondisi mental wanita itu yang semakin menurun.

Agnia jadi tidak yakin kandungan itu akan bertahan apalagi Aurel terakhir kali melakukan percobaan bunuh diri karena dua laki laki yang baru saja Agnia urus pemakaman nya.

Tak ada yang tau kedua laki laki itu mati termasuk Nathalia, Alvin dan Alvi bahkan Adnan sekalipun. Agnia masih ingin fokus dengan apa yang ingin dia lakukan selanjutnya.

Bisa saja dia membunuh Aurel sekarang namun rasanya lebih baik dia membawa wanita itu ke rumah sakit jiwa, mungkin neraka akan semakin menyiksa jika ada sosok orang tidak waras di sana.

Setelah kondisi wanita itu membaik mungkin Agnia akan membawa nya namun bukan berarti wanita itu bisa lepas dari nya. Dia akan tetap menjadikan Aurel sebagai mainan saat dia bosan.

Perlahan tangan Aurel mengelus perutnya lalu dia tertawa menyeramkan.

"Anak Mamah harus sehat" ucap Aurel di sela tawanya.

~ b y k h d j h ~

Minggu, 25 Desember 2022
Publish ulang, Minggu  27 Agustus 2023

TRANSMIGRASI AGNIA [Revisi]Where stories live. Discover now