chapter two

94 5 0
                                    

SELAMAT MEMBACA.

Sorry kalo ada typo.


Ini adalah hari kedua Zia berada di Gold Ford. Kemarin Zia sudah mendapatkan teman baru. Zia bersyukur sekali, karena dia pikir mungkin tiga sampai empat hari dia tak akan punya teman.

"Ziiiaaaaaa!!" Teriak seorang gadis dengan suara yang melengking dari belakang. Saat dirinya tengah berjalan dikoridor.

Lalu Zia pun menoleh dan dia melihat teman barunya yang sedang berjalan ke arahnya. Dia Alara Azriela temannya Hazel, dan sekarang Alara juga menjadi temannya karena Hazel yang memperkenalkan nya kemarin.

"Apa sih Ra, pagi-pagi udah teriak aja lo".

Alara hanya menyengir, "temenin gue dong ke perpustakaan."

"Ngapain? Tumben banget."

"Gue mau pinjam buku buat ngerjain tugas lah, apalagi coba."

"Yaudah, ayo."

Saat Alara mengatakan tentang tugas, Zia jadi ingat akan sesuatu. Tapi apa ya?. Oh, astaga! Dia lupa akan tugas bahasa Inggris yang harus dikumpulin besok. Mana dirinya dan cowok itu belum ngerjain apa-apa lagi. Bagaimana ini?.

Disepanjang perjalanan menuju perpustakaan Zia terus memikirkan bagaimana caranya berbicara pada cowok dingin itu.

Lalu tiba-tiba dia melihat bahwa banyak siswa-siswi yang berkerumun seperti sedang menyaksikan sesuatu.

"Al, itu kok pada ngumpul gitu ngapain ya?" Zia bertanya pada Alara yang sedang berdiri disampingnya.

"Ada yang lagi di bully kalik."

Lalu Zia yang mendengar hal itu langsung berjalan mendekati segerombol siswa-siswi tersebut. Astaga! Zia melihat bahwa ada seorang anak perempuan yang sedang di bully habis-habisan oleh cewek yang sedang memegang ember yang berisi bekas air pel lalu tiba-tiba menyiram kannya ke anak perempuan tadi. Ini gila! Zia paling benci dengan pembullyan.

Lalu dengan langkah yang cepat Zia menghampiri anak perempuan yang menangis sambil terduduk dilantai. Pakaian dan rambutnya basah dan yang lebih parah, karena pakaiannya itu basah jadi tembus dan memperlihatkan bra nya. Sialan.

Zis memeluk anak perempuan itu dan membantunya untuk berdiri. Dan gerakannya tersebut tak lepas dari pandangan siswa-siswi di sana.

"Heh! Apa-apaan lo, siapa yang nyuruh lo buat bantuin cewek miskin ini." Pelaku dari pembullyan itu marah karena aksinya diganggu oleh seorang cewek yang tak ia kenal.

Zia yang mendengar hal itu langsung menoleh ke arah perempuan itu, matanya menatap tajam tersirat penuh akan kemarahan. "Gue bukan siapa-siapa. Tapi lo sebagai manusia bener-bener gak punya etika sama sekali." Kalimat itu Zia lontarkan dengan penuh kekesalan.

Lalu dia menuntun gadis yang jadi korban pembullyan itu untuk keluar dari kerumunan ini. Meskipun dia sudah diteriaki dan di beri banyak umpatan oleh si anak perempuan tadi. Zia tak menghiraukan nya sama sekali. Dia tetap membawa gadis ini untuk pergi.

Lalu mereka berdua tiba di dalam kelas nya Zia, entah kenapa Zia malah membawa gadis itu kemari. Zia mendudukan gadis itu di kursi lalu mengambil hoodi yang ada di tasnya agar dikenakan oleh gadis tadi.

Kebetulan keadaan kelas juga sepi. Jadi ya, lebih nyaman aja. Zia menarik kursi yang ada di sebelah tempat duduknya lalu didekatkan ke bangkunya dan mendudukinya.

"Lo gak papa kan? Lo baik-baik aja? Ada yang sakit gak?" Tanya Zia beruntun.

Gadis tadi tersenyum dengan sangat tulus. Dia benar-benar tidak menyangka bahwa akan ada yang menolong nya. "Gue gak papa kok, baik-baik aja" ujarnya tersenyum.

SKOTALAZIA ( END )Where stories live. Discover now