※15 Warmth

4 0 0
                                    

Setelah acara puncak selesai dengan, bisa dibilang lancar, para panitia tak bisa langsung libur. Mereka harus berbenah, tapi kali ini dengan perasaan lebih santai. Keesokan harinya, barulah mereka melakukan rapat penutupan sekaligus evaluasi.

Selama kesibukan itu, Arlyn tampak menghindar dari sekitar termasuk Seongmin dan Rhea. Dia lebih sering tampak lesu. Namun, saat ditanya jawabannya selalu, kelelahan. Gadis remaja itu memang terbiasa menyimpan masalahnya sendiri.

Dia juga terbiasa melakukan segala hal sendiri. Seperti membawa barang-barang milik klub fotografi yang harus dikembalikan.

Banyak yang menawarkan bantuan, tapi tak ada yang bertahan saat Arlyn menolak. Hanya Yujin yang memaksa.

"Ih jangan gitulah! Ini banyak loh. Masa lo bawa sendiri?" Yujin tak menunggu balasan Arlyn, malah langsung mengambil beberapa barang untuk meringankan beban temannya.

Akhirnya Arlyn pasrah dan menerima bantuan itu. Melihat gadis ceria itu, membuatnya kembali teringat kejadian di ruang klub fotografi saat puncak festival. Tidak, Arlyn tidak membenci Yujin. Dia tidak bisa membenci gadis baik seperti Yujin. Dia juga tak bisa membenci Minhee, karena pria itu sama sekali tidak bersalah.

Tidak ada yang salah.

Sekarang keduanya sudah sampai di ruang klub fotografi. Yujin membantu Arlyn merapikan barang-barang ke lemari besi yang kini tampak penuh. Sedangkan Arlyn hanya menatap lemari itu dalam diam. Sorot matanya kosong.

"Lyn?"

Arlyn baru sadar saat Yujin menepuk bahunya.

"Hm?"

"Lo kenapa sih dari kemarin kayak banyak pikiran?"

Yujin ini selain ceria juga perhatian.

"Gak papa kok. Cuma keca-"

"Kecapean?"

Arlyn mengangguk pelan, sementara Yujin menghela napas.

"Yaudah pulang gih. Cepet istirahat biar gak sakit."

Lihat? Bagaimana bisa Arlyn membenci gadis seperti Yujin?

"Lo duluan aja. Gue mau mastiin inventaris dulu."

"Tuh, 'kan. Bukannya tadi udah bener?"

"Biar lebih pasti aja. Takut kelewat."

"Huh. Gue juga harus pulang lagi. Maaf banget ya Lyn gak bisa bantu..."

Arlyn tersenyum simpul, lalu berkata, "Santai aja lagi. Udah sana."

"Bye, Lyn~"

Arlyn melambaikan tangan ke udara membalas Yujin.

Sorot matanya kembali pada lemari besi yang pernah menjadi tempat persembunyiannya dengan Hyeongjun.

Dia ingat hangatnya deru napas Hyeongjun, tubuh mereka yang berhimpitan, bahkan detak jantungnya yang tak karuan. Arlyn juga ingat bagaimana dirinya berakhir menangis di dalam sana.

Nyeri di dalam dadanya masih terasa seperti luka baru. Seakan sudah mengering, air matanya kini tertahan.

Jika harus kilas balik pada hari itu, Arlyn tak lagi memikirkan bagaimana Minhee menyatakan perasaannya pada Yujin.

Kepalanya penuh dengan kalimat Hyeongjun yang masih terngiang.

Dimana pria itu berkata, akan berhenti.

Arlyn memejamkan sejenak kedua matanya. Berusaha meredam nyeri yang hampir menyebar ke seluruh tubuh.

※※※

Love Journal: Maybe Baby ✔ (Song Hyeongjun)Donde viven las historias. Descúbrelo ahora