※ Epilog

14 1 0
                                    

2 tahun kemudian.

Suasana kafe tampak ramai walau tak terlalu penuh di sabtu malam ini. Arlyn berjaga di counter, menunggu jam kerjanya yang akan habis dalam dua puluh menit. Kegiatan menghitung slice cake yang tersisa di display terhenti, saat seorang rekan kerjanya izin ke toilet. Arlyn harus menggantikannya di balik meja kasir saat bel di pintu berdenting, tanda ada pengunjung yang datang.

Ting.

Seperti sebuah kebiasaan, Arlyn otomatis membungkuk memberi salam pada pengunjung dengan sopan. "Selamat datang di Love, Eat, Tea Cafe."

Senyum yang merekah ramah dari bibir Arlyn perlahan luntur begitu tubuhnya menegak. Dilihatnya seorang pria yang sangat familiar mendekat ke meja kasir. Pria itu tidak sendiri, ada seorang gadis cantik yang senantiasa mengapit lengan si pria. Keduanya tampak sedang bersenda gurau dengan manis sampai si pria kembali menghadap ke depan. Begitu pandangannya bertemu dengan Arlyn, senyum pria itu ikut luntur perlahan.

Seketika itu, waktu terasa berjalan lebih lambat dari biasanya. Entah kapan terakhir kali Arlyn menatap sepasang manik itu dengan sungguh-sungguh. Tapi dari apa yang Arlyn lihat, pria itu tampak jauh lebih baik. Senyumnya barusan memancarkan behagaiaan, seolah hidupnya semakin membaik.

Song Hyeongjun, pria itu berdiri tepat di depan meja kasir. Bersama dengan gadis cantik yang tampak begitu serasi. Arlyn tak bisa protes dengan itu. Walau pernah saling berbagi kisah, kini mereka sudah bukan siapa-siapa. Tak ada hak bagi Arlyn untuk marah atau cemburu, dia pun tak lagi merasakan hal-hal itu. Setelah canggung yang sempat merayapi suasana di antara mereka, Arlyn kembali tersenyum ramah seperti seharusnya.

"Bisa saya bantu pesanannya, Kak?"

Sementara Hyeongjun masih bergulat dengan pikirannya, Arlyn mulai mencatat pesanan dari gadis cantik di sisi Hyeongjun. Gadis itu tampak ceria dan antusias, sangat cocok dengan Hyeongjun. Arlyn sempat berpikir demikian saat melihat gadis itu memesan dengan penuh senyum. Gadis itu juga sangat ramah. Diam-diam Arlyn bersyukur Hyeongjun bisa bertemu dengan orang yang jauh lebih baik darinya.

"Sayang, kamu pesan apa?"

Hyeongjun tersentak saat gadis cantik itu menepuk pelan bahunya. Hyeongjun segera tersenyum pada kekasihnya, seolah tak terjadi apa-apa. Setelahnya Hyeongjun mulai memilih, lalu tatapannya kembali bertemu dengan Arlyn. Tidak lagi dengan raut wajah terkejut, Hyeongjun tersenyum ramah. Senyum yang sama seperti tahun-tahun lalu, namun terasa berbeda. Senyumnya kali ini terasa lebih bersahabat, tidak lagi igin memeluk.

"Ice americano satu."

"Atas nama siapa, Kak?"

"Song Hyeongjun."

Arlyn tersenyum saat mencatat nama itu pada mesin kasir. Nama yang tak akan pernah dia lupakan.

Setelah pembayaran selesai, Arlyn menyerahkan struk yang diterima oleh Hyeongjun. Arlyn bersikap profesional, tersenyum ramah dengan kalimat prosedural. "Namanya saya panggil setelah pesanan siap ya, Kak. Terima kasih."

Hyeongjun dan kekasih duduk menunggu pada meja kosong di sudut, cukup jauh dari counter. Sementara Arlyn, tetap melakukan tugasnya menyiapkan pesanan sendiri, karena temannya belum juga kembali.

"Atas nama Song Hyeongjun." panggilan Arlyn menggema, membuat Hyeongjun sontak berdiri dan mendekati counter dengan senyum.

"Apa kabar?" ujar Hyeongjun kecil hampir berbisik, begitu sampai di hadapan Arlyn.

Arlyn juga membalasnya pelan, tak ingin menimbulkan salah paham dari gadis cantik yang sedang menunggu. "Baik. Kakak?"

"Baik, seperti yang kamu liat."

Love Journal: Maybe Baby ✔ (Song Hyeongjun)Hikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin